FTH (17)

1.6K 159 17
                                    

Natsu berjalan kearah gang kecil dekat dengan sekolahnya. Dia segera mengganti bajunya dan melepas wig biru yang dipakainya, setelah itu dia mengambil semua baju wig dan masker itu dan di bakar semua itu. Setelah itu dia kembali ke asrama dengan tatapan benci yang masih membara.

*****

"Hei, aku mendengar Lisanna dibully, benarkah?"

"He? Lisanna dibully? Yang benar saja! Dialah yang sering membully..."

"Tapi itu kenyataan, aku melihat rambutnya yang dipotong asal, muka yang penuh lebam. Dan itu membuatnya syok dan tak bisa berbicara, dia bungkam saja saat di tanya."

"Katanya ada luka bakar di lengan kanan dan punggungnya."

"Baguslah! Supaya dia kapok! Aku kasihan melihat siswi yang di bully olehnya,"

*****

Suasana hari yang sangat panas membuat Lucy, Juvia, dan Levy pergi ke sebuah minimarket yang terletak tidak jauh dari sekolahnya untuk membeli ice cream. Ketiganya berjalan dengan lesu akibat panas yang menyengat.

Sesampai di minimarket ketiganya segera membeli ice cream dan memakannya dengan semangat, tapi Lucy terlihat lesu dan hanya menatap ice cream itu. Dia memikirkan, siapakah yang membelanya kemarin itu? Dia sangat berharap orang itu adalah Natsu, tapi kalau bukan dia akan tetap berterima kasih dengan sepenuh hati.

Levy yang memakan ice cream dengan semangat segera terdiam saat melihat raut wajah Lucy. "Kau tidak memakan ice cream mu? Boleh kuminta untukku saja?" goda Levy mencoba menggapai ice cream Lucy.

Dengan cepat Lucy menyodorkan ice cream coklatnya untuk Levy. Levy tercengang dan manatap tak peracaya kearah Lucy. "Lucy??? Ini beneran kamu kan? Biasanya ku liatin aja ice cream kamu, kamu udah panas,"

"Gakselera." jawab Lucy singkat. "Untuk mu aja, aku mau pulang dulu, jaa,"

Dengan cepat Juvia menarik Lucy kembali pada tempat duduknya, "Kau kenapa? Coba ceritakan,"

"Aku bingung, tapi aku senang, sedih, kesal, bahagia, lebih kearah bahagia sih. Tapi aku sangat kecewa."

"Ceritakan padaku!" tuntut Levy lalu segera menarik Lucy ke luar mini market. "Ya! Jangan tinggalkan aku!" teriak Juvia lalu ikut kedua sahabatnya.

Kini keduanya duduk di dalam kamar asrama sambil menatap satu sama lain. Levy memegang sekantung keripik kentang, sedangkan Juvia sudah mulai memakan popcornnya. "Jadi ada apa?" tanya Levy serius mulai memakan keripik kentangnya.

Lucy menghela napas kasar lalu menatap kedua gadis yang sedang menatap kearahnya dengan ekspresi...? Sulit diartikan, tapi dari kesimpulan Lucy, keduanya seperti sedang menonton bioskop sekarang ini.

"Kalian jangan bilang siapa-siapa, okay? Berjanjilah padaku!" desis Lucy tajam.

Keduanya mengangguk bersamaan. "Tenang. jadi kenapa kau bingung, senang, sedih bahagia, dan kecawa di saat bersamaan?" tanya Juvia mencoba mengikuti cara bicara Lucy.

Lucy diam, dia menundukkan kepalanya dan menautkan jari jemarinya.

"Jadi?" tanya Levy tidak sabaran.

"Kemarin aku..." Lucy menceritakan semuanya. Levy tercengang tak percaya, sedang Juvia terkagum-kagum.

Juvia tertawa aneh, "kau lebih baik memilih pemuda itu, dia lebih baik dari Natsu!" kata Juvia kegirangan. Levy menggeleng, "Bisa jadi itu Natsu, dia itu... bisa merubah suaranya, dan suara samaran nya itu... etto... ah! Seperti suara pria dingin begitu, lebih keren dari suara aslinya. Dan rambutnya, bisa jadi dia memakai wig."

Juvia membulatkan matanya, "Keren sekali Natsu... bisa merubah suaranya, apa Gray-sama juga bisa?" tanya Juvia. "Diamlah Juvia," desis Levy kesal.

"Tapi... Aku mendengar kalau Lisanna mendapat luka bakar, Natsu tidak mungkin sekejam itu Levy,"

"Kau belum mengenal Natsu, Lucy. Dia sangat jauh dari ekspetasi yang menari-nari di kepalamu, kau mungkin akan ketakutan bila mengetahui sifat Natsu. Dia memiliki 2 sifat, salah satunya sifat manis dan bodoh yang di tunjukkan padamu, aslinya Natsu tak semanis itu. Dia bahkan sangat sulit berinteraksi dengan perempuan. Yang jelas dia dingin sekali," jelas Levy panjang lebar.

Lucy hanya bisa terdiam sambil menatap langit-langit kamarnya. Natsu punya sifat dingin? Tanyanya di dalam hati. Bila itu memang benar, apa rasa cintanya akan lenyap?

*****

"Lucy!!!" teriak seseorang lalu tanpa izin memasuki kamar ketiga gadis itu melalui jendela. "Ayo makan!" Ajaknya lalu menampakkan tiga kotak ayam goreng.

Lucy yang melihat itu hanya bisa tersenyum lalu mengangguk. "Kenapa tiba-tiba kemari dan menawarkan makanan?" tanya Levy yang menatap Natsu lalu menatap jendela berulang kali.

Natsu menyeringai. "Aku merayakan sesuatu!" sahut Natsu dengan semangat.

"Merayakan apa?" tanya Juvia.

"Siapa kau?!" teriak Natsu menunjuk kearah Juvia, "Kenapa kau disini? Apa kau komplotan si brengsek itu?!"

"Kau menuduhku yang tidak-tidak! Aku istri Gray-sama. Bukan komplotan Lisanna!" Sergah Juvia "Ups..."

Semuanya terdiam.

"A... Aku... Bukan, bukan kau salah dengar. Aku tadi berkata komploton bedebah bukan komplotan Lisanna."

"Aku tidak mengatakan Lisanna tadi, ada apa denganmu?"

"A-aku... Aku p-pergi dulu j-jaa," setelah itu Juvia lari terbirit-birit serta merutuki mulutnya.

Natsu terdiam. Dia menatap Lucy lekat. "Maa... Ayo makan, aku lapar!" seru Lucy memecah keheningan.

Ketiganya makan dengan lahap, Lucy dan Natsu asik bercanda ria. Sedang Levy menatap Natsu. Dia bertanya-tanya di dalam hati 'Natsu bukan orang yang bisa diam kalau melihat orang yang berharganya terluka, apa lagi tadi Juvia sempat keceplosan, apa ini benar Natsu?'

"Levy kau kenapa?" tanya Lucy membuyarkan lamunan Levy. "Tidak,"

"Kalian habiskanlah. Aku mau ke dojo sekarang, mau ikut Lucy?" ajak Natsu. "Bolehkah? Aku akan pergi dengan Levy nanti, aku habiskan ayam ini dulu," ucap Lucy sembari kembali menggigit daging ayam tersebut.

"Ok, aku tunggu di dojo."

To be continue

Gomenne kalau pendek, saya gak sempat ngetik ceritanya, kecapean + sibuk. Sekali lagi maaf karena pendek

Fairy Tail Highschool✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang