Chapter 05

62 7 3
                                    

Penyelidikan hari kedua dimulai dengan rapat yang tidak hanya dihadiri oleh tim detektif penyelidik, namun juga kepala kepolisian.

Rapat dilaksanakan di ruang yang besar dengan 4 meja persegi panjang di tiap tiap sisi ruangan.
Didepan telah berdiri seorang detektif penyelidik yang sedang membacakan laporan penyelidikan hari pertama.

"Tim penyelidik menemukan bahwa sebelum korban meninggal ia sempat menerima pesan dari sebuah akun yang bernama anonymous. Tapi ketika kami hendak meneliti lebih lanjut, data si anonymous ini hilang begitu saja" jelas si pembaca laporan

"Anonymous ya?? Kalau begitu serahkan kasus ini pada tim detektif CyberCrime" perintah kepala polisi."Apa anda setuju ketua tim penyelidik det. Gunawan??"lanjutnya

Det. Gunawan berpikir jika ia menyetujuinya maka, kepolisian akan lebih cepat menemukan keponakannya. Jika ia tidak menyetujui maka ia akan dicurigai. Akhirnya ia menyetujuinya."Baiklah"

"Bagaimana dengan anda ketua tim CyberCrime det. Rudy? Apa anda tidak masalah bekerja dengan det. Gunawan??" tanya kepala polisi itu.
"Iya" jawab det. Rudy

Det Rudy dan Det. Gunawan adalah dua detektif terhebat di kota ini. Mereka sudah menjadi rival sejak masih belajar di akademi polisi.

---

Waktu istirahat di SMA harapan. Suasana kelas menjadi sepi karena para murid sedang pergi kekantin untuk membeli makan siang. Hanya tersisa beberapa murid saja di kelas ini.

Termasuk Ray. Ia malas pergi kekantin karena terlalu ramai. Ia tidak suka dengan keramaian. Ia lebih memilih membaca buku sambil mendengarkan lagu.

Ketika ia sedang sibuk menjalankan hobinya itu, datanglah reza yang baru pulang dari kantin. Reza pun duduk di sebelahnya

"Hey bro.." sapa reza kepada Ray yang sedang membaca buku yang bertemakan ilmu psikologi.
"Hey" balas ray sambil menutup bukunya dan mencabut handsfree yang dipakainya.

"Gimana sekolah disini??" tanya Reza.
"Enak sih" jawab ray singkat.
"Cewek disini gimana cantik cantik kan??" canda reza.
"Haha" ray tertawa kecil
"Ada gk yg lo suka?? Icha?? Zara??" tanya reza dengan nada bercanda.
"Apasih.." ray menyangkal

"Icha itu cantik, pintar lagi.. dia kemarin juara 1 dikelas ini, orang tuanya guru, jadi wajar aja. Juara 2 nya gw.." reza menjelaskan sambil membanggakan dirinya sendiri
"Serius lu, kalau zara??" tanya ray penasaran

"Zara sih.. gk pintar2 amat. Tapi lumayanlah.." jawab reza
"Lumayan apanya?" ray mengerti arah pembicaraan reza
"Gk sih.. ayahnya zara itu psikolog terkenal di kota ini lho" jelas reza yang membuat ray tertegun

"Psikolog??" tanya ray yang seakan mendapat titik terang.
"Iya.. namanya Dr.Bambang," jawab reza
"Ohh.." ray tidak mau banyak bicara. Ia harus menemui dr.Bambang. Ia memutuskan untuk pergi setelah pulang sekolah.

"Eh, btw.. cita2 lo apa??" Reza mengalihkan pembicaraan
"Belum tau sih.. paman gw suruh jadi polisi soalnya dia ketua tim detektif penyelidikan. Tapi gw gk mau. Lu sendiri??" jawab ray yang balik bertanya kepada Reza

"Gw mau jadi polisi. Gw pengen kayak bokap gw. karena bokap gw ketua tim detektif Cybercrime" jawab reza

---

Ray memutuskan untuk pergi kerumah sakit menemui dr.Bambang. Ia menghampiri meja resepsionist.

"Ada perlu apa dik?" tanya resepsionis itu kepada ray
"Saya ingin menemui dr.Bambang" jawab ray
"Oh.. silakan isi form ini. Nanti akan kami panggil." Resepsionis itu menyerahkan kertas formulir.

Setelah hampir 1 setengah jam menunggu. Akhirnya nama ray pun dipanggil.
"Selamat sore dokter" sapa ray kepada seorang pria tua yang memakai jas putih khas seorang dokter dengan stetoskop menggantug dilehernya.

"Iya.. silahkan duduk" jawab dokter itu."jadi apa keluhanmu??"

"Saya adalah seorang penderita Dissociative identity disorder atau gangguan kepribadian ganda. Saya mengalaminya sejak 7 tahun lalu. saya dengar dokter pernah menangani kasus serupa. Dapatkah dokter membantu saya??" jelas ray kepada dokter bambang

"Kepribadian ganda?? Sudah berapa yang terbentuk?? Kapan munculnya??" tanya dokter bambang
"Yang saya tau baru 2 dokter. Saya sendiri dan seorang pria kasar yang menyebut dirinya Anonymous, biasanya dia muncul tiap kali saya tidur. Tapi kadang bisa muncul tiba2 kalau saya sedang sangat marah" jawab ray.
Dokter bambang sejenak berpikir. Kemudian memanggil
asistennya.

"Asisten.apa ada pasien lain sesudah pria ini??" tanya dokter kepada asistennya
"Ada beberapa orang dokter" jawab asisten tersebut.
"Mungkin ini akan lama. Kalau mereka ingin pulang dipersilahkan saja." suruh dokter bambang "dan tolong tidak ada yang boleh masuk keruangan ini sebelum saya perbolehlan" dokter bambang sangat menghargai privasi pasiennya
"Baik dokter" jawab asistennya keluar dari ruangan.

"Baiklah ray.. ceritakan penyebabnya"
Ray pun menceritakan semua kejadian yang dialaminya kepada dokter bambang.

"Baiklah.. datanglah kesini 4 kali seminggu. Kita akan lakukan terapi." Jelas dr.bambang setelah mendengarkan cerita Ray.

"Baik dokter.. tapi saya punya satu permintaan." ucap ray
"Apa itu" tanya dokter penasaran
"Tolong rahasiakan ini dari putri anda." pinta ray
"Maksudmu??"
"Putri anda teman sekelas saya dokter. Tolong rahasiakan dari zara kalau saya pernah bertemu dengan anda. Sebagai gantinya saya berjanji akan menjaga putri anda" ucap ray
Dokter bambang melihat ketulusan dari mata ray.

"Kau adalah orang yang baik. Tapi kau yang harus bertanggung jawab jika dirimu yang lain melukai putriku" Dokter bambang tersenyum.

---

a/n: Gimana?? Icha/zara?? :v Jangan lupa vote dan comment ya.

I Can See You [Continue]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang