tujuh

414 44 12
                                    

Mutatio;

tujuh

***

"Lo harus tau Lan, lo kayak patah hati level dewa banget waktu itu."

Oh, sekarang lebih cepat setengah detik.

Alan berdecak, "Ya gue 'kan gak tau, Ta. Lagian lo kurang kerjaan sih."

"Eh tapi Lan, kalo gue nggak ngaku malem itu, lo tetep mau nembak Athira?" tanya Tirta jahil.

"Lo tuh iseng banget, Ta." desah Alan kesal.

Tirta tertawa lagi, "Gue cuma mau mastiin lo masih normal apa nggak waktu itu, Ta. Lagian cewek sebohay Fira lo tolak. Ternyata tipe lo cewek- cewek yang baik, malu- malu dan perhatian kayak Athira gitu, ya." ucapnya dengan nada menggoda lagi.

"Najisin lo, Ta! Harusnya gue emang ngajak Athira ketemuan aja. Kalo gitu 'kan gue nggak harus cerita ke lo, yang ternyata di balik akun Athira."

Mari kita perjelas, dua tahun lalu, Alan ditembak cewek bernama Fira. Fira adalah cewek famous yang berlebih. Otaknya, hartanya, cantiknya, badannya dan bacotnya. Gadis impian kaum adam seangkatan—bahkan adik- adik kelas mereka juga. Dan Alan menolaknya saat itu juga.

Lalu dengan sifat jahilnya, Tirta membuat fake account di LINE yang diberi nama Athira. 'Athira' tiba- tiba berada di grup literasi Alan dan membuatnya jatuh hati.

Dulu Alan sering kali bercerita pada Tirta mengenai Athira. Hingga akhirnya Alan ingin menembak Athira, Tirta baru mengaku jika Athira hanyalah fake account buatannya.

Tirta tertawa keras, "Yah, kali ini gue nggak bikin fake account lagi. Jadi kalau lo jatuh lagi, orangnya pasti asli."

Kepala Alan mengangguk, bukunya ia tutup lagi. Buku yang sedang ia baca berjudul Half the Sky. Buku yang menceritakan tentang sex and woman trafficking yang sedang marak dibicarakan, walau sebagiannya sibuk di sembunyikan. Ia tak mampu berkata, buku ini cukup berat. Apalagi untuknya yang seorang lelaki. Terlalu banyak kisah rapuh yang bahkan membuat Alan menangis. Dalam diam pastinya, ia tak mau diejek Tirta lagi karena terlalu baper pada buku.

"Lo percaya sama love at sight gak Ta?"

Kepala Tirta menoleh, matanya menyipit, "Lo nggak lagi baca novel cengeng, kok, Lan."

"Mesti banget ya, Ta." balas Alan kesal. Jawaban Tirta sama sekali tidak membantunya. Padahal sepupu merangkap sahabatnya ini terlihat berpengalaman dalam hal 'percintaan remaja', yah setidaknya menurut dirinya.

Oke, Alan juga masih remaja.

"Walau kedengerannya cheesy banget, kadang ada sih yang love at first sight gitu. Yah mungkin love at first meet, gak mungkin banget jatuh cinta pas baru pertama liat. Kirain apaan kali." jawab Tirta. Kali ini lumayan berguna dan nggak ngaco.

Respon Alan masih saja tak jauh dari mendengus, menutup- membuka buku, merebahkan badan, merebut stik PS Tirta, atau nyemil. Contohnya sekarang ia merebut stik PS Tirta yang sedang bermain Mario Bross. Terdengar kekanakkan tapi itulah games favorit Tirta sepanjang masa. "Aneh." Ungkapnya pendek.

Tirta lagi- lagi menyipitkan matanya, "siapa?"

"Apa?"

"Aneh?"

Alan mendengus, "gue aneh. Masa kayaknya gue suka sama cewek."

"..."

"...dan kali ini aneh beneran, Ta. Nggak kayak Athira lo yang berusaha peduli dan perhatian sama gue, gue malah jatuh ke cewek yang... beda banget?"

MutatioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang