s e p u l u h

174 18 9
                                    

Mutatio;

s e p u l u h

kudedikasikan kepada semua pembaca Mutatio yang sabar sekali menunggu cerita gaje ini berlanjut. love you!

***

Dengan piyama mickey mousenya, Lana menghampiri tamunya malas- malasan. "Seharusnya lo tau kalo namu ketempat cewek segini malemnya itu nggak sopan." menjadi kalimat pembuka antara dirinya dan Alan, tamu istimewa malam ini.

Padahal ini baru jam tujuh malam.

"Sori, gue cuma nggak enak buat ngechat, takutnya lo salah paham."

Kepala Lana mengangguk dua kali, "Lo nggak harus merasa nggak enak, karena gue nggak peduli." Tanggap cewek itu, masih judes, masih datar.

Alan menghadapkan tubuhnya ke Lana, "Gue peduli sama apa yang menyangkut diri gue. Oke, gue cuma mau bi—"

"Waktu lo 2 menit. Nggak pake lama." Potong Lana cepat. Ia kesal, ntah kenapa.

"Okay, okay." Jawab Alan, menarik nafasnya perlahan. "Gue nggak bertaktik- taktik apalah itu selama gue deketin lo. Itu nggak lain nggak bukan karena lo adalah satu- satunya temen cewek gue disekolah. Teman pertama. Gue yakin lo nggak tau fakta itu karena lo nggak memperhatikan sekitar. Kalo lo bilang itu cuma taktik gue, sama kayak cowok- cowok modusan yang selama ini deketin lo, semacam Tirta dan kawanannya, itu salah.

Gue cuma mau temenan dan kebetulan selera musik kita sama, seirama. Nggak ada masalah kan? Sampai saat ini tujuan gue cuma sampe situ, Na. Maaf ya, gue nggak bermaksud bikin lo merasa dimainin. Gue nggak bertujuan untuk gebet lo kayak cowok- cowok itu, kok. Sampe sekarang masih belum. Gue rasa temenan sama lo asik, karena kita sefrekuensi, jadi gue ma—"

"Waktu lo abis, silahkan pulang. Makasih penjelasannya, gue udah bilang gue nggak peduli." Ucap Lana dengan nada tegas yang bergetar. Ia memasuki rumah, meninggalkan Alan yang masih duduk di ayunan rumahnya, terperanjat. Bahkan ini belum 2 menit, kan?

Diam- diam Lana merasa sesak. Sesak yang lain, perasaan tidak rela yang menekan. Lana menutup matanya pelan dan bersandar dipintu. Ada yang salah dengan dirinya.

Ini selalu menjadi tentang Alan. Alan yang datar, Alan yang kaku, Alan yang nggak enakan, Alan yang beda, Alan yang mengantarnya pulang, Alan yang membuatnya merasakan perasaan lain. Alan yang bahkan terlihat lebih baik dibandingkan Dean dimata Lana. Alan yang membuat Lana seperti benar- benar jatuh cinta seperti yang dikatakan Rades.

Alan yang bilang dia nggak menggebet Lana, belum mau.

Lana nggak tau gimana persisnya perasaan cinta yang disampaikan Rades setiap sahabatnya curhat mengenai pacar- pacarnya. Mungkinkah cinta yang ini? Yang membuatnya merasa sesak ketika mengetahui hanya dirinya yang makin lama makin tertarik dengan Alan tanpa embel- embel teman?

Bahkan mereka belum mengetahui satu sama lain dengan baik!

Hembusan nafas mengiringi langkah kaki Lana menuju kamarnya. Ini sudah larut, ia butuh istirahat.

***

"Dia marah," ujar Alan sambil mengangkat bahunya. Matanya masih memperhatikan pintu rumah Lana yang tertutup, dan sekarang terlihat bahwa lampu ruang tamu sudah dimatikan. Hanya lampu teras yang membuat lantai bawah rumah itu terlihat terang.

Tirta, yang sedari tadi berdiam dan mengamati di mobil menepuk bahu sepupunya prihatin, "Kita kan nggak tau apa- apa, Lan. Kali aja dia lagi period. Mungkin jadi lebih sensitif. Apalagi terakhir kali kan dia juga dideketin sama anak tongkrongan, puyeng kali." Sahut Tirta, melajukan mobilnya dengan kecepatan rata- rata.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jun 16, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MutatioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang