The one - The Chainsmokers.
Pagi ini Fiona bangun dari tidur nyenyaknya, ia segera turun dari ranjangnya yang empuk, ia harus sekolah pagi ini, tak lupa lagi Fiona mengambil handuk dilemari kecilnya, kemudian mandi sekitar 4 menitan. Fiona sudah memakai seragam putih birunya dengan rapi, Fiona memutar klop pintunya dan memutarnya secara cepat. Fiona berjalan dan turun kebawah lantai 1, Fiona jalan menuju ruang makannya, ia mendorong kursi meja makan kebelakang, kemudian Fiona duduk. Fiona mengambil satu buah roti dengan isi susu kental coklat. Fionapun berangkat sekolah, ketika Fiona sampai disekolah, Fiona berjalan kearah koridor sekolah dan memasuki kelasnya, tak lupa lagi Voke akan mengikutinya.
"Apa kau melupakanku?". Tanya Voke to the point.
"Tidak". Jawabnya, sambil menaruh tas dilokernya.
"Owh okey, jika kau kekantin apa aku akan mengikutimu Fio?". Tanya lagi, sambil mengikuti Fiona.
"Tentu saja". Jawab Fiona gembira.
Teman-temannya melihati sikap Fiona yang aneh yang sendari tadi ia berbicara sendiri dan tersenyum sendiri. Fiona tidak gila, Fiona mempunyai sahabat meski sahabatnya berbeda dunia. Satu temannya mendekati Fiona to the point, ia bertanya mengapa Fiona sering berbicara sendiri dan tertawa sendiri.
"Hai, lu gue perhatiin dari tadi lu ngomong sendiri, apa lu sudah gila?". Tanya Hendrik, yang mengaruk-garukkan tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.
"Apa kau berkata jujur?". Tanya Voke
"Tidak". Jawab Fiona, matanya mengarah kenan dan kekiri kebingunggan.
"Kenapa kau tak berkata jujur saja?". Tanya Voke lagi, seakan-akan membuat Fiona semakin binggung.
"Kenapa lu ngelamun sih?". Tanya Hendrik sebal, hingga meninggalkan Fiona.
"Gue gak apa-apa". Alibi Fiona, yang menunjuk Hendrik yang sudah pergi.
Kring…
Bel pun berdering, semua murid pun memasuki kelas dan suara semakin hening. Fiona yang tidak memperdulikan Voke berbicara apa, karena bagi Fiona jika ia berbicara dengan Voke semua temannya akan mengejeknya. Gauri tahu jika Fiona sedang ditrmani oleh Voke disampingnya.
"Apa kau melupakanku?". Terus saja Voke bertanya seperti itu. Namun Fiona hanya terdiam.
"Kenapa kau diam saja?". Sambungnya lagi.
Fiona tergangung dengan pertanyaan itu-itu saja yang ditanyakan oleh Voke. Dan akhirnya Fiona mempunyai alasan untuk berbicara dengan Voke. Fiona yang mendorong kursinya kebelakang dan bangkit dari tempat duduknya, ia berjalan melangkah ke arah guru Sejarah itu.
"Bu, saya izin ke kamar mandi". Alibi Fiona, sembari berjalan kearah pintu kelasnya. Ia membuka pintu kelasnya dan menutup kembali.
"Voke apa kau tahu, jika aku menjawab pertanyaanmu tadi, bisa aku dikatakan aku gila pada semua temanku. Okey, aku minta maaf jika aku tak menjawab pertanyaanmu tadi, hanya Gauri yang tahu sifatku seperti apa". Celoteh Fiona, dengan memijit keningnya.
"Owh, maaf kan aku Fio". Jawab Voke sopan.
"Tak apa".
Oh tidak, hantu tidak bertubuh itu mengikuti jalan Fiona. Ia melayang diudara, Fiona yang sangat ketakutan melihat hantu itu, namun Voke ternyata mengenali hantu itu.
"Dres". Sapa Voke menyipit.
"Apa kau kenal dengannya?". Tanya Fiona ketakutan, ia langsung berlari kencang kearah kantin.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Friend Is a GHOST
HorrorFiona tidak gila, Fiona tidak sendiri, Fiona menyadari bahwa ia sering berbicara sendiri. Tidak! Fiona mempunyai sahabat, tetapi berbeda dunia. Voke, itulah sahabatnya. Fiona ingin memasuki dunia hantu, Fiona ingin menemani Voke. "Tidak mungkin jika...