M u t a t i o:
e n a m
***
"Iya, tan? Aduh emang Lana diem- diem menakjubkan ini mah! Terus gimana?"
Suara gaduh khas Rades dan Disya ketika mengobrol terdengar ketika Lana turun ke lantai bawah usai tidur sore. Ah ya, kali ini Lana berhasil tidur sore, semoga nanti malam ia tetap ngantuk dan nggak begadang.
"Iya, Des. Terus ya digendong, tante mintanya sampe sofa aja, lho. Eh malah ditanya kamar. Ya dianterin deh ke kamar. Lucu banget gak sih." cerita Disya. Lana memutar matanya malas saat kakinya sampai di anak tangga terakhir. Benar saja, Rades dan mamanya sedang ngeteh- ngeteh cantik sambil menonton TV.
"Iya, ngegosip aja mulu." sapa Lana sarkastik.
Keduanya menoleh pada Lana lalu menyengir.
"Mam, dimana- mana juga ya, orang tua tuh ngelarang anaknya pacaran, deket- deket sama cowok. Ini mak gue kok malah kesenengan." protes Lana kemudian. Merasa bingung karena mamanya kegirangan.
Disya tertawa. "Kamu 16 tahun jadi anak mama gak pernah tuh yang namanya suka sama cowok. Anti banget lagi sama cowok. Ya mama seneng lah, Na kalo kamu deket sama cowok gini. Artinya kamu normal, walaupun sebenernya kamu nggak pacaran 'kan sama Alan?"
"Ya aku normal, lah!" pekik Lana.
Rades tertawa- tawa, "Bukan cuma gue Na yang khawatir lo normal apa nggak. Nyokap lo aja khawatir."
"For a God Sake, Mama- ku cinta, Rades- ku sayang, Lana pernah naksir sama cowok, artinya Lana normal." jelas Lana dengan nada frustasinya karena dianggap nggak normal.
Gila aja kali, batin Lana.
"Kapan Na?"
"Siapa Na?"
Kedua kata tanya itu terdengar berbarengan. "Adalah cowok, Des. Dan udah lama, Mam. Lagian orangnya juga udah lama banget gak ketemu. Ya sekarang nggak suka lagi."
"Sekarang mah sama Alan, Tan."
"RADESHA!"
Keduanya tertawa- tawa saja, menyisakan Lana yang memasang wajah masam sendiri. "Lo kenapa kesini, Des? Besok 'kan lo ada latihan pagi sama sore." tanya Lana seraya membuka toples cookies.
Rades tersenyum lebar, "Gue mau nginep!"
"Dalam rangka apa nih?" tanya Lana lagi, kali ini dengan nada was- wasnya.
"Lo naksir cowok!"
Oh please, memangnya selama ini Lana terlihat semenyedihkan itu, ya?
***
"Des, lo tau nggak Dean XI- 1 itu yang mana?"
Rades benar- benar menginap malam ini. Katanya besok ia tidak latihan karena pelatihnya sedang berhalangan melatih. Kini keduanya sama- sama sedang berbaring di kasur sambil menonton drama korea kesukaan Rades.
Walaupun sedari tadi Lana tidak konsen sih, menurut Lana wajahnya sama semua, sulit dibedakan. Tentu saja Rades mengomel ketika Lana mengutarakan pendapatnya bahwa pemain drama korea ini seperti Upin Ipin versi manis dan sipit. Maksudnya, kembar semua.
Rades menyemili kue almond yang ia curi dari dapur Disya, "Hm, anak XI- 1 IPA tuh."
"Ya iya gue tau dia anak XI- 1, bego!"
Kepala cantik Rades mengangguk- angguk, "Eh, Dean?! Kenapa- kenapa?" sahut Rades semangat.
"Ngajakin makan bareng di kantin Senin besok."

KAMU SEDANG MEMBACA
Mutatio
أدب المراهقينAlan Bintang Valerio dan Alana Bulan Valeria hanyalah satu dari sekian murid pendiam di SMA Elang Jaya. Oh, salah. Alan memang pendiam yang kalem, sementara Lana jutek tak karuan. Tak ada perbedaan nyata dari keduanya selain gender Alan yang laki...