Sejak saat itu, Mark dan Yuta selalu melakukan apa pun untuk membuat Sana tertarik terhadap mereka.
Awalnya Sana tidak begitu memperhatikan tingkah laku mereka tetapi lama-kelamaan ia sadar bahwa kedua lelaki tersebut mencoba untuk membuat dirinya terkesan.
Dan ia juga baru sadar bahwa ternyata perkataan Mark tentang lelaki tersebut menyukai dirinya, ternyata tidak bercanda. Begitupun juga dengan Yuta.
Sana pun mengalami dilema.
Disukai oleh 2 orang lelaki tampan, siapa yang tidak akan mengalami dilema?
Ia lalu bercerita tentang hal ini ke sahabatnya, Jihyo. Jihyo malahan tertawa saat mendengarnya. Ia tidak menyangka bahwa sahabatnya akhirnya merasakan sesuatu yang dinamakan cinta. Walaupun awalnya Sana sendiri bingung akan perasaan itu.
Sekarang adalah hari sabtu. Hari dimana semua murid sekolah Sana harus datang ke sekolah untuk mengikuti senam bersama dan adanya kegiatan ekskul dari bidang olahraga.
Biasanya, anak-anak masuk hanya karena demi absen dan akan mendapat nilai tambahan untuk rapot. Mereka tidak sungguh-sungguh mengikutinya.
Begitu juga dengan Sana.
Ia sejujurnya sangat malas tetapi demi absen dan nilai tambahan, ia rela datang ke sekolah pagi-pagi.
Karena pagi-pagi awalnya hanya senam, siswa-siswi dari semua kelas dicampur. Sana lalu pergi ke Jihyo agar mereka bisa berdekatan.
"Pagi, Hyo~" sapa Sana ke Jihyo yang sedang menguncir rambutnya.
"Pagi~ tumben lo gak males-malesan," jawab Jihyo.
"Hehe~"
Selain itu, Sana juga ingin melihat Mark memakai baju olahraga. Sudah lama ia tidak melihatnya.
"Mau liatin Mark, ya?" Jihyo seperti bisa membaca pikiran Sana.
"Nggak, kok."
"Halah,"
Senam pun dimulai. Awalnya dilakukan pemanasan selama 10 menit setelah itu barulah dimulai yang sebenarnya selama 30 menit.
Setelah 30 menit, dilakukanlah pendinginan selama 10 menit.
Dan setelah selesai senam, para siswa-siswi bebas untuk melakukan apapun. Tetapi mereka tentunya tidak diperbolehkan dulu pulang sebelum mengikuti ekskul olahraga pilihan mereka.
Untuk ekskul olahraga, Sana memilih basket dikarenakan hanya itu yang menurutnya bisa ia lakukan. Jihyo pun sama.
Sana dan Jihyo kemudian membeli minuman lalu mereka duduk di tangga yang menghadap ke lapangan.
"San, lo gimana sama si Mark? Atau nggak si Yuta?" Tanya Jihyo lalu ia meneguk minuman yang ia beli.
"Nggak tau, ah. Males gue ngebahasnya," Mood Sana kemudian menjadi sedikit buruk.
"Lo jangan kayak gitu. Mereka kayak gitu juga nunggu jawaban dari lo. Nggak baik ngegantungin mereka," Jihyo menasehati sahabatnya.
Sana hanya bergumam tidak jelas. Sejujurnya, ia tidak tahu apa yang harus ia lakukan. Ia sendiri masih tidak yakin dengan perasaannya sendiri.