Mutatio;
l i m a
•
•
•"Lo beneran gila, Lan!"
Bukan suatu hal yang aneh jika Tirta tiba- tiba datang ke meja dimana Alan duduk dikantin saat istirahat. Biasanya, Tirta lalu mengerusuh dan meja mereka jadi tontonan cewek- cewek yang menyatakan bahwa mereka fans Tirta.
Dari SMP, fans Tirta banyak. Temannya juga famous semua. Tapi entah kenapa cowok tengil ini lebih memilih menghabiskan waktu istirahat bersama Alan yang notabene sepupunya- yang- sama- sekali- tidak- famous.
Alan mengkerutkan dahinya, "Selama ini yang gila juga lo. Kok jadi gue?"
"Kalo suka sama orang jangan ngegas- ngegas gitu juga, lah! Ntar kabur orangnya." lanjut Tirta sambil geleng- geleng, seakan tak peduli dengan pertanyaan Alan.
Gemas, Alan mengetuk dahi Tirta dengan botol saus sambal yang tersedia. "Apaan bego?" tanyanya.
Tirta mengusap- usap dahinya dengan mimik sok tertindas, "Pake segala ngajak Lana jalan, makan malem, ke masjid, nungguin nyokapnya pulang, ngegendong lagi. Duh, lo gak kena amuk tuh singa, apa? Jangan ngegas- ngegas amat, Lan."
Alan memelototkan matanya sempurna, "Lo- stalking- gue?" tanyanya dengan penuh penekanan, mengeluarkan aura kalem- kalem horror andalannya.
Sepupunya menyengir takut- takut, "Gak sengaja, Lan! Sumpah, gak niat awalnya!"
"Sialan lo! Bilang dong kalo ada disitu juga, canggung banget tau gak semalem tuh. Gue bingung mau ngomong apa."
Tirta kira, Alan akan mengomel karena momen romantisnya ditonton oleh Tirta. Taunya Alan mengomel karena ia canggung dan Tirta hanya menonton tanpa membantu.
"Tapi karena bingung jadi dengerin kaset berdua. Unch, so sweet- nya." goda Tirta. Alan hanya menggeleng- geleng sebagai respon.
Lagipula ia harus berbuat apa agar Tirta berhenti menggodanya? Tirta gila dan nggak bakal menyetujui apapun yang Alan bilang kecuali ia mengaku modus habis- habisan pada Lana.
Padahal 'kan gak gitu. Semesta aja yang mendukungnya.
Lagi, Tirta berdeham, "tapi kalo lo sama Lana gue oke aja sih, bro."
"Tirta," Alan menghela nafasnya lelah, "there's nothing between us." tegasnya.
"Alan," Tirta menghela nafasnya, mencontek nada yang tadi Alan gunakan, "Seorang Lana bisa tahan sama cowok selama lo kemaren itu adalah rekor untuk anak SMA Elang Jaya!" Ujar Tirta semangat seakan itu hal yang benar- benar membanggakan seperti mendapat ranking satu seangkatan.
"Eh ya, Lan. There's nothing between us kayak lirik lagunya One Direction."
Alan mengangkat sebelah alisnya. Dia tau kalau Tirta belakangan ini sedang demam One Direction karena kakaknya-Kak Tyana lagi galau atas hiatusnya One Direction yang gak selesai- selesai. Setiap Alan kerumah Tirta, pasti Kak Tyana dan mama Tirta sedang mendengar lagu One Direction bersama. "Lagu yang mana?"
"Yang gini nih, 'OOOOH, THERE'S NOTHING BETWEEN US, KEEP GETTING DEEPER. IS HARDER TO RE-"
Lagi- lagi botol saus sambal menabrak kening Tirta, "Itu 'spaces between us', dodol."
"Kayak judul film ya." Alan hanya mengangguk- angguk mengiyakan saja.
Si kalem Alan memang tak pernah mengerti permainan rekor- rekoran ala anak lelaki. "Gini ya, Ta, intinya tuh gue gak bakal ikutan main rekor- rekoran kayak lo dan teman- teman lo. Gue cuma temenan." celoteh Alan.

KAMU SEDANG MEMBACA
Mutatio
Fiksi RemajaAlan Bintang Valerio dan Alana Bulan Valeria hanyalah satu dari sekian murid pendiam di SMA Elang Jaya. Oh, salah. Alan memang pendiam yang kalem, sementara Lana jutek tak karuan. Tak ada perbedaan nyata dari keduanya selain gender Alan yang laki...