"Will he love you like I loved you?
Will he tell you everyday?"-A Rocket To the Moon
🥀
Aletta menopang dagunya bosan, menatap gurunya yang sedang menjelaskan pelajaran. Namun, tidak ada sekatapun yang masuk ke telinga gadis itu.
"Gue ngantuk, huh." Aletta meniup poninya.
Tara menyenggol lengan teman sebangkunya itu. "Cuci muka, gih."
"Gak mau. Mau bobo."
"Aneh-aneh aja lo."
"Mau izin ke toilet, ah, Tar," ujar Aletta.
Tari menaikkan sebelah alisnya bingung, belum satu menit temannya itu bilang tidak ingin cuci muka. "Lah? Katanya gak mau cuci muka?"
"Bukan mau cuci muka, mau bolos."
"Ck, ck. Bolos terus lo, Let."
"Mau bolos atau ngak juga, nilai gue tetep bagus."
"Iya iya, tau. Mentang-mentang pinter."
Aletta mengibaskan rambutnya. "Iya, dong."
Tara berdecak kesal, tangannya mendorong dahi Aletta. "Sombong amat jadi orang."
"Gapapa sombong kalo emang ada yang perlu disombongin." Aletta berceletuk.
"Halah, udah sana lo." Tara mengibaskan tangan, berniat mengusir temannya.
Aletta mengangkat tangannya.
"Iya, Aletta? Ada yang mau ditanyakan?"
"Mau izin ke toilet, Bu, bukan mau nanya," jawab Aletta sambil menyengir.
Bu Rahma--guru Bahasa Indonesia, menatap Aletta datar sebelum akhirnya mengizinkan cewek itu untuk ke toilet. "Sudah saya duga, niat kamu bukan untuk bertanya."
Aletta menyengir lagi. "Ibu kayaknya kenal saya banget." Lalu ia segera beranjak keluar kelas sebelum Bu Rahma mulai mengomel.
Langkah kakinya membawanya ke taman. "Ngantuk banget, ya ampun. Pengen tidur."
Ketika sampai di taman, matanya tidak sengaja menangkap Regan yang sedang bersandar pada batang pohon.
Aletta tersenyum jahil. Ia melangkah pelan-pelan, berniat mengagetkan cowok yang sedang menutup matanya itu.
"DOR!" Suara itu membuat Regan membuka matanya, menatap perempuan di depannya.
"Gak kaget."
Bibir bawah Aletta maju ke depan. Cemberut karena niatnya gagal.
Ia mendudukkan diri di atas rerumputan, tepat di sebelah Regan setelah susah payah menyuruh cowok itu bergeser.
"Gue ngantuk," tutur Aletta.
"Tidur, lah. Susah amat hidup lo."
"Mau, tadinya. Setelah liat lo gak jadi."
"Kenapa?"
"Takut mimpi buruk abis liat muka lo."
Regan mendengus kesal. "Gak jelas lo."
Aletta menyengir. "Bercanda." Tangannya melepas earphone yang tergantung di telinga kanan Regan, lalu memasangnya ke telinganya. Sepertinya kini melepas earphone yang tergantung di telinga orang lain sudah menjadi hobinya.
Lagu milik A Rocket to The Moon yang berjudul "Like We Used To" mengalun lembut di telinganya.
"Sesuka itu lo sama band A Rocket to the Moon?"
KAMU SEDANG MEMBACA
HSS [1] If I Can
Ficção Adolescente❝Bahkan jika aku dapat memutarbalikan waktu dan memilih untuk jatuh cinta padamu atau tidak, aku akan tetap memilih pilihan pertama. Meskipun aku tahu resikonya adalah patah hati.❞ Copyright © 2017