Tuan Putri

4K 188 14
                                    

Tinggal menghitung menit, pentas musik akan dimulai. Membuat Kalista, Kanya, Orlin sibuk mengumpulkan peserta pentas. Sedangkan Alisa dan Elisa sedang mendadani peserta agar lebih menarik.

"Kayla hadir?" seru Kalista dalam aula musik.

"Izin Kak, demam katanya." jawab seorang cewek berambut pendek.

Setelah semua telah diabsen, Kalista memanggil Bimo untuk menata mic serta peralatan lain yang belum ditata.

"Kalis," panggil seseorang beberapa kali. Namun Kalista tetap sibuk mencentang diatas kertas.

"Babe."

Kalista tetap terfokus pada lembaran didepannya. Membuat cowok itu risih dibuatnya.

Kalista tersentak. Tubuhnya ditarik ke belakang, membuat cewek itu sedikit sulit bernafas karna dipeluk erat.

"Sibuk banget ya?" ucap cowok itu tanpa berniat melepas pelukannya.

Kalista hanya diam mematung. Masih belum siap menanggapi ucapan cowok itu. Ia masih tertegun dengan detakan yang cukup kencang pada jantungnya.

"Kok diem?" ucapnya lagi. Kalista mendengar, namun masih terdiam.

"Arga," ucap Kalista. Arga melepas pelukannya.

"Jangan pernah kasih pelukan kamu ke orang lain, ya?" Kalista melantur. Tak tau apa yang ia bicarakan. Arga yang mendengar hanya tersenyum gemas.

"Kalo yang minta kamu. Mana mungkin gak dikabulin?"

Semoga waktu berjalan lambat, batin mereka.

Orlin dan Kanya masuk, membuat keduanya melepas pelukan masing masing.

"Kami ganggu ya?" tanya Orlin.

"Ya iyalah. Masih nanya!" bentak Arga. Mereka berdua hanya diam, lalu melirik memohon pada Kalista untuk membela.

"Ih enggak! Lin udah siap?" ujar Kalista menghampiri mereka.

"Udah. Lima menit lagi bakal mulai."

Mereka meninggalkan Arga yang masih menetap di kelas musik dengan perasaan yang tak karuan.

"Galak bener cowok lu Kal," ujar Kanya bergidik ngeri saat mereka duduk di kursi penonton paling depan.

"Enggak kalo sama gue," jawabnya tersenyum. Pipi Kalista memanas saat mengingat kejadian tadi.

"Cieee pipinya merah! Oh iya! Abis pelukan. Iya kan? Hahaha," goda Orlin.

"Apaansih," balas Kalista salah tingkah.

"Btw, si kembar dimana?" tanya Kalista saat menyadari jika Alisa dan Elisa tak bergabung sejak tadi.

"Kayanya masih make-up in peserta pentas deh."

"Nah tuh mereka," seru Kanya menunjuk dua wajah serupa. Hanya saja Alisa yang memiliki tahi lalat kecil di pelipisnya.

"Udah?" tanya Kalista memastikan.

"Udah dong! Jadi, kita dibayar berapa nih?"

"Bayar pala lu. Bukannya gue udah bilang kalau mau jadi panitia itu berantisipasi bukan dibayar," jelas Kanya.

"Berbakat juga ya ternyata lu pada," timpal Kalista tertawa.

"Gue kira cuman berbakat jadi pelopor kericuhan aja," timpal Orlin.

"Kurang ajar ya lo!" ucap mereka.

Pentas dimulai. Membuat perhatian siswa-siswi tertuju pada satu panggung yang terletak di halaman luas sekolah. Pentas itu diawali dengan suara merdu Rania yang membawakan lagu Mungkin dari Melly Goeslow. Membuat para cewek yang sedang patah hati hanyut dalam alunan. Termasuk Kalista. Mengingat ia dulu sering memutar lagu itu saat rindu Kevin.

POSSESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang