Ali gelagapan. "Eem... Eung.... Gu... Grilly! Ya.. Grilly yang menyebalkan.." Ali dengan asal menyebut sebuah nama.
"Miss Grilly! Kau dibilang menyebalkan oleh murid baru!" seru Mrs. Jane. Grilly Fredlana, salah satu guru musik yang sangat pandai memainkan piano dan suling.
"Aku tahu tadi kau ingin menyebut 'guru matematika', bukan?!" sentak Mrs. Jane. "Ali, lebih baik kau meminta maaf." bisik Angelo. "Hhh... baiklah.."
"Maafkan aku, Mrs. Jane." ucap Ali. Mrs. Jane merubah raut wajahnya menjadi cerah. "Oh, tentu Mr. Merchone. Aku akan memaafkanmu."
--------
Seusai makan siang, Prilly kembali ke kamarnya. "Hiks.. hiks..." ia terisak. "Hei, berhentilah menangis, Prillyku sayang... Kemana wajah garangmu itu? Sudahlahh.." Hana menghapus air mata yang menghiasi kedua pipi Prilly.
"Hiks... Hanaaa.." Prilly memeluk sahabatnya sambil menangis tersedu, membuat Hana mengusap punggung Prilly lembut. "Kau mengerti bagaimana perasaanku, kan?" lirih Prilly dalam tangisnya. Hana tersenyum. "Tentu aku mengerti. Perasaanmu sama dengan perasaanku waktu itu."
"Seharusnya hari ini aku merayakannya bersama mereka, pergi mencari dandelion di bukit Marg, membuat 2+5 daftar untuk kami lakukan bersama..." Hana mengelus lembut rambut Prilly. "Ulang tahun pernikahan ayah dan bunda yang ke 25.. Tetapi mereka tak ada disini..."
Bukan. Bukan tak ada di Special School, melainkan tak ada di dunia. Ya, Gracia dan Andy adalah kedua orangtua Prilly yang tewas karena seseorang membunuh mereka dengan tatapan mematikannya. Peristiwa itu terjadi 5 tahun yang lalu, saat Andy, Gracia, dan Prilly menikmati teh beraroma mint dan beberapa kue kering buatan Prilly di balkon rumah mereka. Seseorang tiba-tiba muncul dan memberikan tatapan mematikan pada Gracia dan Andy yang sedang lengah. Prilly yang melihat itu ingin melindungi kedua orangtuanya dengan perisainya, namun apa daya, kedua orang tercintanya itu sudah terkulai lemas karena orang tersebut menatap mereka begitu dalam. Prilly buru-buru melindungi dirinya sendiri. Ia menggigit bibirnya menahan tangis, karena jika seseorang sedang melindungi dirinya menggunakan perisai dan orang itu menangis, maka perisai itu takkan ada gunanya. Beberapa saat kemudian, orang itu pergi meninggalkan balkon rumah keluarga Arrant.
"Sudahlah..." Hana kembali mengusap punggung Prilly lembut saat mendengar tangis sahabatnya semakin keras. "Hei, aku juga mengalami peristiwa sepertimu. Malah waktu itu aku lebih kecil darimu dan peristiwa yang kulihat lebih kejam. Waktu itu aku, mama dan papaku ingin pergi ke mal di Delamon City, aku berganti baju di kamarku, sementara mama dan papaku sudah menunggu di teras rumah. Tepat saat aku keluar rumah, kedua orangtuaku sudah di todongkan pistol di kepala mereka. Dua orang yang menodong mama dan papaku berteriak agar aku jangan mendekat,kemudian aku menangis, dan aku mendengar suara tembakan yang cukup keras. Aku menangis terduduk sammbil memeluk kedua lututku. Aku tak mengerti apa salahku atau salah kedua orangtuaku sampai mereka harus sekejam itu pada mereka." Tak disadari, Hana ikut menitikkan air mata. Prilly melepas pelukannya.
Tangisnya sudah berhenti, namun matanya terlihat bengkak. "Berapa umurmu saat itu?" tanya Prilly sambil mengusap pipi Hana, bermaksud menghapus air mata sahabatnya. Hana tersenyum. "Hm.. 7 tahun?" Prilly terkejut. "Ya ampun.. Lalu bagaimana ceritanya kau bisa menjadi anak angkat Mr. Tochiro dan Mrs. Nako?" Hana kembali tersenyum melihat antusiasme terhadap kisah hidupnya yang ditunjukkan oleh Prilly. "Mm.. Aku menangis sambil memeluk lututku, dan beberapa menit kemudian, semuanya gelap. Dan saat aku membuka mata, aku melihat perempuan cantik yang sangat familiar. Dia Nako Mahiro, sahabat mamaku. Ya, pokoknya begitulah. Dia dan suaminya mengangkatku menjadi anak mereka, dan masih seperti itu sampai sekarang.."
Prilly tersenyum sendu. "Menyenangkan sekali bisa mempunyai kedua orangtua baru yang sangat menyayangimu..." Hana menepuk bahu Prilly pelan. "Hei, jangan bersedih lagi. Bibi Michaela dan Paman John sangat baik padamu, kan? Setiap bulan mengirimu uang saku, dan setiap liburan mereka selalu menjemputmu. Kupikir itu sudah cukup sebagai pengganti Mr. Andy dan Mrs. Gracia." hibur Hana. Senyum sendu Prilly kini berganti menjadi senyum riang khas Prilly Arrant. Hana tersenyum melihat Prilly. Tanpa sengaja, Prilly melirik jam dinding. "Ya ampun, pukul setengah 3! Ayo, Hana cepatlah mandi! Atau aku akan mandi terlebih dahulu!" serunya panik. Hana terkekeh. "Hei, cepat mandii!!" serunya garang pada Hana. Membuat Hana terkikik, namun dengan cepat ia menyambar handuknya lalu berlari ke arah kamar mandi. Prillyku telah kembali, batin Hana.
Sementara Hana mandi, Prilly mengambil sesuatu yang ia simpan di laci meja belajarnya. Diary. Ia menggoreskan penanya disaat hari yang menurutnya penting saja.
Dear Diary...
Happy Anniversarry 25th, Ayah Andy, Bunda Gracia! Illy selalu sayang kalian. Coba kalau ayah sama bunda masih disini, di dunia ini. Pasti Illy akan heboh sendiri mencari kado. Tapi Illy akan selalu mengingat kata-kata bunda, "Kalo ada hari penting, cukup ingat dan rayakan sesederhana mungkin, jangan berlebihan." Aaa.. Kata-kata bunda membuat Illy ingin menangis.. Bunda dan ayah bahagia di sana, ya... Illy berjanji akan menemukan orang yang membunuh kalian..
Prilly Arrant, 28 November 2015
Prilly menutup diarynya. Tepat pada saat Hana membuka pintu kamar mandi. "Pril, mandilah." Prilly mengangguk. Ia beranjak dari meja belajar, kemudian ia menyambar handuknya.
------
"Miss Arrant, Miss Kyoto, bolehkah Mr. Egift dan Mr. Merchone duduk disini?" tanya Sir Will pada Prilly dan Hana yang duduk di meja. Setiap pukul 4 sore, Special School mengadakan acara minum teh dengan rasa yang bermacam-macam, serta kue-kue kecil kesukaan Prilly. Mereka mengadakan acara minum teh bukan di ruang makan, tetapi di halaman belakang Special School yang luas, dipenuhi berbagai tanaman, sembari menikmati pemandangan tenggelamnya si Raja Siang, tidak, bukan tenggelam, tetapi menikmati keindahan sang Raja Siang yang terlihat sangat indah di sore hari. "Oh, silahkan.." jawab Hana ramah. Hana mengobrol dengan Angelo, sementara dua manusia lainnya sibuk dengan pikiran masing-masing. "Ini teh dengan aroma tutti frutti, sebentar lagi kuenya akan datang. Miss Arrant, Mr. Merchone, muka kalian kusut sekali. Apa perlu kubawa ke laundry sekolah?" goda Mrs. Yul pada Prilly dan Ali. "Langsung setrika saja muka mereka, Mrs!" gurau Angelo.
"Hei, Miss Arrant, aku bawakan teh tutti frutti , kesukaanmu, kan? Dan aku akan mengantarkan kue favoritmu ke sini." bujuk Mrs. Yul sembari menuangkan teh ke cangkir masing-masing. "Kue favorit Prilly? Kau akan mengantarkan kue favorit Prilly yang mana, Mrs? Semua kue ia favoritkan.." canda Hana membuat Mrs. Yul tertawa. "Ya, kau benar. Baik, aku permisi. Silakan diminum." Mrs. Yul meninggalkan meja no. 25.
-----
Ali sibuk dengan pikirannya sendiri. Ia teringat kata-kata ayahnya, "Setiap tanggal 25 November, kau harus berhati-hati, Ali Merchone. Mereka atau dia bisa saja menyakitimu." Ia sama sekali tak mengerti dengan ucapan ayahnya, tetapi tetap sjaa ucapan ayahnya membuatnya bergidik ngeri.
Semalam ia bermimpi, dua bayangan hitam, satu bayangan laki-laki, sementara satu lagi bayangan perempuan. Mereka berkata, "Kami takkan melupakan hal itu, jangan remehkan kami. Hanya karena hal itu, dia menderita. Kesayangan kami menderita! Itu karena ayahmu!" Ali langsung terbangun.
"Li, tehmu sudah tidak hangat lagi." teguran Angelo berhasil membuat Ali tersadar dari lamunannya. "Eoh.. Maaf."
Haloo! Tetep vomment ya! Btw ntar foto special schoolnya nyusul, soalnya.. (Mau curhat dulu ya wkwkw)
HP aku rusak, jadi aku ngetik ini di laptop. Rada bingung dimana cara naro mulmed wp di laptop, tapi alhamdulillah hp aku udh bener, tapi lagi lowbatt. Yaudah.. gitu.
Makasih buat yg udah vote n comment!

KAMU SEDANG MEMBACA
Super ✅
FanfictionApa jadinya, jika Prilly si Gadis Super yang memiliki kekuatan hebat, bertemu dengan Ali si Laki-laki yang memiliki kekuatan yang tak kalah hebatnya dan juga kuat? Perbedaan keduanya menciptakan suasana sengit jika bertemu. Hmm... Mengapa mereka s...