5. My Friend is a GHOST

1K 40 0
                                    

Boneka Abdi - Risa Saraswati

Pukul 05.00 pagi, tepai sekali Fiona, Gauri, dan Voke sampai sekolah. Hari ini hari Sabtu sekolahan libur. Tak perlu basa-basi Fiona yang mendorong Gerbang sekolahan kekanan dan kekiri, tidak ada penjaga satu pun disekolahan sangat hening sekali suasana juga masih gelap dan anehnya lagi gerbang sekolahan tidak dikunci. Mereka bertiga memasuki sekolahan itu, ia berjalan menuju kebelakang kantin itu. Tiba-tiba ada suara orang melangkah.

Krok.. Krok.. Krok..

Seketika suasana masih hening apa ada orang disekolahan ini? Apa itu penjaga sekolahan ini?. Gauri yang mengigil ketakutan, ia tak mau melanjutkan pelajarannya.

"Fi gue takut". Ujarnya berbubah fikiran yang kemarinnya ia ingin sekali kedunia hantu sekarang ia mengigil ketakutan.

"Penakut lu, katanya mau ikut gue kedunia hantu". Ejek Fiona,siku nya melipat setengah dan mengarahkan Gauri.

Krok.. Krok.. Krok..

Oh tidak suara itu muncul lagi, apa itu hantu? Tidak mungkin itu hantu mungkin saja itu hanya penjaga sekolahan ini. Fiona tidak takut dengan suara itu, namun Gauri yang masih ketakutan ia berjalan disamping Fiona yang tadinya ia berjalan dibelakang.

Jrrrsss...

Suara pecahan beling yang berjatuhan Fiona semakin curiga dengan suara itu, suara itu mengarah ke sebelah kiri Fiona. Voke yang hanya mengikuti jalan Fiona tak memperdulikan suara misterius itu, sekarang Fiona ingin mencari tahu suara aneh itu.

"Lu ikut gue kesana". Tunjut Fiona ke arah kiri, kemudian Gauri menganguk saja walaupun bulu kuduknya berdiri semua.

"Katanya kita mau masuk kelorong itu?". Tanya Gauri, sembari jalannya mengendap-endap.

"Gak usah takut kali itu jalan udah mirip katak kepanasan". Ejek Fiona lagi, sembari membuang muka malasnya.

"Hehe". Cengir Gauri, mengaruk-garukkan tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.

"Apa ada orang?". Teriak Fiona, sembari berjalan mendap-endap. Namun, Gauri membokongi Fiona dengan tingkah lucunya.

"Pa-paan sih lu". Hempas tangan Gauri kepundak Fiona.

Seketika suasana masih hening, tak ada apapun disekitar mereka. Fiona tidak memperdulikannya lagi, ia segera memasuki lorong itu. Sesampai mereka bertiga kearah lorong gelap dan panjang itu mereka bertiga berjalan lebih cepat kearah lorong itu, tiba-tiba pintu itu tertutup sendiri.

Jeduaaarrr...

Pintu itu tertutup sangat kencang sekali, namun Fiona tidak takut dengan suara itu. Voke yang berjalan lebih dahulu kedepan Fiona dan Gauri membuntutinya. Didalam lorong itu tidak seperti biasanya yang Fiona jumpai kemarin lorong itu seketika bersuara hembusan angin dan celoteh-celoteh orang yang sangat banyak, sungguh aneh bukan?. Fiona yang semakin penasaran dengan celoteh-celoteh aneh itu ia mengikuti arah suara itu.

Semakin kedepan...

Semakin kedepan...

Semakin kedepan...

Tidak ada satu orang pun yang berbicara hanya hembusan angin kecang yang terdengar, Fiona tak mengikuti arah Gauri dan Voke ia kehilangan jejak mereka berdua. Dan sekarang apa yang ia harus lakukan? Apa Fiona harus keluar lorong itu? Tetapi tunggu sebentar setahu Fiona kemarin jalan ini hanya satu saja tidak ada berbelok-belok kekanan maupun kekiri, mengapa sekarang berubah 180 derajat?.

"Gauriiiiii, Vokeee kalian dimana?". Teriak Fiona kebingungan, badannya yang mengugil kedinginan sendari tadi. Ia tak segan-segan menoleh kenanan dan kekiri.

Weeeeeeesssszzzz...

Kembusan angin kencang melanda jalan Fiona. Cuaca semakin dingin didalam lorong ini tak hanya dingin kabut tebal yang mengahalangi jalan Fiona juga. Oh tidak Fiona benar-benar kehilangan jejak sahabatnya ntah kemana Fiona sekarang berjalan.

"Fiona kau dimana?". Teriak Voke yang sendari tadi melanjutkan perjalannya. Begitupun juga Gauri yang ia sadari sekarang ia sendiri tak ada teman untuk berjalan.

Ok, sekarang Fiona melihat jalan kearah kanan mungkin saja itu jalan satu-satunya untuk keluar dari sini. Fiona berjalan mengendap-endap, ia harus hati-hati jika ia salah melewati lorong ini, ia tak akan bisa pulang lagi. Fiona melangkah lebih lambat lagi dan hasilnya ia benar melewati jalan itu kini Fiona melambai-lambaikan tangannya. Tak tersangka jika ia benar melewati jalan keluar itu, Gauri yang sendari tadi memeluk sahabatnya ketakutan kini Gauri mengeluarkan air matanya. Voke yang sangat jengkel pada Fiona karena Fiona salah memasuki jalannya. Ya sedikit lagi mereka bertiga akan sampai pada lorong buntu ini.

1 menit...

2 menit...

3 menit...

Zrrrr....zzzzaaahhhhh...

Terdengar suara aneh dibelakang mereka bertiga Fiona dan Gauri menutarkan badannya kebelakang, hening tak ada apapun mungkin saja itu kelelawar lewat. Gauri yang tak sabar lagi ingin memasuki dunia hantu itu, dan akhirnya mereka akan melangkahkan kakinya kearah tembok bercahaya itu. Fiona terlebih dahulu ia memasukinya kemudian Gauri dan yang terakhir Voke. Woooowww, sungguh aneh sekali dunia ini semuanya berwarna merah kecuali langit dan awan, langit yang berwarna hitam dan awan berwarna abu-abu kehitaman. Gauri yang memutarkan badannya terus menerus ia kebinggungan dengan suasana disitu.

"Ini kita mau kearah mana Fi?". Tanya Gauri, sendari tadi melihat atas dan bawah.

"Kita kearah saya". Jawab Fiona dan menujuk kearah kanan.

"Mari ikut aku". Perintah Voke, melanjutkan pejalanannya.

Sekarang mereka bertiga menyebrangi sungai yang berukuran sangat kecil. Namun sungai itu tak berwarna coklat atau biru, sungai itu berwarna merah darah aneh bukan? Apa ini benar-benar darah? Jika itu benar darah mengapa aroma sungai itu berbau sangat wangi seperti bunga mawar?.

"Voke tunggu sebentar sungai ini wangi sekali seperti bunga mawar, apa sungai ini airnya dari bunga mawar?". Tanya Fiona, sembari mengaruk-garukan tengkuknya yang tidak gatal sama sekali.

"Haaa...". Gauri yang hanya melonggo tak haru apa-apa tentang semua ini.

Dunia ini keren, lucu, indah, ini warna favoritku warna merah. Tetapi ini sangat mustahil sekali, dibawah alam sadar gue seneng tinggal disini enak kali ya gue tinggal disini. Batin Gauri, sendari tadi melihat sungai itu.

"Eh kampret iler lu netes tahu". Ujar Fiona, tangannya melambai kebawah dan keatas dipermukaan muka Gauri.

"Eh astaga".

~Bersambung~

Helo gaes, sedikit ya? Hehe sorry kalo dikit ekekekek :v pikiran saya masih mentok disini :v eh suda suda jan basa basi ga penting tau :'(. Segini dulu ya apa adanya :v.

Next chaptet? Comment n like thaks.
r: Sok inggris lu thor
a: Bodo amat yang penting gua hepi
r: sayang jomblo
a: bngsd :'(
r: WAKAKAKAKA
a: diem lu_-

Eh suda2 malah ngebacod gua :v

My Friend Is a GHOSTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang