s a t u

946 82 24
                                    

Mutatio;

s a t u



"Terus Lana gimana?"

"..."

"Temen- temen aku mah jam segini udah gak disekolah, Ma. Mau naik angkot juga gak ada yang lewat, mama 'kan tau sendiri."

"..."

"Yaudah deh, aku usahain."

Lana menaruh telepon dengan resah. Sudah sejam lebih sejak bel pulang berbunyi dan ia masih disekolah. Gadis ini bukan tipikal anak yang betah disekolah, sesungguhnya. Tapi kenyataan pahit bahwa handphonenya lowbatt dan mamanya tidak bisa menjemput memaksa gadis jutek bernama Lana ini masih berada disekolah sekarang.

Yang lebih parah lagi, mama tidak bisa menjemput Lana karena sedang mengantar Oma yang terkena serangan jantung mendadak ke rumah sakit. Lana lebih khawatir akan Omanya dibanding dirinya yang masih disekolah.

Kakinya berlarian dikoridor setelah berterimakasih pada Bu Fitria—guru tata usaha sekolahnya- karena telah meminjamkan telepon sekolah. Sekolah benar- benar sudah sepi. Hari ini sama sekali tidak ada jadwal ekskul ataupun rapat guru. Selain murid yang tersisa sedikit—kebanyakan dari mereka yang kini duduk- duduk dipinggir lapangan adalah kakak kelas 12- guru- guru juga hanya terlihat sedikit.

Mungkin kalau Bu Sita masih ada disekolah, ia bisa menebeng pulang.

Diantara tatapannya yang meneliti murid- murid yang masih tersisa disekolah, gadis ini memfokuskan pandangannya ketika melihat sesosok makhluk didepan pos satpam. "Eh, elo!" panggil Lana pada seorang cowok yang terfokus pada bukunya.

Yang dipanggil tidak menengok. Ada aja sih yang ngeselin diwaktu- waktu gue butuh, batin Lana kesal. "Woi yang lagi baca buku, nengok dong!" panggil Lana lagi.

Padahal jaraknya dengan cowok itu tak terlalu jauh, tapi kenapa cowok itu bolot banget, sih?

Kaki Lana mempercepat larinya, lalu menarik pelan buku digenggaman laki- laki itu. Lana gak pernah bisa dan gak pernah mau dikacangin.

"Lo temen sekelas gue, 'kan?" tanya Lana kemudian.

Bukan hal aneh, Lana bahkan gak hafal nama teman satu kelasnya.

Cowok yang memasang tampang tengil itu menaikkan alisnya, "Emangnya kenapa?" tanyanya mengambil buku yang tadi ia baca dari tangan Lana.

"Gue Lana."

"Gak nanya."

Mata Lana melotot, kakinya menghentak lantai sekali, "Gue gak peduli. Gue cuma mau pinjem handphone lo buat pesen ojek online!" ucapnya gemas.

"Gue Alan." Sahut cowok tadi yang ternyata bernama Alan.

"Gak nanya." balas Lana mencontoh jawaban Alan saat ia memperkenalkan diri tadi.

Alan berdecak, "Mau minjem tuh dimana- mana baik- baik, ini galak banget, heran." tanggap Alan lalu melanjutkan bacaannya.

"Alaaan, tolongin gue dong, plis. Gue butuh banget aplikasinya." mohon Lana. Gadis itu sudah berusaha tidak mengomel- omeli Alan atas tanggapannya yang luar biasa cuek dan ngeselin.

Mengetuk- etukkan kakinya cuek, Alan bertanya "Emang buat apaan? Penting gak? Kalo gak penting gue ogah minjemin handphone ke semba—"

"IH BACOT BANGET SIH!" potong Lana kesal dengan bibir mengerucutnya. Selain si pengerusuh kelas aka Didi, Lana belum pernah lagi bertemu cowok yang baru ketemu udah banyak omong, ia juga anti sama model yang begituan, gak keren.

MutatioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang