HINATA's POV
"Ohayou Hinata, kau sudah bangun..." suara Sai adalah suara pertama yang kudengar saat aku bangun pagi itu.
"Ohayou. Apa kalian sudah bangun dari tadi ?" Aku bertanya kepada Shikamaru dan Sai yang sepertinya baru selesai membersihkan diri dan sekarang mereka merapikan perlengkapan tidur mereka. Aku menggosok mataku untuk mengusir rasa kantuk yang belum mau pergi.
"Bisa dibilang begitu." Sai tersenyum. Entah kenapa aku selalu merasa ada yang aneh dengan senyum pria itu. Senyumannya seperti selalu dipaksakan.
Aku melihat ke sebelahku dan tak menemukan apapun. Sasuke sudah menghilang bersama perlengkapan tidurnya. Tiba-tiba wajahku memerah karena mengingat kejadian semalam. Mataku tak mau terpejam karena aku terlalu gugup harus tidur dengan berpegangan tangan dengan seorang pria. Namun akhirnya aku tertidur juga, mungkin karena lelah setelah melakukan perjalanan panjang.
"Maaf teman-teman, aku akan segera menyiapkan sarapan untuk kalian."
"Hinata, kita tak memiliki banyak waktu, mengenai sarapan, sebaiknya kita memakan sesuatu yang tak butuh waktu lama dalam penyiapannya." Shikamaru menghentikan langkahku saat aku ingin bergegas menuju perapian dan menyiapkan makanan.
Aku tak mengerti."Ini makanlah, aku sudah menyeduhkan air panasnya untukmu." Shikamaru memberikanku ramen instan.
Lalu Sasuke muncul dari balik pohon dan bergabung bersama kami untuk sarapan. Shikamaru juga sudah menyeduhkan air panas di cup ramen instan milik Sasuke.
"Arigatou..."
Shikamaru dan Sai saling bertatapan. Kata itu memang hanyalah kata biasa saja jika aku yang mengucapkan. Namun, seorang Sasuke berterimakasih kepada temannya. Itu adalah perubahan yang sangat menyenangkan. Aku dapat merasakan atmosfir disekitar kami menjadi lebih hangat. Kami makan dengan tenang dan sesekali mengobrol mengenai misi.
"Yosh ! Ayo kita lanjutkan perjalanan." Shikamaru memimpin team dengan gagah dan keren.
Kami bertiga terkena cipratan api semangat yang keluar dari tubuh Shikamaru.
Perjalanan pagi ini sangat menyenangkan. Udara yang jernih dan cuaca cerah membuat burung-burung bernyanyi riang. Dedaunan bermandikan embun pagi. Sepanjang hidung menghirup oksigen, sepanjang itu pula paru-paru dipenuhi oleh kedamaian. Sungguh, pagi yang sangat indah untuk memulai misi.
Kami berjalan sampai tengah hari, lalu kami beristirahat untuk makan siang dan melanjutkan perjalanan lagi. Desa Suna sudah dekat, hanya perlu dua jam perjalanan lagi. Kami berempat tak banyak bicara. Percakapan kami hanya seputar misi, selebihnya aku mendengar Shikamaru dan Sai saling menggoda hubungan percintaan masing-masing. Shikamaru dengan Temari dan Sai dengan Ino. Keduanya terlihat sangat lucu. Aku dapat melihat jelas karena posisiku ada di belakang mereka bersama Sasuke. Diam-diam aku pun mencuri pandang kepada pria di sampingku. Aku ingin tahu bagaimana reaksinya setelah kejadian semalam. Kuberanikan diriku untuk melihat wajahnya.
Sedetik kemudian pria itu juga melihat wajahku. Aku sangat terkejut, tapi yang membuatku lebih terkejut adalah, ekspresi datarnya yang menatapku seolah berkata ada masalah ?
Aku salah tingkah dibuatnya. Kenapa laki-laki itu sangat pintar bersembunyi dibalik wajah acuhnya ?
Setelah cukup lama berjalan, hari sudah semakin sore. Kami telah sampai di perbatasan Suna. Hanya tinggal satu jam lagi, maka kami akan tiba di pusat desa Sunagakure. Namun Shikamaru mengajak kami untuk minum dan duduk sebentar. Sepertinya dia mulai kelelahan. Bukan hanya dia saja sebenarnya, tapi kami semua pun kelelahan. Dikarenakan udara yang semakin panas dan angin kencang yang menerbangkan pasir-pasir. Jika dibandingkan dengan Konoha, desa Suna adalah desa yang sangat gersang. Aku bersyukur tak dilahirkan di sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will You Ever Look at Me ?
FanfictionTiba-tiba aku dapat merasakan chakra milik seseorang. Tapi sangat lemah. Tubuhku secara impulsif mengaktifkan mode waspada dan sharingan aktif dengan sendirinya. Momen berikutnya, mataku terpaku pada seorang gadis bersurai indigo panjang dengan gaun...