"Jieun-ah kapan kekasihmu akan datang?" Teriak ayah padaku padahal aku tidak sedang berjarak jauh darinya.
"Bisa tidak kalau ayah tidak berteriak? Aku tetap bisa mendengar ayah tanpa ayah berteriak." Aku menggerutu ini sudah kelima kalinya ayah menanyakan kapan kekasihku datang.
Kekasih apanya, siapa yang akan datang? Tidak akan ada yang datang sama sekali ayah. Malam ini kita lagi-lagi akan makan malam berdua saja seperti biasa jadi tolong jangan berharap terlalu banyak.
Aku juga sudah menyiapkan banyak alasan nanti kepada ayah, agar ayah menunda pernikahanku dan memberikanku waktu lebih lama lagi agar dapat mencari pria yang mau dengan sukarela menjadi suamiku dalam waktu kurang dari satu bulan ini.
Kau pasti bertanya-tanya soal pria yang kutemui tadi di minimarket dekat stasiun kan? Tolong aku tidak akan berharap banyak pada pria itu. Aku bahkan tidak mengetahui namanya dan kalau diingatpun aku juga tidak memberitahukan namaku padanya.
Pria itu akan benar-benar aku anggap pria sinting jika dia datang ke rumahku nanti. Baiklah, aku tidak ingin dibilang munafik aku akui memang aku sedikit berharap dia datang tapi harapanku tidak sampai 2% jika di presentasekan.
"Ya! Lee Jieun kau melamun lagi? Ayahmu ini sedang bertanya padamu."
Lagi-lagi ayah berteriak aku sontak menutup kedua telingaku, "ayah kan aku sudah bilang tidak perlu berteriak." Aku kembali menggerutui ayah.
"Kalau begitu jawab pertanyaan ayah, kapan kekasihmu itu datang?" Kata ayah seraya membersihkan gurita yang masih hidup.
Oh Tuhan itu sungguh gurita, ayah akan memasak makanan laut? Apa sungguh sangat spesial kah kekasihku yang akan datang ini sampai ayah memasakkan makanan laut untuknya nanti. Maafkan aku ayah tapi kita hanya akan memakan masakan laut itu berdua saja.
"Aku tidak tahu ayah, tunggu saja nanti juga dia datang lagi pula ayah sendiri belum selesai memasak."
Mungkin aku sedang bersikap sangat amat kekanakan sekarang dengan pergi meninggalkan ayahku memasak sendirian dan pergi untuk berbaring di kamarku. Oh ayolah, aku sudah benar-benar muak dengan rencana pernikahan ayah untukku ini.
Aku merebahkan tubuhku di atas kasur empuk milikku memeluk boneka keroppi kesayanganku dan memejamkan mata berharap ketika aku membuka mataku hari sudah berganti dan ayah tidak menuntutku untuk menikah secepatnya.
Mustahil, itu yang aku tahu nyatanya ketika aku membuka mata aku mendengar keributan dari arah dapur aku memutar kedua bola mataku.
Entah bagaimana aku bisa sampai tertidur tadi, aku pikir hari sudah benar-benar berganti tapi nyatanya aku hanya tertidur selama 15 menit.
Ayah sungguh sangat ribut sekali padahal memasak hanya seorang diri saja, aku mulai jengah dengan keributan yang ayah buat jadi aku memutuskan untuk kembali membantu ayah di dapur.
Kau tahu tidak betapa terkejutnya aku ketika aku pergi ke dapur pemandangan apa yang aku lihat sampai-sampai aku langsung ke kamar mandi untuk mencuci mukaku memastikan aku tidak salah lihat atau tidak sedang berhalusinasi atau yang lebih parah aku sedang bermimpi dan tidur sambil berjalan.
Aku menatap cermin di depan wastafel dan mencubit tanganku sekeras mungkin. "Aww!" Aku kesakitan itu tandanya aku tidak sedang bermimpi tapi pemandangan yang aku lihat di dapur tadi sungguh sulit di percaya.
Aku memberanikan diri ke dapur lagi sekedar ingin memastikan bahwa aku benar-benar sedang berhalusinasi. Ketika aku sampai aku hanya melihat ayah sedang membersihkan dapur karena Ia sudah selesai memasak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Married By Accident [COMPLETED]
FanfictionIni semua terjadi karena Ayah Jieun yang memaksa Jieun untuk segera menikah dengan pria pilihan Jieun sendiri atau di jodohkan dengan pria yang sama sekali Jieun tidak suka, bahkan menyebut namanya saja Jieun sudah tidak sudi. Disaat masa tenggat ya...