Chapter 3

2.7K 239 12
                                    

Aku berjalan menuju dimana mobil sedan hitam terparkir tepat diseberang jalan. dengan langkah pelan aku memasuki mobil itu dan segera menutup nya dengan sedikit tenaga yang masih tersimpan.

Aku memutar arahku menghadap seseorang yang duduk dibelakang kemudi, melihatku menghadap kepadanya iapun mengubah posisi duduknya. Aku menatapnya dalam diam, seakan mengerti kondisiku, iapun langsung menggenggam tanganku dan agak meremas nya.

"jihoon? Kau... "

"hatiku sakit hyungseob... Aku lemah sekali yah"... ucapku dengan sedikit tertawa

"tidak tidak! kau tidak lemah! hanya saja sekarang kau tertekan"

"sudahlah hyungseob aku tidak ingin mencoba kuat terus dan membantah semua perkataan orang bahwa aku baik-baik saja..." aku mulai terisak

Ah aku benci ini! Aku hanya ingin berbicara kenapa aku mesti menangis lagi! Kau benar benar pengecut jihoon..

"jihoon kumohon jangan begini... Kau adalah sahabat terkuat yang pernah kutemui. Jika aku dirimu aku pastikan sudah bunuh diri"
Kami tertawa mendengar lelucon nya itu.

Hyungseob perlahan mengusap air mataku. aku mulai tersenyum melihatnya, hanya senyum tipis yang tak dapat dibaca oleh orang lain kecuali hyungseob.

dia membalas senyumku dan memelukku dengan erat.

Hyungseob adalah salah satu orang terpenting bagi duniaku, kami berteman sudah sejak sekolah menengah pertama. ia selalu menemaniku, menjagaku, mendukungku dan menyokongku dari berbagai macam hal, dan tidak lupa iapun adalah saksi kisahku bersama samuel. Tidak salah jika dia sangat bersedih saat melihatku kacau seperti sekarang.

"Sstt... jangan menangis lagi, aku dan samuel tidak suka melihatmu menangis oke.. "
Kepalaku mengangguk sambil tersenyum kecil kepada hyungseob, setidaknya saat ini aku bisa sedikit melupakan kesakitan ku.

"yasudah kita harus segera pulang, aku yakin tante liana pasti sangat khawatir akan keadanmu"

"ya" jawabku lirih

aku melihat hyungseob segera menyalakan mobil dan mulai menjalankan nya meninggalkan pemakaman.

***********

"hoon... Jihoon? "
aku merasa sebuah tangan kini sedang mengguncangkan pundakku, gerak awalnya terbilang lembut tapi lama kelamaan semakin menuntut.
akibat gangguan yang kudapat, akhirnya perlahan mataku mulai terbuka dan sedikit demi sedikit kilauan cahaya lampu mulai menyilaukan penglihatanku. Aku mulai berusaha memulihkan kesadaranku dari tidur yang tidak cukup lama.

aku melihat hyungseob dan tersenyum lebar menampakkan gigi putihku, rupanya ia sedang kesal kepadaku. Aaahhh... dia adalah teman, sahabat, dan saudara terbaikku entahlah bagaimana hidupku jika tidak bertemu dengan nya.

"kenapa mulut mu dimoyongkan seperti itu"

"ishh kau tau berapa lama aku menunggu mu tidur? Satu jam lebih jihoon satu jam lebihhh! Dan tiba tiba kau bangun dan langsung tertawa hahh!"
aku tertawa dan memeluknya sambil meminta maaf berulang kali.

"yasudah yasudah ayo kita masuk adik kecilku" hyungseob mengacak rambutku sambil tersenyum manis, ini adalah favoritenya selalu saja membuat rambutku berantakan.

"hey!.. Kita seumuran jadi jangan sok tua memanggilku dengan adik kecil seperti itu" lanjutku cemberut sambil menahan tawa

"hahaha kita memang seumuran tapi ukuranmu tidak terlihat seperti itu" jawabnya dengan tawa pria yang sangat menjengkelkan seperti adegan film dimana pemeran pria antagonisnya sedang menertawakan pemeran pria protagonis akibat penampilannya terlihat jelek dan kumuh.

PANWINK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang