Perasaan Yang Tak Dapat Dikendalikan

1.7K 85 5
                                    

Kalista berjalan menyusuri koridor. Ia sudah memantapkan hatinya untuk terus terang kepada cowok itu. Ia sadar jika masa lalu tidak selalu harus diulang kembali. Melainkan hanya untuk diingat dan dikenang. Toh, ia sekarang sudah menemukan cinta barunya. Tak salah jika Kalista membuka hati untuk Arga. Salah Kevin mengapa ia meninggalkan Kalista dengan begitu mudahnya?

Terlihat Arga sedang duduk sambil memandang langit dengan dua telinga yang disumbat dengan earphone.

"Ga?" sapa Kalista.

"Kal? Udah jam istirahat ya?" sahutnya dengan melepaskan earphone.

"Udah lewat 5 menit."

"Mau makan?" tanya Arga kemudian berdiri berniat mengajak cewek itu untuk pergi ke kantin.

"Aku mau bicara."

"Penting." Lanjutnya.

"Apa Kalis?"

Drrrtt

Derit handphone Arga membuat cewek itu mengurungkan niatnya.

"Angkat dulu."

"Oke."

Arga berjalan kearah balkon, kemudian wajahnya menampilkan raut yang tak menyenangkan. Setelah itu ia menutup teleponnya dengan tergesa.

"Ada apa Ga?" tanya Kalista cemas.

"Kevin masuk rumah sakit. Aku tinggal ya Kalis?" Kalista mengangguk lemah.

Kevin sakit?

                                 • • •

Kelas Bu Endang berlalu hingga jam terakhir. Sejak awal pelajaran Kalista hanya memikirkan Arga juga Kevin. Ia tak bisa menutupi kecemasannya terhadap kedua cowok itu.

"Kal, lo gapapa?" tanya Alisa saat menyadari tingkahnya.

"Kevin," ucapnya sendu.

Orlin, Kanya, dan Elisa yang mendengar menoleh.

"Kevin? Mantan lo itu?" Orlin memastikan. Kalista mengangguk lemah.

"Dia sepupu Arga."

"Gue gasalah denger kan?" sahut Kanya.

"Lo tau darimana Kal?" timpal Elisa.

"Dua minggu lalu. Gue diajak Arga ke pesta ulang tahunnya Kevin."

"Asli. Bukannya tu cowok udah di luar negeri?"

"Maksud lo?"

Orlin yang menyadari perkataannya gelagapan. Kanya yang menyadari hal tersebut langsung membawa Kalista ke luar kelas.

"Bukannya lo yang bilang dia di luar negeri Kal?"

"Gue?"

"Iya. Lo." Ucap Kanya meyakinkan.

"Dari dulu gue gatau Kevin dimana. Kalaupun tau, gue gabakal kaya gini Nya."

"Inget-inget lagi deh Kal. Mungkin lo lupa."

Kalista melirik jam. Bel pulang telah berbunyi dua puluh lima menit yang lalu. Sekarang, ia harus ke rumah sakit.

"Kal? Kalista!"

Kalista hanya berlari saat mendengar Kanya menyebut namanya. Ia harus meluruskan semua ini. Ia tak bisa menyembunyikan perasaannya.

                                  • • •

Ruang Anggrek. 25. Kevin Raditya.

Kalista berhenti di depan kamar pasien. Terlihat dari luar, Kevin sedang terbaring lemah dengan alat bantu untuk pernafasannya.

"Kev.." Kalista menangis. Tak bisa menahan perasaannya.

Ia masuk, menemukan Kevin. Cinta pertamanya yang dulu pernah hilang.

"Kev. Bangun." Ucapnya terisak.

"Gue belum maafin lo Kev, jangan pergi dulu," Kalista menggampai tangan hangat cowok itu.

"Siapa yang bilang g-ue pergi?" Suara lemah menyadarkan Kalista dari tangisnya.

"Kev?"

Kevin tersenyum. Gadis itu membuatnya sadar.

"Apa kabar?" ucapnya serak. Kalista lega. Tak tahu bila perasaan yang telah lama kini ia rasakan kembali.

"Lo bakal ninggalin gue untuk kedua kalinya?"

"Jahat banget ya gue?" balas Kevin seraya merapikan potongan rambut gadis itu. Kemudian mencoba untuk duduk.

Mereka tersenyum penuh harap. Perasaan itu kembali tanpa seizin mereka. Disisi lain, cowok itu sedang melihat kemesraan mereka berdua dengan sorot mata penuh amarah. Hatinya memanas. Mengepalkan tangannya dengan emosi yang sudah siap ia ledakan.

Plakkk!

Suara bantingan pintu membuat mereka berdua menoleh. Menampilkan Arga yang sedang menahan amarahnya. Tinjuan pertama berhasil mendarat ke pipi Kevin. Membuat cowok itu semakin tak berdaya.

"Arga!"

"Apa?! Kamu mau belain dia?!"

"Lo salah pa-ham Ga.." ucap Kevin sekuat mungkin.

"Jangan pernah berani untuk nyentuh milik gue!" Ucap Arga dengan penuh amarah. Rahangnya mengeras. Tangannya mengepal kuat seakan masih belum puas mendaratkan satu tamparan.

"Ga. Cukup!" Isak Kalista kembali terdengar.

"Ayo pulang. Sekarang!" Arga menarik tangan Kalista dengan kasar.

Kevin terbaring lemah tak berdaya. Baru kali ini Kalista berani menggertak tangan cowok itu. Membuatnya semakin tak tertahankan.

"Arga! Please. Dengerin dulu!"

Arga mengusap wajahnya kasar. Tak percaya hal ini akan terjadi.

"Apa lagi yang mau kamu jelasin?!" Kalista semakin terisak.
"Apa Kal?!" lanjutnya.

"Kevin. Dia cowok pertama sebelum kamu!" Cetus Kalista dengan menunjuk Kevin yang sedang menahan sakit pada dada dan pipinya.

Arga melongo. Tak percaya dengan apa yang Kalista lontarkan.

"Kevin? He's your first love?"

Kalista bergeming. Tak berkutik. Ia siap dengan apa yang akan Arga lakukan terhadapanya.

Arga tersenyum miris. Kemudian keluar ruangan dengan membanting pintu kembali. Kalista menutup wajahnya. Menangis sejadi-jadinya. Ia tahu pasti, setelah ini ia akan merasakan penyesalan lagi. Saat ia mulai mencintai Arga dan kembali kepada cinta pertamanya. Kevin.
Saat ini perasaanya benar-benar tak bisa dikendalikan.

Kevin hanya diam menyaksikan hal tersebut. Tak dapat memeluk dan menenangkan gadis itu. Membuat dadanya semakin sesak dengan melihat Kalista menangis karenanya.

• • •

Buat kalian yang stay baca Possessive dari awal sampai sekarang. I wuf you guyss🙂.
Udah lama bgt gak update, semoga kalian galupa yaa sama cast-nya.
Ied Mubarak! Minal aidzin wal faidzin, mohon maaf lahir batin yaaa✨.

POSSESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang