Hari berganti dengan sangat cepat, tanpa ada seorang pun yang menyadari bahwa mereka semakin mendekati hari kematian mereka.Setelah kejadian di pinggir sungai satu minggu yang lalu, Hinata dan Sasuke menjadi semakin dekat. Keduanya selalu menghabiskan waktu bersama saat matahari mulai tergelincir ke barat. Setiap sore Hinata datang kesana, begitu pula dengan Sasuke. Entah apa yang ada di pikiran Sasuke. Namun, Hinata merasa bahwa ingatan tentang Naruto mulai mundur teratur dari kepalanya.
Mereka banyak menceritakan kisah hidup mereka satu sama lain. Ini juga pertama kalinya, Hinata mengetahui tentang masa lalu kelam yang dialami Sasuke langsung dari mulutnya sendiri. Bagaimana dia hidup sendirian setelah kakaknya membunuh kedua orangtua dan juga klan mereka sendiri. Bagaimana dia bertemu Naruto dan Sakura, juga Kakashi-sensei. Mereka menjadi akrab dan Sasuke mengakui bahwa untuk pertama kalinya, hatinya terasa hangat saat bersama Naruto, Sakura dan Kakashi. Dia merasa memiliki keluarga lagi. Namun, semua itu harus dia tepis karena perasaan benci kepada kakaknya lebih mengambil alih hatinya. Yang ada di benaknya saat itu hanyalah, mengenyahkan sang pengkhianat klan mereka dari bumi ini. Kakaknya sendiri.
Semua cerita itu membuat Hinata sedih dan tanpa terasa air mata meleleh membasahi kedua pipinya. Begitu berat beban hidup yang harus ditanggung oleh pria di hadapannya.
Sasuke menatap Hinata dengan heran.
"Ma-maaf Uchiha-san, aku tak tahu kenapa aku menangis, aku hanya merasa sangat sedih setelah mendengar ceritamu." Hinata jujur.
"Aku memang pantas mendapatkannya. Setelah semua yang kulakukan."
Hinata menyeka airmatanya.
Gadis Hyuuga itu memandangi wajah pria di sebelahnya, dari garis wajahnya yang keras, Hinata dapat melihat kesedihan, penyesalan dan kerapuhan.
Sasuke, berapa lama dia harus berpura-pura kuat dibalik topeng itu ? dan selama ini, dia selalu memikul beban itu seorang diri.
Detik itu juga, Hinata mulai mengubah cara pandangnya kepada Uchiha Sasuke. Dia bukanlah mantan buronan menakutkan lagi, dia bukanlah orang yang akan tiba-tiba membunuhnya hanya karena salah bicara. Sasuke memiliki alasan atas semua hal buruk yang telah dia lakukan. Dia hanyalah korban dari kejamnya pemerintahan pada masa itu.
"Hanya karena masa lalumu buruk, bukan berarti kau juga gagal pada masa depanmu, Uchiha-san. Masa depanmu adalah sebuah buku kosong yang akan kau tulis sendiri ceritanya. Dan aku yakin, Uchiha-san yang sekarang sudah dapat menulis dengan sangat baik, bukan ?" Hinata tersenyum.
Sasuke menatap wajah Hinata yang tersenyum dengan napas terhenti.
Sasuke pun ikut tersenyum.
Hinata bersumpah, itu pertama kalinya dia melihat Sasuke tersenyum. Wajahnya sangat tampan saat dia tersenyum. Ayolah, semua orang tahu bahwa Uchiha Sasuke memang sangat menawan. Rambut hitam sempurna, mata hitam segelap malam tanpa bintang, bulu matanya yang tebal, hidung mancung dan bibir sempurnanya, mampu meluluh lantakkan pertahanan gadis manapun. Namun, pria itu jarang menghiasi wajah tampannya dengan senyum. Maka Saat dia tersenyum, itu bukanlah suatu ketampanan lagi, melainkan mahakarya dari sang pencipta.
Detik itu juga, Sasuke baru menyadari, ada satu orang gadis yang tak pernah melihatnya. Yang tak pernah berteriak memanggil namanya. Gadis itu adalah Hyuuga Hinata. Dari dulu, matanya hanya tertuju kepada Naruto.
"Sasuke..."
Hinata memiringkan kepalanya mendengar pria itu menyebut namanya sendiri.
"Panggil aku Sasuke dan berhenti berbicara formal denganku." Sasuke menatap kedua mata Hinata.
KAMU SEDANG MEMBACA
Will You Ever Look at Me ?
Fiksi PenggemarTiba-tiba aku dapat merasakan chakra milik seseorang. Tapi sangat lemah. Tubuhku secara impulsif mengaktifkan mode waspada dan sharingan aktif dengan sendirinya. Momen berikutnya, mataku terpaku pada seorang gadis bersurai indigo panjang dengan gaun...