HINATA'S POV
Seberkas sinar matahari masuk melalui lubang ventilasi kamarku. Sangat menyilaukan mata. Aku mengingat semalam tertidur bersama Hikari, namun sekarang bayi itu sudah menghilang dari sisiku.
Aku duduk dan mengumpulkan nyawa. Sepertinya hari sudah siang. Apa aku tidur terlalu lama ?
Ku seret langkahku malas menuju pintu, kepalaku terasa pening. Waktu sudah menunjukkan pukul sepuluh.
Aku baru teringat sesuatu bahwa hari ini kami akan mendekorasi rumah dan segala persiapan lainnya untuk merayakan ulang tahun Hikari besok.
Dengan tergesa-gesa aku menuju ruang utama, nihil. Tak ada siapapun disana. Dapur, kosong. Kamar mandi pun sepi. Aku keluar ke halaman belakang, hanya ada semilir angin yang memabukkan, membuat mataku ingin terpejam lagi.
Ada apa denganku, aku merasa tubuhku sangat lelah dan mataku ingin selalu terpejam.
Kemana mereka pergi ?
Sampai aku mendengar suara orang mengobrol, ada yang berteriak, suara mereka saling bertumpang tindih antara satu dengan yang lainnya. Dan suara itu semakin mendekat. Aku berlari menuju sumber suara, lalu pintu utama terbuka.
"Gomen kudasai..." Suara gadis bercepol yang sangat ku kenal menggema ke seluruh ruangan.
"Tenten !" Aku memekik kegirangan melihat sahabatku berdiri didepanku. Tidak hanya Tenten, di belakangnya muncul wajah-wajah yang sangat kurindukan.
Kiba, Shino, Shikamaru, Sai, Chouji, Sakura, Ino, Lee, Naruto-kun dan ada satu orang tak ku kenal yang berada dalam rombongan itu. Pria itu berambut perak dan memiliki garis wajah yang lembut.
"Hinata, lama tak berjumpa-ttebayo !" Naruto melambaikan tangan padaku.
"Hinata, di mana bayi lucu nan menggemaskan itu ?" Ino memelukku.
"Hinata, apa kabar ?" Gadis bersurai pink tersenyum ramah.
Akamaru melompat kepadaku dan menjilati wajahku. Rasa-rasanya anjing itu bertambah besar.
"Teman-teman, apa... Yang kalian lakukan disini ?" Aku masih tak mempercayai pemandangan ini.
"Bicaranya di dalam saja, kalian lebih baik cepat bantu aku membawa barang-barang sialan ini." Sasuke menyeruak di antara rombongan itu. Dia membawa banyak kantong plastik dan balon balon serta pita warna-warni yang sangat imut.
Syukurlah, ternyata Sasuke sudah belanja untuk pesta Hikari esok hari.
💮💮💮
"Oi Sasuke, jadi kau tinggal di rumah sebesar ini dengan Hinata ?" Naruto memicingkan iris sapphire-nya dan mendekatkan wajahnya ke wajah Sasuke. Tatapannya dipenuhi kecurigaan.
"Bukan urusanmu." Jawabnya tanpa melihat Naruto.
Segerombolan shinobi Konoha itu sekarang sudah berada di ruang utama yang cukup besar dan bisa menampung mereka semua. Minuman dan kudapan berserakan dimana-mana. Para pria merebahkan tubuh mereka. Shikamaru nampaknya sudah tertidur pulas di pojok ruangan. Chouji tak berhenti mengunyah, Kiba, Akamaru dan Shino menonton televisi, Naruto terus mengintimidasi Sasuke dengan pertanyaan bodohnya diluar pintu kaca, obrolan keduanya tak dapat terdengar namun gestur tubuh mereka terbaca jelas bahwa mereka saling melontarkan kalimat kasar, seperti biasanya.
Sakura, Ino dan Tenten lebih tertarik menginterogasiku di meja yang berada cukup jauh dari para lelaki itu. Namun, ada seorang lelaki yang ikut duduk bersama kami. Lelaki yang tadi kulihat di pintu masuk. Mereka bahkan belum memperkenalkan orang itu padaku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will You Ever Look at Me ?
FanficTiba-tiba aku dapat merasakan chakra milik seseorang. Tapi sangat lemah. Tubuhku secara impulsif mengaktifkan mode waspada dan sharingan aktif dengan sendirinya. Momen berikutnya, mataku terpaku pada seorang gadis bersurai indigo panjang dengan gaun...