Perihal Bintang dengan Bulan

14.5K 696 16
                                    

Sejak kemarin Kalista tak henti henti khawatir dengan keadaan Arga. Untuk sekedar mengirim sebuah pesan singkat untuk Arga saja ia ragu. Setelah menajalani hukuman itu, ia tak lagi melihat keberadaan Arga. Kalista mencoba untuk menanyai teman sekelas Arga tetapi nyalinya terlalu kecil untuk itu. Apa Arga sakit?

"Aahhh," Kalista mengacak acak rambutnya frustasi. Lebih baik ia mengirim pesan itu sekarang daripada ia semakin khawatir.

Whatsapp

Kalista : Arga? kamu sakit?

Akhirnya pesan singkat itu terkirim untuk Arga. Kalista berharap jika Arga akan membalas pesan singkatnya dengan jawaban tidak. Tapi kadang ia bingung dengan dirinya sendiri. Mengapa ia memperdulikan Arga? Bukankah ketidakadaan Arga itu membuatnya senang? Mengapa ia menjadi khawatir?

Jam sudah menunjukkan pukul satu siang. Arga masih belum membalas pesan Kalista.

"Arga kok gak bales chat gue ya?"

Kalista makin khawatir. Mengapa Arga tidak mengabarinya sejak kemarin? Kenapa ia merindukan cowok itu? Cowok yang selalu mengusiknya, mengenggam tangannya tanpa izin, serta selalu bisa membuat pipi pipinya memanas?

"Kalis," panggil Mama dari balik pintu.

"Masuk Ma," Kalista masih bergeming dikasurnya.

"Dibawah ada cowok yang dulu pernah jemput kamu," ucap Mama.

"Siapa Ma?"

"Itu loh. Cowok ganteng yang pernah nganter kamu pulang. Terus pernah nganter kamu sekolah," ujar Mama Kalista.

"Dia bilang kamu pacarnya. Tuh kan, kamu kenapa gak bilang sama Mama kalo dia pacar kamu?"

Cowok ganteng? Pacar gue? Arga?!

Tak menggubris pertanyaan Mamanya ia langsung bergegas turun kebawah. Benar. Cowok yang di khawatirkannya sejak kemarin tengah duduk memunggunginya.

"Arga?" panggilnya pelan. Arga menoleh.

Kalista melipat tangannya di dada. "Kemarin kamu kemana? Kenapa gak kasih kabar?" tanya Kalista kesal.

"Kangen heh?"

Iya. Gue kangen sama lo Ga.

"Enggak." Sahut Kalista.

"Yaudah. Aku pulang. Gaada yang kangen aku juga." Ucap Arga. Kalista yang mendengar hanya tertawa geli.

"Gitu aja ngambek, kaya anak kecil."
Tawa Kalista meledak.

"Mau jalan?" tanya Arga.

"Mau! Di rumah sumpek. Kita mau kemana?"

"Ikut aja."

"Aku ganti baju dulu bentar." Ucap Kalista lalu berlari kecil menaiki tangga.

Tidak sampai dua puluh menit, Kalista sudah berdiri di ambang tangga dengan kemeja putih senada dengan warna kemeja Arga. Serta sneakers dan celana jeans hitam. Tas selempang yang tergantung cantik di bahu mungilnya. Rambut yang sengaja ia kuncir begitu lucu. Dan wajah yang hanya dipoles bedak dan liptint.

POSSESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang