TB - Salah Paham

54K 3.5K 166
                                    

Sudah 4 hari berturut-turut Anya tidak pernah sekali pun absen untuk menjaga Raffa. Dia tetap setia duduk disamping laki-laki yang masih memejamkan matanya, curhatan-curhatan yang diajukan Anya tidak sama sekali pun direspon oleh cowo itu.

Seperti sekarang, Anya yang tengah menggenggam tangan Raffa dan dia tempelkan dipipinya itu sesekali diselingi dengan curhatannya di sekolah tanpa ada dirinya.

"Kemarin Vena, Ryan, sama Bara ternyata ngunciin Agatha di kamar mandi sekolah dari jam istirahat sampai pulang sekolah, aku nggak tahu apa tujuan mereka tapi waktu aku tanya kenapa mereka bilang gini, si cabe harus dikasih hukuman sekali-kali habis PHO banget anjirr, ya gitu mereka bilangnya." celoteh Anya panjang lebar.

Merasa tidak ada respon sama sekali Anya mendesah sedih, kapan laki-laki itu akan bangun?

"Raffa kenapa kamu nggak bangun-bangun sih? Kamu nggak mau aku ada disini? Kamu nggak suka lagi sama aku? Kalau iya aku janji aku akan pergi tapi kamu harus bangun dulu."

Sedih rasanya ketika dia mengucapkan kalimat itu, dia tidak pernah ada niatan lagi untuk meninggalkan Raffa tapi kalau laki-laki itu akan sadar saat tidak ada dirinya? Dia bisa apa? Setidaknya dia sudah berusaha untuk tetap disamping cowo itu.

"Bentar lagi kita mau UN masa lo masih tiduran disini sih? Emang lo nggak belajar? Trus lo mau dapet universitas yang nggak sesuai sama keinginan lo dulu?" tanya Anya.

Pintu yang awalnya tertutup itu kini mendadak terbuka, Anya menolehkan kepalanya kearah belakang. Dia melihat Vanya dan juga Sherin tengah tersenyum manis kepadanya. Anya membalas senyuman itu dengan tulus.

"Anya nggak capek? Kalau capek istirahat sini. Kebetulan tante masak banyak nih." Vanya meletakkan barang-barang yang dia bawa keatas meja.

"Enggak ada cape Tan kalau itu menyangkut soal Raffa." jawab Anya.

Vanya tersenyum, "Tante tahu itu, tapi kamu harus jaga kesehatan kamu juga sayang. Nanti kalau kamu sakit trus Raffa sadar kamu jadi nggak bisa lihat dia." Vanya memang tipe ibu-ibu yang sangat mencintai kesehatan.

"Oiya ternyata Papa kamu itu temennya Tente loh." teringat akan sesuatu dia langsung mengucapkan itu kepada Anya.

Gadis itu menaikkan alisnya bingung, apa yang dimaksudnya? "Maksud Tante apa?" tanya Anya.

"Iya ternyata Papa kamu Raka itu temennya tante. Dulu Raka sama Darel papanya Vena itu temenan sama kakaknya tante yang namanya om Nata, karena mereka berdua sering main kerumahnya Tante jadi ya tante kenal." terang Vanya.

Ada rasa keterkejutan didiri gadis itu, dia berpikir sepertinya hubungan semua sahabat Anya dan Raffa ada keterikatan satu sama lain.


* * *


Sedangkan di tempat lain, ada seorang laki-laki ah lebih tepatnya laki-laki paruh baya yang sedang menatap tajam kearah sebuah map yang telah selesai dia baca.

"Ternyata Verdinan itu musuh SMA huh?" Vanno tersenyum sinis kearah laporan yang dia baca tadi.

"Oke kita akan bermain-main dengan ini semua. Kalian yang telah menyebabkan anak ku dan kebahagian anakku hampir hilang. Dengan menghasut bahwa pacar anakku itu kalian sangka seorang jalang sekaligus pembunuh. Mari kita ungkap bersama." Vanno meletakkan map itu keatas mejanya.

"Simpan map itu, dan kita kerumah sakit dimana putraku dirawat." perintah Vanno kepada orang kepercayaanya.

"Baik Pak. 15 menit lagi kita berangkat. Saya permisi dulu." ijinnya.

Vanno mengangguk tanda dia mengijinkannya. Laki-laki itu tidak percaya bahwa musuhnya itu sewaktu dulu masih mempunyai dendam kepadanya. Apalagi ditambah wanita itu. Benar ternyata ancaman yang pernah dilontarkan Dita dulu, dan ternyata dia membalaskanya sekarang.

"Jika kalian berpikir semudah itu menghancurkan keluarga ku, kalian salah besar justru sekarang akulah yang akan turun tangan sendiri. Siap-siap saja kalian menerima balasan ku keluarga Verdinan!" sudut bibir Vanno terangakat sebelah. Sehingga kesan sinis terpacar dari wajah laki-laki itu.


* * *


Niken yang baru mengetahui kalau cucunya itu berada di rumah sakit dia langsung meluncur kesana. Dia tidak bisa memaafkan dirinya sendiri ketika terjadi apa-apa terhadap Raffa. Karena semua ini terjadi pasti karena dirinya.

"Buat apa Nenek kesini?!" tanya Sherin ketus.

Vanya dan Anya yang mendengar teriakan Sherin langsung beranjak dari duduknya dan menghampiri mereka berdua.

"Mama?" panggil Vanya.

Anya yang melihat adanya neneknya Raffa langsung pergi dari area itu. Dia tidak mau membuat Niken marah terhadapnya.

"Anya kamu mau kemana nak?!" teriak Vanya tapi tidak dihiraukan oleh gadis itu.

"Mama liatkan Anya itu cinta mati sama Raffa dan Raffa juga sebaliknya bahkan dia rela beberapa hari ini jarang pulang ke rumah dan lebih milih disini sama aku dan Sherin. Kenapa Mama tega misahin mereka?!" marah Vanya. Di tidak terima ketika memeperlakukan Anya seperti itu.

"Anya nggak mau lihat Mama karena Mama itu nggak suka sama dia, apa sih Ma yang buat Mama benci sama Anya sebenernya? Mama dulu suka banget sama Anya kenapa tiba-tiba jadi begini?" tanya Vanya bingung.

"Salahkan dia, kenapa dia menjadi seorang jalang!" ketus Niken.

Vanya dan Sherin menatap Mamanya bingung.

"Maksud Mama apa?!" tanya Vanya kaget.

"Maksud nenek apa?!" tanya Sherin kaget.

"Karena dia dengan jelas keluar masuk club dengan pakaian yang minim!" ucap Niken.

Vanya dan Sherin menatap wanita tua itu kaget. Tidak mungkin seorang Anya berani memasuki tempat itu melihanya memakai baju pres body saja dia jarang melihatnya. Tapi kalau Agatha tidak usah ditanyakan lagi. Dia sering melihat karena dia sering juga ke rumahnya, tingkahnya yang seenaknya itu jugalah yang membuat Vanya risih.

















***

Lagi?

Btw dikit tapi sering aja ya 😂😅

Troublemaker Boy [SUDAH TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang