07. Memendam semakin dalam

94 67 24
                                    

Terimakasih sudah menyempatkan diri membaca cerita saya yang tidak seberapa ini.
Semoga sukses ya, angel.
Amiin
.
.
.

Bandung, 10 November 2014

Setelah Olimpiade Gilang dan Anna tidak lagi pernah terlihat bersama. Tapi, Anna selalu mengirimkan pesan kepada Gilang untuk menyemangat Gilang belajar walaupun Gilang hanya membalasnya dengan cuek.

"Ish, kapan sih Kak Gilang peka? Lama banget." Anna menidurkan kepalanya di atas meja kelas.

Cika mengelus kepalanya. "Sabar, dia cuma butuh waktu aja kok."

Mika mengangguk setuju. "Tapi gua ada cara lain deh."

Anna menaikkan kepalanya sedikit melihat Mika.

"Lo coba berhenti chat kak Gilang, berhenti peduli dan tanya - tanya dia ke Kak Aisyah. Coba aja cuek. Nanti juga kelihatan respon Kak Gilang gimana." Jelas Mika.

Anna menggeleng tidak setuju. "Kalau dia b aja gimana?"

"Kalau dia emang suka dan nyaman sama lo selama ini dari pesan lo pasti dia kangen. Tapi kalau dia enggak..." Cika menggantungkan ucapannya.

"AAAAAA! Gua gak siap!" Anna berteriak membuat seisi kelasnya melihat kearahnya.

"Sssst, nanti bubur sum - sum dateng." Mika membekam mulut Anna.

"Lo ikutin aja saran Kita." Bisik Cika.

.

Gilang bangun dari tidurnya dan memeriksa notifikasi hpnya. Sepeti biasa pasti selalu ada pesan selamat pagi dari Anna.

Pengganggu
Pagi kak Gilang!
Semangat hari ini roster kakak seni budaya, ekonomi, olahraga dan matematika.
Jangan males ya!

Gilang sampai tertawa setiap membaca pesan dari Anna karna Ia bahkan sampai hapal roster pelajar Gilang.

Namun Gilang langsung menuju kamar mandi dengan semangat tanpa membalas pesan tersebut.

Apa membalas sudah termasuk cinta? Apa tidak bisa untuk diam saja?

Pagi yang kini berbeda selalu di rasakan Gilang setiap harinya. Ntah mengapa dirinya akan selalu semangat jika sudah membaca pesan dari Anna walaupun Ia tidak membalasnya. Gadis itu juga tidak pernah jenuh untuk mengirimkan pesan.

"Lang, malam ini ada pasien papa yang ngajak makan malam bareng. Selesai les matematika kamu langsung siap - siap pergi ke restaurannya ya." Ucap Jhon di tengah - tengah sarapannya.

Gilang sedikit bingung tapi Ia akhirnya mengangguk. Pasien apa yang ngajak dokternya makan malam?

"Ada paket di atas meja ruang TV, hadiah buat Olimpiade kamu kemarin." Jhon meletakkan piringnya ke weistaffle.

"Papa kasih buat Gilang?" Gilang berseru senang.

"Iya, makin semangat belajarnya! Wujudkan impian Papa pada kamu yang akan bekerja di rumah sakit sama sepeti Papa." Jhon mengelus surai coklat milik anaknya itu lalu pergi keluar rumah untuk berangkat kerja.

Gilang tersenyum senang. "Makasih, Pa." Gumam Gilang.

Gilang cepat menyelesaikan sarapannya agar bisa cepat sampai kesekolah, bertemu dengan senyum paling menyejukkan untuknya.

.

"Lang, ini soal fisikanya kayak gimana ya?" Michelle menyerahkan buku latihannya ke hadapan Gilang.

Gilang menarik buku itu. "Ini gini, jangan langsung di bagi nanti salah. Kerjakan dulu yang di dalam kurung."

Michelle mengangguk paham. "Oh iya lang, nanti sore gua mau beli buku, mau ikut gak?"

Dissipate [GILANG]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang