05. Pertemuan yang membawa sebuah kesalahan

689 117 21
                                    

Terimakasih sudah menyempatkan diri membaca cerita saya yang tidak seberapa ini.
Semoga sukses ya, angel.
Amiin
.
.
.

Bandung, 01 September 2014

Semenjak Michelle menerangkan tanggapan Gilang pada perbuatan Anna kini Anna tidak lagi mendekati Gilang. Walaupun bertemu Anna lebih memilih memalingkan wajahnya.

Ini salah, karna sebenarnya Anna belum mendengar sendiri semua ini dari Gilang.

Sedangkan, Gilang yang bersikap cuek hanya merasa angin lalu dan tak melihat kalau ada perubahan pada sifat Anna. Walaupun terkadang Ia rindu bawel gadis itu yang sedang mengeluh tentang soal olimpiadenya disamping Gilang. Tapi Gilang tidak ambil pusing. Baginya, belajar, belajar dan belajar sampai Ia menjadi seorang dokter syaraf. Hanya itu targetnya datang kesekolah ini, SAAT INI.

.

Hari ini adalah minggu cerah bagi Anna. Setelah berhari - hari bergelut dengan pikiran dan hatinya yang merindukan Gilang akhirnya Ia bisa tenang hari ini tidak bertemu Gilang di sekolah.

Jujur saja, jika melihatnya Anna bahkan ingin lari memeluknya dan menanyakan kebenaran dari semua ucapan Michelle.

"Ma, Pa, Vita berangkat dulu ya." Anna menjabat tangan kedua orang tuanya.

"Hati - hati jangan pulang terlalu siang." Ucap Hans.

Anna mengangguk lalu segera keluar rumah.

Seperti biasa Anna akan bermain basket di lapangan sekolah setiap hari libur.

Karna jarak sekolah dan rumahnya dekat, Anna akan berjalan kaki sekalian joging sampai ke sekolah.

.

"Pa, Gilang hari ini kesekolah ya?" Tanya Gilang saat Papanya turun dari kamarnya.

"Ini kan hari minggu." Jawab Papanya bersiap pergi ntah kemana dengan setelan yang sangat rapih.

"Gilang ada lomba lusa, Pa. Jadi hari ini disuruh dateng buat latihan." Jawab Gilang.

"Gitar? Papa udah berapa kali bilang untuk fokus aja ke Biologi dan Kimia, atau apapun yang berbau pelajaran sekolah. Bukan main alat musik dan lain - lain. Itu gak bakal bikin masa depan kamu jadi lebih baik!" Bentak Jhon.

Lagi - lagi Gilang mengeraskan rahangnya karna kesal pada Papanya.
"Gilang mohon, Pa. Kali ini aja. Gilang gk mungkin batalin ini. Udah di daftar sama Panitia, Pa." Ucap Gilang memohon pada Papanya.

"Sekali Papa bilang, enggak ya enggak! Sudah lah, Papa mau keluar. Guru les kimia kamu akan papa suruh datang hari ini, nanti papa tambah bayarannya." Ucap Jhon beranjak pergi.

Gilang mengeluarkan segala egois dan harga dirinya lalu berjongkok dan berlutut di bawah kaki papanya. "Gilang mohon, Pa. Ini hobby Gilang dan Gilang janji ini yang terakhir sebelum Gilang tamat. Gilang janji akan jadi dokter, Gilang janji nilai Gilang akan tinggi. Gilang mohon, Pa."

Jhon kesal dan akhirnya mengangkat bahu Gilang. "Kamu cowok atau cewek sih? Lemah sekali. Ya sudah tapi jangan pulang lama!"

Gilang tersenyum memandangi kepergian Papanya.

Dengan cepat, Gilang mengambil tas gitarnya lalu menentengnya. Sebelum, pergi Gilang mengirimkan pesan seperti biasa pada Mamanya.

Mama sayang
Gilang pergi dulu ya, Ma
Gilang bakal main gitar seperti yang mama ajarkan dulu
Oh iya, Ma
Sampai kapan ya, Gilang akan berhenti menjadi boneka Papa?

Gilang memasukkan hpnya kedalam saku celananya lalu keluar rumah dan mengenakan sepatu kets nya.

.

Dissipate [GILANG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang