Chapter 11

31 4 0
                                    

"kita harus melakukan sesuatu, digudang paman memyimpan beberapa senjata dan alat peledak yang bisa kau gunakan untuk melawan mereka"

"Kenapa paman membantuku? Bukankah paman akan dianggap mengkhianati negara" ucap ray

"Tidak apa apa ray. Karena kau adalah satu satunya keluarga paman"

-----

Dua hari kemudian

Seperti biasa ray yang mengantar icha pulang kerumah. Tapi hari ini tidak seperti biasanya.

Sesampainya dirumah icha. Suasana canggung menyelimuti mereka. Seperti pada saat mereka baru pertama kali saling mengenal.

Seakan telah terjadi sesuatu diantara mereka. Tidak ada yang berani berbicara duluan.

"Icha" ray mulai membuka suara memecah keheningan yang ada

"Iya" jawab icha singkat

"Kayaknya hari ini bakal jadi hari terakhir aku nganterin kamu pulang" ucap ray

"Ha? Kenapa?" tanya icha

"Nanti aja aku bilang alasannya. Oh iya, aku sudah bisa menguasai 'pria itu'" ucap ray dengan senyum indahnya

"Ha?? benarkah??" icha tampak terkejut. Menyesal, ia sangat menyesal

"Iya, kalau gitu aku pulang dulu ya. Byee" ray memacu motornya

"Raayyyy... Tunggguuu" icha berteriak tetapi tidak dipedulikan ray

Kemudian icha menangis. Ia menyesal. Sangat menyesal, rasanya seakan jantungnya berhenti berdetak. Mungkin ini adalah kali terakhirnya melihat senyum pria itu

Ia menyesal telah melaporkan ray kepada polisi. Ya, dialah wanita yang melaporkan ray. Ia telah menyia nyiakan pria baik itu

Sebenarnya ia juga tidak mau. Seandainya ia mengetahui bahwa ray sudah sembuh. Maka ia tidak akan melakukan hal itu.

Ia takut jika ray membenci dan tidak mau memaafkannya lagi.

Ia menangis.

-----

2 hari yang lalu

Ray segera pamit pulang karena dia sedang buru-buru.

"Ray.. Kalahkan pria itu" ucap icha sambil tersenyum dan melambaikan tangannya.

Icha kemudian mengambil handphone-nya dan menelpon seseorang

"Za, bisa kerumah gw sebentar. Ada yang mau gw omongin, ajak zara sekalian" ucap icha

Tidak berapa lama reza dan zara pun sampai dirumah icha. Kemudian icha menceritakan semuanya kepada mereka berdua.

Reza dan zara tampak tak percaya mendengar apa yang icha katakan, tapi itulah kenyataannya.

Seperti icha, mereka juga bingung. Karena ray adalah sahabat mereka

"Hasil penyelidikan gw juga nunjukin klo ray adalah anonymous. Tapi gw masih gk percaya" ucap reza

"Gimana nih.. Ray itukan sahabat kita" lanjut zara

-----

Kemudian
Di kantor polisi

"Pak, saya juga dibantu anak anda dalam mengumpulkan bukti ini" ucap icha

"Anak saya??" det. Rudy tampak terkejut

"Ya, anak anda, Reza" jawab icha "Kami berdua menyimpulkan bahwa anonymous itu adalah ray"

"Ray?? Keponakannya det. Gunawan?" lagi lagi det. Rudy terkejut

"Iya, lihatlah hasil penyelidikan anak anda pak" icha memberikan barang buktinya kepada det. Rudy

"Sulit dipercaya. Boleh saya tau nama anda??" tanya det. Rudy

"Nama saya Anisa Putri" jawab icha

----

Icha menghentikan tangisannya. Ia pun menelpon reza dan menyuruhnya datang.

Reza pun datang bersama dengan zara.
"Kenapa cha, kenapa lu nangis??" tanya zara.

"Ray, zar, ray" ucap icha sambil menangis

"Kenapa dengan ray?" kali ini reza yang bertanya

"Kita sudah melakukan kesalahan. Barusan ray bilang kalau dia sudah sembuh dan bisa ngendalikan 'pria itu'. Coba aja kita tau, kita gk bakalan laporin dia" jelas icha

"Ha?? Beneran??" zara terkejut

"Walaupun ray udah sembuh, tapi dia juga bakal dapat hukuman atas pembunuhan yang ia lakukan selama ini" ucap reza

-----

Hari penangkapan
20.55WIB

"Lima menit lagi ray, bersiaplah"
Ucap paman

Ray hanya terdiam mengikuti rencana yang telah dibuat pamannya untuk melarikan diri.

"Senjata itu, gunakanlah untuk melindungi dirimu melarikan diri"

21.00WIB
Terdengarlah suara dobrakan pintu dirumah mereka

---TBC---

a/n: ---

I Can See You [Continue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang