Tanpa

3.4K 342 91
                                    

Kamar yang cukup luas dengan dinding berwarna biru dan putih itu begitu sunyi. Kedua penghuninya belum bersuara sejak tadi. Oksi yang masih sibuk memakan cokelatnya, tanpa berniat menawari Nana. Sedangkan Nana sendiri sedang mengagumi kamar Oksi yang terlihat rapih. dan yang paling membuatnya tak bisa berkata-kata adalah karena gambar mural di bagian selatan ruangan.

Nana tidak mengerti seni sama sekali. Tapi ia suka melihat lukisan atau pertunjukan seni seperti teater. Ayah Nana adalah seorang sutradara dan ibunya sempat menjadi penari tradisional yang memenangi kejuaran sejakarta. Mungkin itu sebabnya Nana menyukai sesuatu yang berbau seni.

Namun satu-satunya yang menurun padanya adalah bakat menulis. Sudah 2 kali Nana menjuarai lomba puisi dan sudah berkali-kali karya Nana berada di majalah. Tapi sampai sekarang Nana belum pernah menembus penerbit novel. Begitu ia mendengar kalau banyak novel yang berasal dari wattpad. Di saat itulah Nana mulai mencoba dunia oranye.

Dan entah kenapa topik awal yang ia gunakan untuk menulis sebuah work di wattpadnya adalah tentang Oksi. Padahal di otak Nana banyak ide-idelain. Tapi Oksi terlihat lebih menarik.

Gadis itu menoleh kearah Oksi, yang kebetulan sedang menatapnya juga. Jadilah Nana langsung memalingkan wajah, memainkan rambutnya dengan kikuk.

"Lo gak ada niat keluar dari sini Na?" Pertanyaan Oksi yang begitu menusuk itu membuat Nana dengan cepat menoleh kearahnya dengan wajah kesal.

"Lo emang mau ngajak gue ribut mulu ya Si?"

"Panggil gue Oki aja kenapa sih. Kalo Oksi gak enak lo menggalnya." Sahut Oksi yang lebih tertarik dengan bagian penyebutan namanya di banding dengan bagian 'ngajak ribut' yang Nana ucapkan. Gadis itu mendengus kesal sendiri.

"Gue mau manggil lo pake panggilan lain kalo gitu."

"Kenapa sih di bikin ribet?" Oksi memutar bola matanya sambil terus mengelus Roxy yang berbaring di pangkuannya. Keadaan Oksi sudah membaik dan mulut jahatnya sudah kembali.

"Biar beda. Gue gak mau sama kaya orang lain, biar lo juga ngeliat gue beda, gak kaya saat lo liat yang lain." Nana menggerakan tangannya antusias, padahal Oksi terlihat malas untuk menanggapi anak itu.

"Moron? Eh moron tuh bego tau artinya, lo tau gak? Aneh juga ya nama lo."

"Oksimoron,  jangan di pisah. Itu nama majas." Nana mengangguk-angguk, ia baru menyadarinya kalau nama Oksi di ambil dari salah satu nama majas. Ia jadi teringat cerita wattpad yang ia baca, dengan karakter bernama Lego. Ternyata Oksi memang pas sekali jadi pemeran utama di ceritanya.

Nana kembali terfokus pada nama Oksi yang tercantum di otaknya. "Farama. Hmm kalo Fara kaya nama cewek. Kalo Rama, gak asik ah udah banyak."

"Oki." Sahut Oksi masih berusaha agar Nana memanggilnya seperti yang lainnya,

Tanpa peduli, Nana kembali berpikir lagi, "Kuadran.. Kua.. Dran. Adran! Nah, Adran aja!"

"Oki."

"Adran! Pokonya mulai sekarang gue manggil lo Ad—"

Dering ponsel yang menggema tiba-tiba mengintrupsi ucapan Nana. Menyadari kalau bunyi itu berasal dari ponselnya yang sejak tadi berada di samping bantal, Oksi pun langsung mengambilnya dan mendekatkannya ketelinga sebelum Roxy terbangun karena berisik.

"Ki dimana? Anak-anak pada mau balik." Suara Domino terdengar sebelum Oksi bahkan sempat mengucap salam.

"Oke, gue kesana. Tunggu bentar." Oksi mematikan sambungan teleponnya dan menatap Nana yang masih memandanginya dengan penasaran. "Domino. Katanya anak-anak pada mau balik." Ucapnya seolah menjawab pertanyaan di kepala Nana.

O X Y G E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang