Chapter 3 : Hariku di Asrama

8 2 0
                                    

Hah.. pagi yang indah. Aku masih tidak merasa indah sekarang. Bagaimana aku bisa nyaman kalau aku terpaksa? Apa yang dipikirkan dua orang itu sih? Pelayan? Apa itu panggilan penjaga disini? Seperti sebuah penyiksaan saja. Kamar ini tidak ada imut-imutnya. Kamar dengan jendela yang kacanya sudah ada yang pecah. Kasur yang tidak empuk dan tempat tidur tua yang sudah reyot. Mejanya juga sudah dipenuhi debu tak ada lemari disini. Seperti sebuah pemandangan penderitaan. Yang aku lihat tak ada kegembiraan.

"Hih! Apa mereka tidak membiarkanku tinggal sendiri saja? Dua orang tak berperasaan!" Kataku sambil menendang lantai

"Suka seenaknya saja! Emang aku ini apa? Aku kan juga punya hak memberi persetujuan. Jangan-jangan mereka berencana membuatku tersiksa! Apa mereka belum pernah melihatku mengamuk?!" Kataku kesal

"Tok tok tok" ada yang masuk rupanya. Ketukan pintu itu membuatku tersadar dari emosi yang tengah meluap bagai api yang terus diberi minyak dan bisa menelan habis benda di dekatnya.

"Apa... kamu... Hikaru Hasegawa?" Tanya seorang anak perempuan dengan ketakutan

"Iya. Ada apa?" Tanyaku dingin

"Waktunya sarapan" kata anak itu

"Aku tidak lapar" kataku

"Tapi kakak harus sarapan" kata anak itu

Jangan katakan panggilan kakak padaku. Aku tidak suka itu.

"Jangan panggil aku seperti itu" kataku dengan dingin seperti biasa lalu aku keluar kamar

"Dimana ruang makan nya?" Tanyaku

"Di... disana" kata anak itu menunjuk sebuah tempat yang cukup luas menurutku

Aku melangkah kesana dengan anak tadi. Susananya sangat riuh. Meja besar yang panjang disana dipenuhi anak-anak yang kini sedang lempar-lemparan makanan. Aku berusaha tidak peduli lalu segera menuju ke tempat pengambilan makanan. Menunya? Oke akan aku jawab. Nasi dan sup lalu minumannya air putih.

"Apa ini sering terjadi?" Bisikku pada anak perempuan tadi

"Ini terjadi setiap hari" jawab anak itu. Ya... aku tidak akan betah.

Kami melangkah ke meja paling pojok dengan kursi untuk empat orang. Aku sampai lupa berkenalan dengan anak ini.

"Namamu siapa?" Tanyaku

"Namaku... Chika" kata anak itu sambil menunduk

"Eh. Apa aku sangat menyeramkan sampai kau menunduk begitu?" Tanyaku dengan hangat. Aku merasa bersalah bersikap dingin padanya. Aku menganggap Chika itu imut dan dia juga baik. Kok bisa ya? Anak sepertinya masuk kesini? Aku agak curiga dengan tempat ini.

"Tidak kok. Kak Hikaru sangat manis" kata Chika

"Kau ini. Jangan sebut aku manis lagi" kataku sinis. Aku sangat swangat anti dibilang manis.

"Kok serem lagi" kata Chika dengan imutnya

"Maaf. Aku sudah biasa bersikap dingin. Tapi kurasa kepadamu aku tidak bisa bersikap seperti itu. Kamu berbeda. Entah kenapa aku tidak bisa bersikap kasar pada anak yang lebih muda dariku" kataku nyengir

"Itu hal yang akan kau lakukan kalau kau punya adik" kata seseorang

"Kak Kazuki!!!" Kata Chika

Aku menoleh ke arah suara itu. Seorang anak berambut hitam dengan jaket hitamnya. Terlihat berdiri di dekat meja kami.

"Hai. Kazuki Yamada" kata anak itu memperkenalkan diri. Anak yang terlihat ceria tapi mungkin dia anak yang baik. Aku jadi teringat betapa kerasnya kak Hiroshi dan kak Hoshi padaku mengenai anak laki-laki. Eh eh. Kok jadi mikirin itu sih?!

"Kak Hikaru? Kenapa melamun?" Tanya Chika

"Eh tidak kok" kataku

"Siapa namamu?" Tanya Kazuki

"Hikaru Hasegawa" jawabku

"Hasegawa? Kamu saudaranya Hoshi Hasegawa?" Tanya anak laki-laki yang tiba-tiba saja bertanya

"E eh? Memang sepopuler apa dia?" Tanyaku

"Dia sangat hebat dalam permainan sepak bola! Pokoknya dia kapten yang ramah dan keren" kata anak itu

"Aku tidak tertarik dengan sepak bola" kataku dingin

"Huh. Berarti kau bukan adiknya" kata anak itu

Mungkin kau benar anak muda. Aku juga tidak tahu. Aku adiknya atau bukan😥.

"Hikaru, apa kau tertarik dengan band?" Tanya Kazuki, dia sepertinya lebih tua dariku

"Kak Kazuki! Kenapa kakak bilang itu ke kak Hikaru? Dia bisa teracuni oleh band anehmu itu" kata Chika dengan imut

"Hehehe... misal tertarik aku kan bisa mengandalkannya sebagai fokalis" kata Kazuki

"Aku tidak pernah melakukan hal itu" jawabku dingin

"Hei hei... umurku sudah 17 tahun bersikaplah yang sopan" kata Kazuki

"Lalu aku harus apa kalau kau lebih tua dariku?" Tanyaku

"Setidaknya panggil aku kak Kazuki" kata Kazuki

"Enak saja. Aku tidak mau!" Kataku sambil melahap sarapanku sesaat kemudian aku cemberut

"Kenapa kak?" Tanya Chika

"Rasanya tawar" kataku

"Kira-kira seperti itu yang kami makan setiap hari" kata Kazuki

"Yang benar saja?! Hiii" kataku

"Makan saja. Kapan-kapan kalau kamu mau makan enak, bilang saja ke aku" kata Kazuki

"Kak Kazuki mau keluar lagi?" Tanya Chika

"Kalau Hikaru mau, kita bisa keluar sama-sama besok" kata Kazuki

"Kemana?" Tanyaku

"Ke tempat yang pastinya ada banyak makanan enak. Tenang saja, aku tidak akan membuatmu terus memakan makanan tawar ini" kata Kazuki
Tatapan matanya hangat sekali. Tidak buruk aku berteman dengan Chika dan Kazuki. Mereka sangat baik.

"Terima kasih" kataku sambil tersenyum

"Eh... tidak apa-apa" kata Kazuki

Aku melanjutkan makanku ditemani Kazuki dan Chika. Kami sering bercanda dan tertawa bersama. Hal yang tidak pernah aku alami saat bersama dengan keluargaku. Aku senang bisa tinggal disini. Padahal pertamanya aku sering mengeluh.

KORE WA YUMEDESU KA?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang