1. Permintaan

11.2K 912 13
                                    

Sudah dua hari aku menghindari ayah, aku akan pergi kuliah lebih pagi dari biasanya dan pulang sebelum ayah sampai dirumah lalu berpura-pura tidur ketika ayah datang melihatku di kamar.

Tapi sepertinya hari ini aku gagal menghindari ayah karena biasanya ayah akan pulang pukul 7 malam dan sekarang masih pukul 5 sore ayah sudah berada di rumah tepatnya di dapur rumah kami sedang memasak untuk makan malam.

"Oh kau sudah pulang? Mandilah sebentar lagi masakannya akan selesai kita makan bersama." Kata ayah yang tanpa aku jawab karena aku langsung masuk ke dalam kamarku.

Aku bukannya sedang kesal atau marah pada ayah hanya saja karena sebaris kalimat yang ayah lontarkan sangat amat mengganggu pikiranku belakangan ini.

Bagaimana bisa ayah menyuruhku untuk menikah di usiaku yang baru saja menginjak 24 tahun. Baiklah, umurku sudah cukup matang memang untuk menikah tapi ayolah aku masih kuliah dan sedang sibuk menyelesaikan tugas akhir untuk kelulusanku bulan depan.

Dan lebih parahnya lagi ayahku mengancam ingin menjodohkanku dengan pria yang seumur hidupku tidak mau aku sebut lagi namanya. Sungguh pria itu sangat buruk lebih buruk lagi ayah kalau sampai benar-benar menjodohkanku dengan dia.

"Jieun, segera mandi makanannya sudah hampir siap semua." Ayahku berteriak dari arah dapur. Memang seperti itu kebiasaannya kalau sedang memasak.

Aku akhirnya menyerah, lagi pula aku memang tidak bisa terus menghidari ayah aku harus hadapi apapun hasilnya nanti yang jelas aku tidak ingin menikah apalagi dengan pria itu.

Aku jalan dengan santai menuju kamar mandi yang berada di samping kamarku. Rumah kami memang sederhana hanya ada dua kamar tidur dan satu kamar mandi.

Setelah selesai membersihkan diriku aku langsung pergi ke meja makan untuk melihat apa yang di masak ayah. Mungkin ayah sedang merayuku saat ini buktinya dia memasak daging sapi hanwoo yang sangat mahal itu.

"Duduklah dan makan" pinta ayah. Aku hanya mematuhi tanpa banyak bicara padanya. Aku ingin merajuk dengan ayah tapi apalah godaan daging sapi panggang ini sangat menggoda indra perasaku untuk merasakannya.

Tidak apa makanlah hanya sedikit saja tidak apa batinku. Ayah mungkin melihatku yang gelisah dengan segala pertimbangan batinku sampai Ia menaruh sepotong daging di atas mangkuk nasiku.

"Makanlah, lihat kau sangat kurus aku tidak bisa melihatmu begitu kurus seperti ini Jieun-ah" aku menatap wajah ayah yang sedang tersenyum manis sekarang. Oh tidak tolong jangan senyuman dan tatapan itu lagi aku tidak akan sanggup melawan ayah jika Ia sudah seperti ini.

Akhirnya aku meraih sumpitku dan memakan masakan ayahku seperti biasa. Ah aku harus akui masakan ayah memang selalu menjadi yang terbaik buatku.

Seperti melupakan pergolakan dengan batinku tadi aku sekarang makan masakan ayah dengan sangat lahap. "Jangan menghindar dari ayah terus Jieun, ayah tidak suka." Aku mendadak menghentikan aktivitas makanku dan memandang ayah yang duduk persis di depanku.

"Aku tidak menghindar dari ayah" aku berbohong, maaf ayah tapi aku tidak ingin ayah merasa sedih jika tau aku benar-benar menghindarinya.

"Kau tidak pandai berbohong sayang, lihatlah matamu mendelik ke segala arah juga tanganmu sedikit gemetar sampai sumpit yang kau pegang itu sedikit bergoyang" tentu saja aku refleks langsung menaruh sumpitku di meja.

Aku masih diam tidak menjawab ayah, aku memang selalu tidak pernah bisa berbohong dengannya. "Keluarkan semua keluhanmu pada ayah Jieun, ayah akan dengarkan" pinta ayah padaku.

Married By Accident [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang