Aku mempunyai banyak sekali pertanyaan yang memenuhi otakku untuk Baekhyun.
Selepas perginya Park Chanyeol aku memutuskan untuk pergi berbelanja, setidaknya aku ingin memberikan waktu untukku sendiri merangkai kata dan kalimat untuk aku tanyakan pada Baekhyun.
Aku berbelanja tidak lama karena aku ingat Baekhyun masih sakit, tadi pagi aku memeriksa suhu tubuhnya masih cukup demam.
Karena itu aku tidak ingin berlama-lama meninggalkan rumah dengan penghuninya yang sedang tidak sehat. Pikiranku sedikit kurang waras hari ini, semua itu disebabkan oleh kondisi kesehatan Baekhyun juga tentang kehidupannya Baekhyun.
Kau harus salahkan Baekhyun yang sudah merenggut ke normalan jalan pikiranku. Sampai aku tidak sadar menabrak seseorang.
"Maaf-maafkan aku." Aku meminta maaf dengan membungkukkan badanku hampir 90 derajat sebentar dan langsung pergi mendorong trolleyku lagi menuju ke kasir.
"Lee Jieun." Panggil seseorang pria yang tidak aku kenali suaranya.
Aku menoleh ke arah belakang, asal sumber suara yang memanggil namaku.
Betapa terkejutnya aku bertemu dengan pria yang sudah hampir tidak pernah terngiang di otakku. Pria itu kenapa harus aku bertemu lagi dengannya.
Aku menyesali keputusanku untuk pergi berbelanja terlebih dahulu tadi. Harusnya aku langsung saja pulang dan mengurus suamiku yang sedang sakit.
Kakiku serasa seperti jelly kesukaannya Baekhyun sekarang, tidak dapat bergerak selangkahpun.
Aku ingin segera pergi dari tempat ini tapi kakiku seakan mengkhianati otakku tidak ingin melangkah. "Apa yang kau lakukan disini?" Pria itu semakin mendekat ke arahku membuat aku gugup.
Lidahku masih berteman baik dengan otak aku rasa karena pada akhirnya aku tidak menjawab pertanyaannya. Setelah pria itu sudah berada tepat di depanku.
Ah tidak, maksudku tepat beberapa langkah di depanku aku langsung melanjutkan perjalananku menuju kasir. Jangan panggil dia dengan namanya kalau saja dia tidak gigih.
Seperti apa yang sudah aku katakan tadi, dia begitu gigih hingga mengikutiku ke arah kasir dan terus mengajakku berbicara yang tidak aku jawab sama sekali.
Sampai ketika sudah selesai Ia menahan tanganku dengan kuat. "Jangan ganggu aku!" Aku berteriak padanya. Pria itu terlihat sedikit terkejut namun kemudian dia tersenyum.
"Kau masih sama seperti dahulu, Jieun." Ucapnya. "Sama? Bahkan aku tidak mengenal siapa dirimu bagaimana kau bisa menyebutku sama!!" Aku kembali membentaknya.
"Menarik." Katanya dengan suara pelan tapi masih dapat aku dengar dengan jelas. Kemudian aku melepaskan paksa tangannya dari tanganku, sungguh aku tidak pernah mau berhubungan lagi dengan pria ini.
Setelah berhasil melepaskan diriku sendiri, aku langsung bergegas pergi dari sana dan pulang ke rumahku. Aku tidak sanggup untuk bertemu dengannya lagi.
Aku tidak dapat membayangkan jika ayahku benar-benar akan menikahkanku dengannya jika saja aku tidak bertemu dengan Baekhyun sore itu.
Sesampainya dirumah aku menemukan Baekhyun yang baru saja menyelesaikan makan siangnya. Itu membuatku sedikit lega karena Baekhyun tidak melewatkan makan siangnya.
"Aku pulang." Ucapku.
"Eoh, kau sudah pulang." Jawab Baekhyun, aku hanya mengangguk dan berjalan ke arah kulkas.
Entah kenapa aku merasa seperti terserang dehidrasi yang parah karena aku meminum hampir 2 botol air putih. Baekhyun saja sampai tidak percaya aku hampir menghabiskan 2 botol air mineral itu dengan waktu yang singkat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married By Accident [COMPLETED]
FanfictionIni semua terjadi karena Ayah Jieun yang memaksa Jieun untuk segera menikah dengan pria pilihan Jieun sendiri atau di jodohkan dengan pria yang sama sekali Jieun tidak suka, bahkan menyebut namanya saja Jieun sudah tidak sudi. Disaat masa tenggat ya...