11 | Kebingungan Aletta

606 48 12
                                    

"Karena satu hari bersama orang yang kita cintai itu rasanya akan sama seperti seribu hari."

🥀


Devano : Plg sklh, prkiran.

Aletta : Oke, Abang ganteng 😚

Read.

Ya, Devano memang sudah men-unblock kontak LINEnya. Yang menyuruhnya? Tentu saja Aletta.

Aletta tidak bisa mengungkapkan perasaannya sekarang dengan jelas, yang pasti, ia sangat senang. Walaupun waktunya hanya seratus hari untuk berada di dekat Devano, dan kalau ia tidak berhasil membuat Devano jatuh cinta pada dirinya, ia harus mundur, tapi ia senang karena setidaknya ia diberi kesempatan.

"YES!" teriak Aletta tiba-tiba membuat guru yang sedang berbicara di depan kelas ngehentikan ucapannya.

"Aletta Raebella Gerlach!"

Aletta melirik gurunya yang sedang menatapnya tajam, dengan watados Aletta terkekeh, sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal, "Kenapa, Bu? Hehe."

"Kamu tidak lihat kalo saya sedang mengajar di depan?"

"Hm ... liat sih, Bu, masa manusia selebar dan sebesar badan Ibu gak keliatan di mata saya. Invisible, dong."

Murid-murid sekelasnya hanya menahan tawa, termasuk Tara yang menjadi teman sebangkunya juga. Tara menyenggol siku Aletta sambil berbisik di telinga Aletta, "Gila ya lu, bisa ngamuk si macan."

"Dasar kurang ajar, ya, kamu. Sekarang, kamu ke perpustakan, kamu cari buku sejarah tentang masuknya agama Hindu ke Indonesia, lalu ringkas semua isinya, Ibu mau tugas itu dikumpul besok!"

"Ha-hah? Serius, Bu?" Aletta memasang tampang beloon-nya.

"Serius. Sudah, sana kamu ke perpustakan. Atau mau Ibu tambah hukumannya?"

"Jangan dong, Bu, Ibu kan baik, trus cantik--" Ucapannya terputus ketika guru sejarah itu melemparkan tatapan tajamnya.

Dengan cepat, Aletta berlari meninggalkan kelas tercintanya.

"Mampus gue, pake di suruh ringkas begituan lagi. Itu guru gatau apa kalo gue benci sama yang namanya sejarah-sejarahan," omelnya.

"Lagian kenapa pake ada pelajaran sejarah sih. Emang kalau gue belajar sejarah, pahlawannya bakal hidup lagi apa," lanjutnya.

"Tai. Tai. Tai. Dasar semuanya mirip tai."

🥀


"Bye, Tara! Gue duluan, ya. Udah ditunggu sama calon suami gue." Aletta melambaikan tangannya ke arah Tara dengan senyuman paling lebar yang dimilikinya.

"Jijik lo, udah sana! Have fun, ya," teriak Tara. Tara tidak bisa lagi menahan senyuman, akhirnya setelah sekian lama ia bisa melihat Aletta tersenyum tanpa beban lagi.

Tara merupakan satu dari beberapa orang di dunia ini yang peka. Ia tahu kapan sahabatnya itu tersenyum palsu dan kapan sahabatnya itu tersenyum tanpa ada kata 'palsu'.

"Gue percayain Aletta sama lo, Kak Vano. Gue harap lo gak hancurin kebahagian Aletta untuk yang kesekian kalinya," gumam Tara.

Aletta segera masuk ke dalam mobil Devano yang sudah sangat ia hafal.

"Hai! Mau ke mana nih, kita?" sapa Aletta setelah duduk dengan nyaman dalam mobil Devano. "Gak tau. Liat nanti aja."

Gadis mengangguk-ngangguk. Kemudian kembali mengoceh seperti biasa, "Tau gak sih, tadi aku kan gak sengaja teriak di dalam kelas, terus Bu Macan nyuruh aku ke perpustakan dan dapet tugas cari sejarah tentang masuknya Hindu ke Indonesia, abis itu harus di kumpul besok. Kak Vano harus coba gimana tersiksanya aku, Kak. Sumpah, kalo bisa, aku gigit itu guru macan," ujar Aletta berapi-api, menahan kesal mengingat hukuman yang diterimanya.

"Udah selesai ngomongnya?" ujar Devano tanpa menoleh ke arah Aletta, ia terlalu sibuk memperhatikan jalan.

Aletta memberengut. "Kok responnya gitu, sih. Aku udah ngomong panjang lebar, diresponnya gitu. Suara aku padahal mahal, lho."

"Najis."

"Najis-najis tar suka."

"Amit-amit."

"Amit-amit atau amin-amin?" Aletta menahan tawa.

Devano mendengus. "Berisik, ngomong mulu lo kek burung beo."

"Biarin, burung beo kan lucu."

"Hm."

Setelah itu hening. Devano sibuk menyetir, sedangkan Aletta sibuk memperhatikan jalan.

"Boleh nyalain lagu, gak?" Aletta membuka pembicaraan, tidak tahan dengan keheningan yang mereka ciptakan.

"Hm."

"Hm apa?"

"Iya."

"Iya apa sih? Kalo ngomong yang jelas kenapa."

Devano mendengus pelan, "Iya, boleh."

"Apanya yang boleh."

"Nyalain lagu."

"Oke."

Aletta sebenarnya mengerti, ia hanya sengaja memancing Devano supaya Devano terbiasa berbicara panjang saat bersamanya.

Woke up this morning, can't shake the thunder from last night
You left with no warning and took the summer from my life
I gave you my everything, now my world it don't seem right
Can we just go back to being us again?

'Cause when I'm sitting in the bar
All the lovers with umbrellas always pass me by
It's like I'm living in the dark
And my heart's turned cold since you left my life
And no matter where I go
Girl, I know if I'm alone, there'll be no blue sky
I don't know what I'm doing wrong

Tubuh Devano menegang setelah mendengar lirik bagian itu. Aletta tidak sadar, ia sibuk bersenandung pelan tanpa tahu bahwa ekspresi cowok di sebelahnya berubah.

'Cause baby, when you're gone
All it does is rain, rain, rain down on me
Each drop is pain, pain, pain when you leave
It's such a shame we fucked it up, you and me
'Cause baby, when you're gone
All it does is rain

And it feels like, oh, oh, oh, oh, oh, oh
Oh, oh, oh, oh, oh, oh
And it feels like, oh, oh, oh, oh, oh, oh
'Cause baby, when you're gone
All it does is rain

Tried to find shelter here in the arms of someone new
But I'd rather be there under the covers just with you
'Cause you were my everything
Now I don't know what to do
Oh, I'm caught up in the storm

'Cause baby, when you're gone
All it does is rain, rain, rain down on me
Each drop is pain, pain, pain when you leave
It's such a shame we fucked it up, you and me
'Cause baby, when you're gone
All it does is rain

And it feels like, oh, oh, oh, oh, oh, oh
Oh, oh, oh, oh, oh, oh
And it feels like, oh, oh, oh, oh, oh, oh
'Cause baby, when you're gone
All it does is rain

Sampai lagu selesaipun, cewek itu baru menoleh dan mendapati ekspresi Devano yang begitu berbeda.

Sorot matanya menajam, genggaman tangannya pada stir menguat. Aletta sampai takut sendiri melihatnya.

"Kenapa, Kak?"

Saat itu, barulah Devano merubah ekspresinya menjadi datar kembali. Aletta benar-benar tidak bisa menebak perasaan Devano kali ini. Tadi ia datar, kemudian berubah menjadi seram, kemudian datar lagi dalam sekejap.

Memang, ada yang salah dengan lagu itu? Lagu itu hanyalah mengartikan seorang lelaki yang ditinggal oleh seorang perempuan tanpa peringatan. Kemudian sosok lelaki itu berubah, hatinya menjadi dingin.

🥀

HSS [1] If I CanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang