Oksi(2)

2.1K 241 58
                                    

Nana langsung mundur beberapa langkah begitu sebuah motor sport dengan kecepatan tinggi hampir saja menabraknya. Bukan, hal itu bukan karena Nana kurang hati-hati ataupun melamun. Namun pengemudinyalah yang sedang dalam kondiri kacau.

Begitu pengemudi berhelm fullface itu menghentikan motornya, Nana langsung mencoba mendekatinya. Namun suara teriakan dari arah belakangnya membuat Nana menoleh.

"Navy!" Di lihatnya Atlas yang keluar dari dalam mobil sambil berlari menuju kearah Nana—bukan, kearah pengemudi motor itu.

"Naik buruan." Suara dari pengemudi motor itu langsung membuat Nana menoleh kearahnya. Lelaki itu membuka kaca helmnya, membuat Nana dapat melihat kalau pengemudi itu memang benar Navy.

"Tapi Nav—"

"NAIK GUE BILANG!" Suara penuh emosi itu membuat Nana tersentak. Ia menoleh kearah Atlas sekilas yang menggelengkan kepalanya menyuruh Nana untuk tidak ikut dengan laki-laki itu. Namun Nana lebih menurut kepada Navy.

Gadis itu pun langsung menaiki motor itu. Memeluk Navy dengan erat karena setelahnya lelaki itu mengemudi dengan kecepatan yang membuat siapapun takut.

Atlas mengeram. Di tarik rambutnya frustasi. Ia tau kalau Navy sedang tidak ingin di ganggu. Namun tetap saja, Atlas tidak bisa membiarkan lelaki bodoh itu pergi dalam keadaan emosi. Jadilah Atlas buru-buru menaiki mobilnya dan berusaha mengejar kemana perginya Navy.

🌸🌸🌸

Helm fullface yang tadinya ia kenakan itu di banting dengan keras oleh pemiliknya hingga membentur semen yang melapisi taman itu. Entah ada dimana mereka sekarang, Nana tak begitu peduli. Yang ada di pikirannya sekarang hanyalah mengapa Navy bisa semarah ini.

"Lo tolol, hah?" Wajah Navy yang memerah membuat Nana tau kalau lelaki itu sudah kehilangan kesabarannya.

"Apaan sih?"

"Wattpad lo! Gefari! Oksi! Semuanya Na. Kenapa lo gak bilang sama gue, hah?"

Nana tersentak, ia tak tau kalau Navy membaca wattpadnya. Nana menundukan kepalanya, jari-jarinya yang bertautan ia mainkan sebagai pengalihan. Nana tau, hal yang sudah ia lakukan itu sebenarnya salah. Namun bagaimana? Ia hanya ingin membantu sahabatnya.

"Kalo ini soal lo yang terobsesi sama cerita-cerita di wattpad. Lo tolol Na! Sadar! Ini bukan dunia khayal!"

"Bu.. bukan gitu Ru.." suara Nana bergetar.

"Terus apa, hah?" Kedua tangan Navy berada di bahu Nana, menggoyangkan tubuh gadis itu. "Liat gue!"

"Maaf.." ujarnya dengan air mata yang mulai mengalir di pipinya.

"Liat gue, Genara!" Bentakan Navy pun membuat Nana mengangkat kepalanya perlahan. Kini mata sembabnya dapat melihat wajah Navy yang mulai meluluh. Emosinya mulai menguap berubah jadi rasa iba, terlebih saat melihat wajah gadis itu yang basah oleh air matanya.

Navy langsung menarik tubuh Nana kedalam pelukannya. Kedua tangan Nana memeluknya dengan begitu erat, isaknya semakin lama semakin kencang. Jujur, Nana sudah lelah menangis. Namun seolah tak ada yang bisa gadis itu lakukan selain menyesal dan menangis.

"Maaf gue ngebentak lo." Nana tak menjawab. Yang di lakukannya hanya menangis di pelukan Navy.

Pelukan yang selalu membuatnya nyaman.

O X Y G E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang