Seperti

1.8K 207 18
                                    

Padahal Nana hanya mengenakan sweater rajut yang terlihat sedikit kebesaran dengan celana berwarna biru muda, namun Oksi menganggap gadis itu cantik sekali malam ini. Apa karena Oksi tak pernah melihat wajah Nana yang setenang ini selama beberapa minggu belakangan?

Yang jelas, Oksi bersyukur karena Nana sudah memberikan kesempatan untuknya. Setidaknya itu yang ada di pikiran Oksi.

Begitu Nana keluar dari pagar, Oksi langsung membukakan pintu untuk Nana. Oksi bisa melihat wajah gadis itu yang terlihat sedikit terkejut dengan perlakuan Oksi. Perubahan itu tentu sebagai bentuk keseriusan Oksi kalau ia benar-benar akan merubah sikapnya pada Nana.

Setelah menutup pintu di samping Nana, lelaki itu langsung memutari mobil dan duduk di balik stir. Sedikit melirik Nana yang masih tak menampakan senyuman di wajahnya saat Oksi memasang sitbeltnya. Lelaki itu menghela napas, 'sabar Ki, butuh waktu'.

Perlahan-lahan lelaki itupun menekan pedal gasnya setelah mengubah perseneling mobilnya. Tak banyak yang mereka katakan selama perjalanan membuat Oksi bosan, ia menjulurkan tangannya dan menyalakan radio di mobilnya, ia tak berminat mencari chanel-chanel radio yang lain. Oksi membiarkan suara penyiar itu terdengar hanya untuk mengisi kekosongan diantara ia dan Nana.

Hingga sebuah lagu terputar, membuat Oksi terdiam di tempat, ia bahkan tak berani menoleh kearah Nana saat lagu Ingrid michaelson terdengar di telinganya. Lagu yang sama saat Oksi mencium Nana untuk pertama kalinya dan terakhir kali hubungan mereka baik-baik saja.

Sadar kalau ia harus mengganti lagu itu, Oksi pun kembali menjulurkan tangannya, namun tiba-tiba suara Nana terdengar, "Jangan di ganti."

Oksi langsung menghentikan niatnya, melempar wajahnya ke kanan, tersenyum.

🌸🌸🌸

Sebenarnya Oksi bukan tipikal lelaki romantis ataupun berniat mencoba romantis, cuma semenjak 15 menit yang lalu Navy mengiriminya pesan, Oksi pun langsung membanting stir ke sebuah lapangan yang kalau siang sering di gunakan sebagai tempat bermain sepak bola. Namun saat malam hari seperti ini, lahan lapang itu di sulap menjadi sebuah pasar malam dengan kemerlap lampu khasnya.

Navy : Nana suka pasar malem, ada di daerah Depok. lo kesana aja.

"Ini serius?" Suara nana yang terdengar begitu antusias membuat Oksi sedikit terkejut setelah menarik rem tangan mobilnya itu. Lelaki itu mendongak dan menatap Nana yang tersenyum senang, ada binar di matanya yang entah datang dari lampu pasar malam atau memang karena gadis itu begitu bahagia. "Iya, ayo turun."

Begitu keduanya turun, Oksi tak bisa buru-buru berlari masuk kedalam pasar malam itu karena ia harus mengunci mobilnya terlebih dahulu. Mobil Oksi terlalu sensitif, kalau ia menggunakan lock otomatis, ia takut mobilnya akan tersenggol pedagang sosis bakar yang berada persis di samping mobilnya dan akan menimbulkan suara berisik. Jadi biar lebih aman, Oksi menguncinya manual saja.

Namun Nana gemas sendiri karena Oksi terlalu lama sedangkan anak itu sudah tidak sadar. Seolah lupa dengan peran yang harus ia mainkan, Nana langsung berlari kearah Oksi dan menarik tangan lelaki itu, "Ayo Drann.. buruan."

Entah sudah berapa Oksi tak mendengar Nana menyebutnya dengan 'Adran', mungkin Oksi saja yang berlebihan namun ia merasa begitu senang. Mungkin setelah ini Oksi harus meneraktir Navy dengan semangkuk mie ayam di kantin sekolah atau paling tidak ice cream mochi kesukaan Navy. Dan Oksi baru sadar satuhal, semenjak tragedi drama ini, Oksi jadi lebih dekat dengan teman-teman barunya, terutama dengan Navy. Seperti jalan hidup Oksi memang seharusnya seperti ini.

Hal pertama yang di lakukan Nana adalah menyeret Oksi ke sebuah stand kecil yang menggantung harum manis di depannya. "Mba mau, ini berapa?" tanya gadis itu, suaranya terdengar seperti anak kecil yang baru di belikan balon.

O X Y G E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang