Berani Menyakiti Kalista

5.4K 241 0
                                    

Hari ini hari Minggu, berarti sekolah libur. Sejak pagi, Kalista terus menerus tidur. Saat bangun, ia tidur lagi. Begitu seterusnya. Berharap jika tidur, nyeri di kepalanya sejak tadi malam berkurang.

Arga : Kalis, kamu udah bangun?

Melihat notif, ia duduk. Lalu membalas.

Kalista : Udah, jemput aku sekarang. Bisakan?

Arga : Always Kal. Selalu bisa.

Kalista tersenyum. Ia paham benar Arga selalu ada untuknya. Walau ia sudah membuat Arga kesal dan penasaran. Namun begitulah. Tak semua harus diceritakan. Hari ini, ia tak mau berdiam diri. Ia harus bahagia.

                                • • •

Seperti hari minggu biasanya, taman selalu ramai pengunjung. Jajanan yang biasa tampak mulai bersaing dengan jajanan lain. Kalista menghirup napas dalam. Lalu duduk bersandar di bahu Arga. Tenang rasanya jika ia bersama Arga. Seolah olah, masa lalu yang kemarin mengganggunya hilang dalam sekejap mata.

"Kal."

"Kenapa?" Kalista menoleh.

"Mmm."

Kalista paham, Arga pasti ingin menayakan keadaannya yang aneh sejak dua hari terakhir.

"Kamu kenapa ngehindar?"

"Bukan ngehindar, aku cuman mau sendiri."

"Tapi kenapa? Cerita."

Kalista menahan air matanya agar tidak tumpah. Kecewa benar benar menggrogoti hatinya.

"Tidak semua masa lalu, bisa aku ceritakan."

Arga bingung sendiri. Kenapa Kalista berubah begini? Haruskah ia mencari sendiri? Atau bertanya pada Orlin? Sahabatnya?

"Masa lalu?"

"Udahlah Ga, gausah dibahas."

"Mantanmu?"

"Engga!"

"Terus? Kok sensi amat ditanya gitu?"

"Biasa aja. Kamunya aja yang baperan."

"Mau kuhajar yang berani menyakitimu?"

Hajar Ga, Hajarr.

"Gausah, mending beli kapas gula yuk?"

"Kapas gula?"

"Kembang gula, hehe."

                                 • • •

Hari menjelang sore. Taman mulai sepi. Anak-anak mulai pulang dan meninggalkan bekas tanah berbentuk rumah saat mereka bermain. Kalista dan Arga menghabiskan waktu dengan berbagi cerita mereka masing-masing.

"Kal, kenapa ya susah banget buat gak rindu sama orang?"

"Mungkin karna terlalu sayang?"

"Sayang balik gak?"

"Siapa?"

"Di samping kamu siapa?"

"Arga?"

"Sayang balik gak?" Arga bertanya lagi.

"Sayang."

Arga tersenyum. Pertanyaan yang sudah lama ia pendam kini sudah terjawab.

Arga melanjutkan, "Jangan sedih lagi ya?"

Sejak hari itu Kalista mulai belajar arti mengikhlaskan. Mengikhlaskan semuanya. Tak semua kesalahan bisa dihakimi kan?
Dari Arga, ia belajar kalau cinta sejati takkan pernah menyakiti. Juga mulai belajar mengerti Arga, bahwa ia mencintainya dan ia mencintai Arga. Lalu melupakan kecewa dari arah yang memang bertubrukan. Menerima jika Arga dan Kevin adalah saudara.

POSSESSIVETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang