Tetap

2.4K 260 41
                                    

Nana sudah masuk sekolah. Begitu juga dengan Oksi. Segalanya terlihat seperti biasanya. Upacara di pagi hari. Pak Mamat yang masih saja menghukum murid-murid yang terlambat. Pemeriksaan atribut sekolah sebelum masuk ke kelas. Jadwal belajar mengajar yang di mulai jam 7 pagi.

Semuanya sama.

Mungkin yang berbeda adalah suasana di bangku barisan ke 2. Tempat gadis berambut panjang yang saat itu sedang di kuncir kuda sedang menangkupkan wajahnya pada lipatan tangan ke arah yang berbeda dengan laki-laki di sebelahnya yang sedang menulis sesuatu di bukunya. Nana dan Oksi.

Segala ribut-ribut manis yang tadinya biasa terjadi, kini menguap menjadi diam. Sekelilingnya berubah menjadi dingin yang biasanya hangat. Itu bukan mau Oksi, sama sekali bukan. Lelaki itu sudah mencoba berbicara dengan Nana sejak jam pelajaran pertama namun gadis itu tak mau bersuara sama sekali.

Suara khas bel yang menandakan jam istirahat pertama pun terdengar. Dengan cepat Nana langsung mengambil dompetnya di dalam tas kemudian melangkah pergi dari tempat duduknya menuju tempat duduk kedua sahabatnya sebelum akhirnya menghilang di balik pintu kelas.

Oksi menghela napas, namun saat ia melakukannya, anak itu malah terbatuk. Ia langsung menutup mulutnya dengan tangan, berusaha meredam batuknya. Meski cukup sulit, namun akhirnya ia berhasil menghentikan batuknya. Beberapa anak yang berada di kelas langsung menoleh kearahnya.

"Sial." Ujarnya sebelum menyandarkan punggungnya pada kursi. Penyakitnya semakin parah. Oksi tau itu, meski Mamanya tak mengatakan apapun. Namun dari sembab di mata Mamanya lelaki itu tau, kalau waktunya tidak akan lama lagi.

Mungkin Oksi memang harus membiarkan Nana pergi. Agar gadis itu tak menjadi salah satu orang yang menangis di samping kuburannya.

"Ki!" Panggilan itu membuat Oksi tersadar dari lamunannya. Ia melihat Navy, Atlas, Domino dan Aries berjalan menuju mejanya. Dengan santai menyeret bangku mengitari meja Oksi. Meletakan berbagai makanan dan cemilan yang mereka beli di atas meja. Belakangan Oksi tau, kini ia telah menjadi bagian dari mereka.

"Males ke kantin kan lu? Nih gue bawain kantin ke meja lo." Ujar Aries dengan senyum khasnya.

"Gue bawa bekel kan." Jawab Oksi, entah kenapa teman-temennya itu suka lupa kalau Oksi tak boleh makan sembarangan.

"Yaudah sekalian kita temenin lu makan. Kasian kan jomblo makan sendirian." Ledek Atlas yang langsung mendapat toyoran dari Domino, "Lah lo kan juga jomblo nyet."

"Ah anjing di ingetin."

Di balik candaan teman-temannya, dari sudut mata Oksi yang menyita perhatiannya hanya Navy yang duduk di sampingnya. Lelaki itu hanya diam, fokus pada sepiring siomay yang di makannya. Raut wajahnya tidak terbaca, namun yang Oksi tau, itu bukan raut wajah yang bahagia.

"Dateng ya pada besok."

Perhatian Oksi beralih pada Aries yang tersenyum lebar. "Dateng kemana? Emang ada apaan?" Kerutan di kening Oksi menandakan kalau lelaki itu tak tau apa-apa.

Aries pun mendengus, senyumnya luntur, "Lo gak baca group apa? Apa gunanya lo ada Di group kalo gitu." Di bilang seperti itu, Oksi langsung buru-buru membuka ponselnya dan melihat isi chat yang sudah mencapai 999++. Jangan salahkan Oksi, tapi memang Mamanya melarang Oksi untuk bermain hp selama masa pemulihan.

Begitu melihat hal yang di maksud Aries mata Oksi langsung melebar. Ia mengalihkan pandangannya dari ponsel kemudian tersenyum lebar, "congrats yes."

"Ah telat telat lu ah. Yang penting dateng ya besok." Oksipun menganggukan kepalanya, ia tak mungkin absen dalam acara penting sahabat barunya.

O X Y G E NTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang