Akhir

2.7K 288 32
                                    

"Aku mau kita putus."

Nana langsung mengangkat kedua tangannya dan menyumbat telingannya dengan kencang. Entah bagaimana ia bisa mendengar segala perbincangan Oksi dengan Gefari meski ia berada di dalam mobil. Sebelumnya, Nana sempat turun dan menjelaskan kalau ia tak ada hubungan apapun dengan Oksi. Namun Gefari tidak mau mendengarnya.

Meski ini yang sebenarnya Nana mau, namun mengapa ia merasa kalau semuanya tidak benar. Kalau semuanya berjalan terlalu baik hingga bisa terjadi secepat ini. Nana belum siap. Nana belum tau apa yang harus ia lakukan setelah ini. Nana belum menyusun apapun di hidupnya.

Tangan gadis itu terjulur membesarkan volume musik di mobil Oksi untuk meredam pertengkaran kedua sejoli di depannya. Nana mengangkat kedua kakinya ke atas jok mobil dan memeluknya. Mendadak ia takut. Mendadak ia ingin menangis.

Dan Nana tak mengerti kenapa ia merasa seperti ini. Nana tak mengerti mengapa ia menyesal.

Tak berapa lama kemudian Gefari pergi meninggalkan Oksi. Berlari sambil menangis menuju mobil yang tak jauh dari mobil Oksi terparkir. Tidak sampai satu menit. Mobil itu langsung melaju cepat pergi dan akhirnya menghilang di tikungan.

Kini fokus Nana adalah kepada lelaki yang sedang mengacak-acak rambutnya sendiri dan mengusap wajahnya berkali-kali. Seolah sedang menguatkan dirinya sendiri agar tidak menangis. Sebelum akhirnya duduk di kap mobil membelakangi Nana.

Dan Nana tak tau apa yang harus ia lakukan.

🌸🌸🌸

"Nih." Meski keadaan Nana tidak begitu baik. Namun ketika melihat tubuh Oksi tiba-tiba meluruh ketanah. Gadis itu langsung keluar dari mobil dengan panik dan memapah tubuh Oksi dengan susah payah masuk kedalam mobil.

Setelah setengah jam lelaki itu pingsan. Kini akhirnya Oksi membuka kelopak matanya. Nana pun langsung menyodorkan air mineral yang di belinya kepada Oksi yang masih berbaring di jok belakang.

"Gue pingsan?" Tanya Oksi mencoba menegakan tubuhnya.

Nana menganggukan kepalanya. Gadis yang duduk di balik kemudi itu akhirnya berhenti menoleh kebelakang dan menyandarkan tubuhnya pada punggung jok mobil Oksi. Ia merasa lemas. Sudah lama Nana tak membawa mobil tidak matic seperti ini. Namun ia memaksakannya karena Oksi pastinya butuh minum.

Meski sudah menghadap kedepan. Mata Nana sesekali melirik Oksi dari spion dalam mobil. Memandangi lelaki berwajah pucat yang sedang memijit pelipisnya sendiri berusaha mengusir pening di kepalanya.

"Mau balik?" Tanya Oksi tanpa membuka matanya.

"Terserah."

"Yaudah minggir." Kali ini Oksi membuka matanya, ia mengambil ancang-ancang untuk berpindah tempat duduk tanpa harus keluar dari mobil.

"Lo gila? Lo masih pusing kan? Mau nabrak apa pake soksokan nyetir?" Ucapan Nana langsung menghentikan niatan Oksi untuk pindah.

"Terus? Emang lo bisa nyetir mobil gue?"

Nana langsung menoleh kebelakang menatap Oksi dengan malas, "lo gak liat? Kita udah gak di tempat yang tadi kan? Lo pikir siapa yang bawa kalo bukan gue?"

Oksi langsung mengedarkan pandangannya keseliling mobil. Ternyata benar, ia sudah tak ada di tempat sebelumnya. Entah dimana ini. Namun Oksi masih bisa mengenali kalau tempat ini berbeda.

O X Y G E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang