Dua Belas

1.4K 129 0
                                    

Ali side...

Sir Jun mengetuk pintu kamar Ali dan Angelo selama tiga kali.

Krieet

"Ada apa, Sir?" tanya Angelo yang membukakan pintu. "Untuk Ali Merchone, dari Hanako Kyoto." Sir Jun menyerahkan amplop putih pada Angelo. "Hanako Kyoto, Sir?" tanya Angelo memastikan. Sir Jun mengangguk, "Ya, ia menyerahkannya tadi sore. Baiklah, aku undur diri dulu."

Angelo menutup pintu kamar setelah Sir Jun menghilang dari pandangannya. "Hei, ada surat untukmu." Angelo memberikan amplop itu pada Ali yang sedang bermesraan dengan ranjangnya. Mendengar kata surat, Ali pun langsung bangkit. "Dari siapa?!" tanyanya antusias.

Angelo mengendikkan bahunya. "Kata Sir Jun sih, dari Hanako Kyoto." Ali tersenyum, "Aku yakin itu hanya alibi saja."

"Terserah. Aku mau tidur. Mood ku sedang tidak bagus." Angelo menjawab tak peduli lalu naik ke ranjangnya. Ali meletakkan suratnya di ranjang lalu mendekati sahabat sekaligus roommate nya. "Kau tidak cerita apapun padaku hari ini."

Angelo menarik selimutnya, lalu mulai membuka mulut, "Aku sendiri sekarang. Fira menyukai laki-laki lain yang ditemuinya saat jalan-jalan pekan lalu." Ali membulatkan matanya, "Bagaimana bisa Fira menyukai laki-laki hanya dalam satu pertemuan saja?"

"Rupanya dulu laki-laki itu adalah senior Fira saat Fira sekolah dasar," jawab Angelo. Ali menahan tawanya, "Pfffttt, senior sekolah dasar?! Kau serius?" Angelo lagi-lagi mengendikkan bahunya, "Tidak tahu. Dia bilangnya seperti itu." Ali menepuk pundak sahabatnya. "Aku pikir kau bisa menemukan yang jauh lebih baik nantinya."

"Ya, itu pasti."

Ali yang paham akan keadaan sahabatnya membiarkannya tertidur karena sahabatnya itu sedang dalam suasana hati yang buruk.

Ali membuka amplop putih yang diberikan Sir Jun tadi. Ia mengeluarkan kertas yang terdapat di dalamnya. Saat membukanya, terlihatlah tulisan tangan yang Ali kenal.

Aku tidak tahu harus bagaimana memulai surat ini. Apakah jika aku hanya menuliskan 'Aku memaafkanmu' cukup?

Ya, cukup. Cukup sekali, terima kasih, batin Ali saat membaca kalimat pertama.

Mungkin kau pikir cukup. Tapi menurutku tidak. Tidak cukup. Aku butuh beberapa kalimat lainnya untuk menjelaskan kenapa aku memaafkanmu. Alasanku, ya sederhana saja. Bukan kau yang membuatku kehilangan kedua orangtuaku. Alasanku membencimu juga hal kecil, aku menganggap ada darah pembunuh dalam tubuhmu, dan juga marga yang ada pada namamu, sama dengan nama si pembunuh kedua orangtuaku. Terserah kau mau menganggapku kurang sopan atau bagaimana karena aku memanggil ayahmu dengan sebutan 'pembunuh'.

Itu faktanya, aku tidak marah, batin Ali.

Setelah dipikir-pikir, kedekatan kita yang seperti ini membuatku berpikir dua kali saat ingin memulai perang dingin denganmu.

Tapi aku masih belum bisa menerima kenyataan itu. Aku belum bisa menerima fakta bahwa kau adalah anak dari orang yang membuatku yatim piatu. Dan setelah kupikir-pikir lagi, tidak ada gunanya perang dingin denganmu karena itu sudah berlalu dan kedua orangtuaku sudah bahagia di surga sana, oh ya satu lagi, kuharap kau tidak seperti ayahmu.

Ali tersenyum saat membaca kalimat terakhir surat itu.

Keesokan harinya...

Prilly berjalan menyusuri lorong yang berakhir perpustakaan. Ya, itu tujuan Prilly. Bertepatan dengan itu, Ali baru kembali dari taman belakang. Entah apa kepentingan Ali di taman belakang. Ali yang melihat Prilly sedang berjalan menyusuri lorong, langsung berlari menghampirinya.

"Selamat pagi!" sapa Ali. Prilly menghentikan langkahnya. "Uh, ya selamat pagi," jawabnya dengan nada santai yang dipaksakan. "Huhh, ayolah, Prilly. Katamu kita tidak akan terlibat perang dingin lagii," rengek Ali. Prilly memutar bola matanya malas, "Menjijikan. Aku juga sedang berusaha tidak ketus-ketus amat denganmu tapi sepertinya sulit! Apalagi wajah merengekmu seperti tadi yang membuatku sangat amat ingin berlaku ketus padamu!"

Ali terperangah. Apa yang tadi itu benar-benar ucapan seorang Prilly Arrant? Woah, tidak seperti dirinya sekali. Seingatku Prilly Arrant itu sangat ceria dan ramah. Apa jiwanya tertukar dengan seseorang?

"Dengar, ya, Ali Merchone. Aku memang begini. Jika kau berbuat sesuatu padaku dan meninggalkan sesuatu yang membekas di hati, maka akan ada prosesnya untuk kembali seperti semula padamu," Prilly menarik napas, "Agak sulit untuk kembali seperti semula setelah sesuatu yang terjadi membekas di hatiku, jadi tolong pahami aku yang seperti ini sampai aku yang ramah telah kembali."

Ali masih terperangah.

Melihat respon Ali yang seperti itu, Prilly menghela napas, "Kau pasti tidak mengerti. Ya, aku tahu penjelasanku memang sulit dimengerti. Tapi ya, semoga saja kau mencerna sedikit makna dari ucapanku." Ali akhirnya mengangguk paham.

Ya, sepertinya Ali harus tahan akan sikap ketus Prilly beberapa waktu ke depan. Dan Ali berusaha maklum, karena Prilly seperti itu tentu saja jelas karena ulahnya. Bukan ulahnya secara langsung, tapi ya tetap saja jatuhnya adalah ulah Ali.

HALOOOOO SUMPAH MAAF BANGET AKU UP NYA NGADETTTT :"""

ini karena aku lagi ngebaperin produce101 season 2, dan gaada ide juga. Makasih buat yang masih ngikutin huhuu. Boleh dipencet bintangnya kalo menurut kalian pantes :)

-author aegyo

Super ✅Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang