Tanpa(2)

3.2K 291 28
                                    

Tadi, saat jam istirahat ke dua, Nana dengan semangkuk bubur Mang Tejo—yang dengan susah payah di dapatkannya, karena harus meminta bantuan Pak satpam untuk pesan Mang Tejo yang berjualan di luar area sekolah—datang ke UKS. Namun ia tak menemukan Oksi di sana.

Dan kini, saat Nana datang ke rumah laki-laki itu  dengan sekotak bolu talas berwarna ungu, ternyata Oksi juga tak ada di rumahnya. Nana mendengus di hadapan Mama Oksi yang terlihat panik. Berkat kehadiran Nana, Mama Oksi jadi tau kalau anaknya itu kabur lewat jendela.

Dan Nana tak tau kalau itu bukan hal yang baik.

"Kamu tau gak Na, dia kira-kira kemana?" Di tanya seperti itu, Nana pun mengangkat kedua bahunya acuh, "Mana aku tau tante. Kan tante yang ibunya." Ujarnya sama sekali tak membantu.

"Coba telepon aja Tante."

Sekalian gantian Satirelah yang mendengus, "Udah saya coba dari tadi kalo itu mah. Tapi gak di angkat."

Merasa tak ada keperluan lagi di sana, akhirnya Nanapun memilih untuk menyerah saja. Rasa-rasanya sulit sekali mendekati Oksi. Waktu itu saja tidak sengaja bertemu di kamar mandi. Giliran sekarang Nana ingin menemuinya malah sulit sekali.

Nana bangkit dari tempat duduknya, menyodorkan bungkusan pelastik yang di bawanya kehadapan Satire, "Ini buat Tante aja deh. Nana mau pulang aja." Satire pun mengambil pelastik itu, meski sebenarnya ia masih linglung. Khawatir memikirkan anaknya, malah di kasih kue.

"Yaudah Na. Kalo dapet kabar soal Oki, kabarin Tante ya."

"Aku kan gak punya nomer Tante."

"Oiya, bentar ya." Wanita itu langsung membuka buku yang berada di samping telepon rumah. Menulis nomor ponsel serta nomor rumahnya, sebelum akhirnya menyobek kertas tersebut dan memberikannya pada Nana. "Tolong ya Na, Tante gak kenal temen-temen barunya soalnya. Ini baru kamu doang."

Mendengar ucapan itu, Nana langsung menggelengkan kepalanya setelah memasukan kertas yang di berikan Satire kedalam tasnya, "Aku bukan temennya Ad—Eh Oksi maksudnya tante."

Kening Satire mengerut samar, "Loh? Bukan?"

Nana menganggukan kepalanya, tersenyum, kemudian menjulurkan tangannya, "Kenalin tante." Meski bingung, Satire pun tetap menjabat tangan anak itu, "Genara Kintan Safana. Calon pacarnya Oksi."

Mulut Satire langsung menganga lebar. Ia tak tau kalau anaknya sudah punya calon pacar lagi. Ya, karena yang Satire tau, Oksi dan Gefari sudah putus lama. Dan tidak tau menau soal gadis yang tiba-tiba mengaku sebagai calon kekasih anaknya.

"Oke tante, Nana pulang ya. Tenang aja jangan kangen. Kita pasti bakalan ketemu terus kalo Oksi udah nembak aku. Permisi." Ujarnya sebelum akhirnya melangkah pergi begitu saja, menyisakan Satire dengan kebingungannya.

🌸🌸

"Lah? Jadi lo sama cewek lo gak boleh ketemu cuma gara-gara penyakit kalian sama?" Kepala Navy menoleh kebelakang, tepat ke bangku penumpang dimana Oksi berada. Di sampingnya sudah ada Atlas yang mengambil alih kemudi.

Awalnya Oksi memang terkejut dengan kehadiran Atlas yang tanpa mengatakan apapun, ternyata ikut menjemputnya. Bahkan Dengan santainya ia hanya berucap, 'Gue bosen di rumah.' Oksi sendiri tak ingin mengambil pusing.

"Itu bukan sekedar 'cuma' Nav, tapi emang pasien CF gak boleh deketan."

Oksi sudah menceritakan inti dari permasalahannya dengan Gefari, kekasihnya. Tentang kedua orang tua mereka yang tidak merestui dan memisahkan mereka karena penyakit yang mereka derita. Hal yang juga menjadi alasan mengapa Oksi pindah ke Jakarta.

O X Y G E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang