2. My Friend is a GHOST

1.6K 87 13
                                    

Heathens - twenty one pilots

Kini Fiona berada dirumah, Fiona membuka pagar rumahnya sendari melamun. Ibundanya yang menunggu Fiona diteras sendari menyeduh teh panasnya, melihat sikap Fiona yang begitu aneh membuat sang ibunda Fiona meliriknya.

"Kau kenapa nak?". Tanyanya, sendari menyipitkan matanya dan bangkit dari duduknya. Namun, Fiona tetap melamun meski ia melamun dan berjalan. Ketika Fiona telah sampai didepan pintu rumahnya, hingga ibundanya memegang pundak Fiona. Fiona pun terkejut, sendari memutarkan tubuhnya dengan cepat.

"Kenapa ma?". Tanya Fiona dingin, matanya mengarah kekanan dan kekiri, mungkin bagi Fiona berteman dengan hantu tadi sangat membebaninya.

"Mengapa kau melamun?". Tanya ibundanya heran, sendari menaruh secangkir teh panasnya.

"Oh, hem, tidak, aku tidak apa-apa ma". Alibi Fiona, seketika ibundanya tidak mempercayainya.

"Apa kau ada masalah?". Tanya ibundanya lagi, sendari melipat kedua tangannya kedepan dan kebelakang.

"Hem, tidak sama sekali". Terus saja Fiona beralibi, hingga ia memasuki rumahnya dan berlari kelantai 2 kamarnya.

Chintha Yuan Keyza, itu nama ibunda Fiona. Orang terdekatnya biasa memanggil Sasa, ia keturuan darah Turki, sedangkan Fiona juga keturuan darah Turki. Dalam keluar bu Sasa. Ia suka dipanggil dengan sebutan mama dslam keluarga kecilnya. Ia tak suka jika keluarga kecilnya memanggil dengan sebutan mami atau mamzky atau yang alay-alay begitu. Ia suka sekali masakan khas Turki. Mungkin hanya segitu saja perkenalan bu Sasa.

"Vo-Voke". Panggil Fiona gugup, sendari mengacak-acak rambutnya.

"Hei, Fio apa kau lelah? Apa kau sedang asik? Tetapi rupanya kau sedang kebingungan, kau kenapa? Apa kau bermusuhan dengan temanmu? Apa kau-". Celoteh Voke sahabatnya, yang sedang melingkari Fiona.

"Aku bertemu hantu tetapi hantu itu tak memiliki tubuh hanya kepala saja bahkan hantu itu sangat seram, hantu itu melayang dengan kepalanya saja aku takut sungguh aku takut. Tetapi hantu itu mengajak ku berbicara, hantu itu berkata kalau hantu itu adalah hantu baik, hantu itu mengajakku bersahabat sepertimu, apa kau yakin hantu itu baik? Mungkin kau kenal dengannya. Voke ku mohon padamu, jika aku menerima permintaan persahabatan ku dengannya, kau harus hati-hati". Celoteh Fiona juga, hingga Voke memijit keningnya.

"Bagaimana aku bisa mengenalnya secara langsung? Aku saja tidak boleh bersama kau kesekolah, konyol bukan? Aku bisa menjaga diriku sendiri. Walau itu hantu jahat ataupun hantu baik, aku bisa menjaga diriku sendiri, kau lupa Fiona kalau aku mempunyai kekuatan sihir?". Ujarnya pajang lebar, sendari matanya membulat sempurna.

"Okey-okey, besok kau boleh ikut denganku kesekolah. Tetapi kau harus hati-hati ya". Ketus Fiona tersenyum lebar, hingga membanting tubuhnya keranjang empuknya.

"Kau tak perlu posesif ". Ejek Voke, sendari menembus pintu kamar Fiona, entah Voke mau kemana. Namun, Fiona hanya terbaring diranjangnya dan memejamkan matanya.

"Fioooooooo". Teriak seseorang dibawah, hingga Fiona membuka matanya dengan cepat, Fiona membuka klop pintunya dengan cepat, kemudian ia berlari dnegan cepat menuju lantai 1.

"Apa ada? Eh, ada apa?". Ketus Fiona dengan pembicaraan terbalik.

"Nak, mama minta tolong jagain rumah ya. Mama mau pergi ke kantor sebentar". Teriak bu Sasa didepan pintu rumahnya, hingga Fiona melonggo saja.

"Oh-oh iya ma". Jawabnya to the point.

"Kaget gue ya ampun". Lanjutnya, sendari melangkah dan berlari kekamarnya.

"Gue kira apaan tadi, huh sebel gue. Oh iya, mending gue ngajak Gauri kesini ah". Ketusnya, sendari mengambil ponsel ditas ranselnya.

"Kau mau kemana? Apa kau ingin bermain dengan seseorang? Apa kau melupakanku? Hey Fio, apa kau tak memperhatikanku sedang berbicara denganmu? Apa itu yang kau sentuh? Mungkin aku sudah melupakannya, kenapa aku berbicara sendiri? Kau berbicara dengan siapa?". Celoteh Voke, membuat Fiona sangat sebal.

"Hey Voke, aku sedang berbicara dengan sahabatku, kau kenapa sih sangat takut sekali?". Tanya Fiona, sendari meletakkan ponselnya ketelinga.

"Maaf jika aku banyak bicara". Ujar Voke mundur dan menunduk.

"Tak apa! Hey Gau, lu kerumah gue yuk. Dirumah nggak ada siapa-siapa, cuma ada gue dan Voke aja, lu sibuk?". Ketusnya Fiona berbicara dengan Gauri lewat telponnya.

"Gak, gue gak sibuk. Okey gue kerumah lu ya". Jawab Gauri to the point.

"Benda apa ini?". Terus saja Voke bertanya, hingga Fiona ingin tertawa lebih kencang lagi.

"Ini adalah ponsel. Ponsel ini untuk kita telpon dan mengirim pesan, apa kau melupakan benda manusia Voke?". Jelasnya Fiona, sendari tersenyum lebar.

"Aku tak tahu". Singkat Voke dengan sebal.

~Bersambung~

Helo gaes, saya udah ngelanjutin ceritanya ngahahaha :v. Kalo ada salah kata maklumin yak :b, kalian boleh ngasih saran kalo saya salah kata ato apalah itu. Jika saya banyak typo juga maklumin, saya bukan akhir ngetik secepat org ngetik dikantoran hahahaha. Ya sudah ya, kalo mau lanjut cerita/NEXT CHAPTER jangan lupa vomment n like yakssss.

My Friend Is a GHOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang