"Argh, matematika!!! Aku membenci itu!"
"Pril, telingaku panas mendengar keluhanmu!"
"Oh, Hana ku... Ulangan kemarin aku mendapat 45! Apa tidak mengecewakan?"
"Aku heran... Sebenarnya pelajaran apa yang kau tekuni, hm? Sepertinya sejak kemarin, kau mengeluh soal pelajaran Sejarah, Sains, dan sekarang Matematika. Apanya yang buruk sih, dari ketiga pelajaran itu? Ulangan matematika kemarin aku mendapat 81."
Prilly mendengus. "Sosial! Ya, aku menekuni pelajaran Sosial!! Ingatanku ini kuat, jadi mudah sekali jika aku harus menghafal! Dan hentikan semua ceritamu soal nilai-nilaimu yang berada di atas rata-rata itu! Kemarin kau bilang Sejarahmu 93, Sains mu 90, dan Matematikamu 81? Oh, jangan pamer soal nilaimu padaku!"
Hana tersenyum mendengarnya. "Maaf. Oh ya? Jika ingatanmu kuat, bisakah kau beritahu aku kapan Menara Eiffel dibangun?" Prilly mendelik. "Heii!! Aku membenci pelajaran sejarah!"
"Ingatanmu kuat, bukan..?" goda Hana. "Cih! Tidak untuk pelajaran sejarah!"Ting! Ting! Ting!
Bel pergantian kelas berbunyi."Baiklah, aku harus melakukan percobaan Fisika. Fhuh, Prilly, doakan aku agar percobaan kali ini aku mendapat nilai A atau A+! Aku pun akan mendoakanmu agar matematikamu kali ini diatas rata-rata!" ucap Hana diakhiri dengan tawa renyahnya.
"Terserah!" gerutu Prilly.
Prilly berlari dua langkah, lalu...
Whuuuuz!
Prilly melesat! Prilly terbelalak. Ia mencoba menghentikan kakinya. Dan berhasil. Prilly berhenti di depan laboratorium yang sedang kosong di samping kelas Matematika
"Hh.. Hh... Hh... Apa itu tadi? Aku melesat? Bukankah melesat itu harus dipelajari secara perlahan? Kurasa aku tidak pernah mempelajari bagaimana cara melesat. Lalu kenapa aku bisa melesat?" gumam Prilly bingung."MISS ARANT! MASUKLAH! JAM PELAJARAN SUDAH DIMULAI!" Teriakan menggelegar Mrs.Jane membuat Prilly terperangah kaget.
"Iya, Mrs. Maaf," ucap Prilly sambil menunduk. "Masuk dan duduklah! Kerjakan soal di papan tulis! Kau lolos kali ini!"
------
"Kau kelas apa setelah ini?" tanya Angelo pada Ali. "Matematika. Oh, betapa sukanya aku dengan pelajaran itu!" sahut Ali dengan muka sok imut."Cih! Berhentilah menunjukkan wajah seperti itu, Merchone! Kau membuatku mual!"
"Sialan kau, Egift! Kau kelas apa?""Kelas Memasak! Tentu saja kelas Sejarah! Bukankah aku baru menceritakannya?! Kau ini pikun atau bagaimana, Merchone?" sewot Angelo. "Ya tuhan, Angelo. Kau ini sedang mendapat tamu bulanan? Sepertinya sensitif sekali..."
"Kau pikir aku perempuan?! Mungkin aku tertular kekasihku, Fira! Ia sangat sensitif.""Hm. Oke. Aku duluan kalau begitu."
Ali berjalan menuju kelas matematika. Tangannya terangkat untuk membuka pintu kelas.
"EHM! KEMANA SAJA ANDA, MR. MERCHONE?!" Ali hampir mengeluarkan tatapan elangnya yang menusuk kepada Guru matematika setengah baya ini.
"Oh. Rupanya kau mulai berani pada guru?" omel Mrs. Jane."Eh? Apa maksud Mrs?" tanya Ali dengan wajah sok polos, berharap bisa lolos dari guru killer tersebut.
"Kau tadi hampir memberiku tatapan elang, kan?! Tidak akan mempan! Sekarang, lepas Power Braclet mu!" sentak Mrs. Jane.
"Mrs.. Kumohon, beri aku hukuman lain... Power Braclet ini sangat berharga."Power Braclet adalah gelang penambah kekuatan dari Special School.
"Kau harus bisa melesat besok! Atau... Kau coba melesat sekarang!"
Whuuuz!
Ali melesat. "Hei, bagaimana bisa aku melesat seperti itu?" Ali bergumam.
"Jika kau sudah pandai melesat, lepas Power Bracletmu!!" sentak Mrs.Jane membuat Ali terperangah. "Bukankah jika aku berhasil melesat, aku akan lolos?" Untuk membujuk Mrs.Jane, Ali terpaksa mengeluarkan puppy eyes nya. Seorang Ali Merchone pemilik tatapan menyakitkan, kini mengeluarka puppy eyes yang bisa membuat orang lain muak. (Maaf, li wkakakk )
"Oh, tentu saja tidak! Jika kau belum bisa melesat, itu akan jadi hukuman pengganti! Tetapi karena kau sudah bisa melesat, maka lepaslah Power Braclet mu!!"
Dengan berat hati, Ali melepaskan Power Braclet birunya. "Kapan aku bisa mengambilnya kembali, Mrs?" tanya Ali. "Saat kau ada kelas matematika!"
"APA? Maksud Mrs, Selasa depan?" seru Ali kaget. "Hm, ada masalah?"
"Oh, Mrs... Aku ada ujian kekuatan bersama Mr.Albert Senin depan!""Saat ujian kekuatan bukankah dianjurkan untuk melepas power bracletmu?" Mrs.Jane menatap Ali remeh. Ali mengusap tengkuknya. "Maaf, Mrs.."
Ting! Ting! Ting!
"Jam makan siang?! Aku tak ikut kelas hari ini?" seru Ali frustasi. Mrs.Jane tersenyum puas. Ia memasuki kelasnya. "Kumpulkan pekerjaan kalian di meja saya!" Kemudian Mrs. Jane membagikan sebuah kertas panjang yang berukuran tidak terlalu besar kepada murid-murid yang telah mengikuti pelajarannya. Kira-kira ukurannya sebesar tiket untuk konser. Jadi nanti akan terlihat siapa saja yang tidak mengikuti pelajaran Mrs.Jane karena tidak mendapat 'tiket belajar' tersebut.
"Semoga nilai latihanmu diatas 7, Miss Arrant." ucap Mrs.Jane saat memberikan tiket belajar pada Prilly. Prilly tersenyum kecut lalu mengucapkan terima kasih.
Prilly berjalan melewati seorang yang dikenalnya duduk di kursi sebelah kiri pintu kelas matematika."Murid baru yang nakal.." gumam Prilly melihat pergelangan kiri Ali tidak terdapat Power Braclet birunya. Sebagai murid setia Special School, Prilly sangat paham bahwa jika ada murid yang melanggar peraturan atau membuat masalah, maka Power Bracletnya akan disita.
"Aku mendengarnya!" seru Ali keras. Prilly menoleh sekilas. "Terserah." Kemudian ia berlalu menuju ruang makan.
------
"Prilly.." panggil Hana saat Prilly duduk di meja nomor 27. "Apa?"
"Kau ingat Fira Slegra?" tanya Hana. "Murid dari desa Marg? Yang dulu menjadi tetangga kita?" tanya Prilly balik. "Ya... Kemarin ia mengirimiku surat, ia bilang bahwa ia akan pindah ke sini." ucapan Hana bertepatan dengan Sir Will yang membagikan jatah cathering pada para murid dan mengambil kupon.
"Waah! Steak! Aku suka! Terima kasih, Sir Will! Sampaikan terima kasihku juga pada Mrs. Joanna!" seru Prilly girang. Mrs. Joanna adalah istri dari Sir Will.
Sir Will tersenyum saat menerima kupon dari Hana.
"Kembali ke topik.""Memang kenapa ia ingin pindah? Bukankah tanggung jika harus pindah pada detik-detik menjelang kelulusan?" ucap Prilly sambil sedikit mengelap pisau dan garpunya.
Hana memutar bola matanya. "Ouh, kau terlalu berlebihan! Ini masih awal semester 1! Lagipula bukankah semua metode pembelajaran di berbagai cabang Special School itu sama? Tak ada salahnya dan Fira tidak perlu repot-repot beradaptasi soal pembelajaran di sini. Aku ingin dia sekamar dengan kita. Bolehkah?" ujar Hana panjang.
Prilly menyuap steak ke dalam mulutnya. "Iya, tentu saja boleh. Lagipula, apakah bisa?"Hana mengangguk. "Tentu saja bisa. Itu hak semua anak di sini."
------
"Aku sungguh sial hari ini!" rutuk Ali pada Angelo yang sedang mengunyah dengan tenang. "Aku sungguh senang..." kata Angelo tenang.
"Kau senang karena apa?" tanya Ali. "Kau sendiri sial karena apa?" tanya Angelo balik.
"Jangan membalikkan kata-kata!" seru Ali, bersiap melemparkan tatapannya pada Angelo. "Aku senang karena Fira akan pindah ke sini!" seru Angelo semangat. "Oh.." respon Ali.
"Aku sial karena terlambat ikut kelas Matematika dan lebih sialnya lagi, Power Braclet ku disita oleh Mrs. Jane! Betapa menyebalkannya gu..."
"Siapa yang menyebalkan?" suara khas Mrs. Jane terdengar di telinga Ali dan Angelo.
Haii... Nah lohh alii... Nembus 1k words!! Yeayyy!! Yuk vomment sama tambahin ke library biar aku makin semangat nihh! ^^ baca Sisi's Diary dan Just 24 Hours juga ya!! Maaciii. Oh iyaa.. Mulmed nya itu contoh tiket belajar nya Special School. Part berikutnya aku bakal taro foto SS (special school) nya di mulmed

KAMU SEDANG MEMBACA
Super ✅
FanfictionApa jadinya, jika Prilly si Gadis Super yang memiliki kekuatan hebat, bertemu dengan Ali si Laki-laki yang memiliki kekuatan yang tak kalah hebatnya dan juga kuat? Perbedaan keduanya menciptakan suasana sengit jika bertemu. Hmm... Mengapa mereka s...