Chapter 7

1.2K 128 23
                                    

Part ini mengandung sedikit adegan dewasa dan bahasa yang kasar jadi mohon kebijakan nya sebagai pembaca. :-):-)

************************************

"lepaskan aku! Lepaskaan!"...

Aku melepaskan tangan nya yang sejak tadi meronta ronta, lumayan...
Tenaga nya cukup kuat.
Wajah nya memerah dan kulihat dia amat murka kepadaku, namun aku masih memandang nya dengan tenang.

5 menit berlalu dan kami berdua masih bisu dalam keheningan karena tidak ada yang ingin memulai nya.

Selang beberapa detik, tatapan nya kemudian berubah, dia memicingkan matanya yang membuatku menaikkan satu alisku.
Dia mendekat dengan pelan,
Semakin dekat hingga mengikis jarak diantara aku dengan nya.
Saat tubuh kami sudah berdekatan, ditariknya kerah bajuku sehingga kepala dan tubuhku mau tidak mau tertarik kedepan, membuatku sedikit membungkuk dan memposisikan wajah kami saling berhadapan.

Dia ingin apa? Apa mau menamparku?

Oke tampar saja, ku akui memang tadi aku sudah keterlaluan, jadi aku akan terima untuk merasakan seberapa kuat tamparan nya dipipi ku.

Dia mulai mengangkat tangan nya mendekat kewajahku, mataku mulai kupejamkan, aku mulai menunggu sebuah tamparan yang akan membekas diantara pipi putih ku.

namun yang tidak kusangka...

Bukan tamparan yang kurasakan.

Dengan cepat aku membuka mataku dan melihat tangan nya berada di dahiku, dia tengah memencet nya pelan secara berulang kali menggunakan jari telunjuk nya.
Aku membuka mulutku hendak berbicara namun ku urungkan niat ku dan memilih untuk menatap nya saja.
Ini berlangsung cukup lama, aku melihat wajah nya yang sangat serius.
Kenapa dia tidak menamparku? Bukan nya tadi dia sangat marah? dan sekarang ini, apa yang sedang dia lakukan?

Terlampau banyak sekali pertanyaan yang muncul di pikiran ku dengan waktu hanya beberapa detik saja.

Dia mulai menjauhkan tangan dan tubuh nya dariku, yang tentu saja juga membuatku kembali berdiri tegap.

"dahi mu sedikit merah dan lebam, mungkin karena pukulan ku tadi. Kompres dengan air hangat, aku jamin itu akan cepat hilang."

aku terdiam tanpa berkedip mencerna beberapa kalimat nya, dan menoleh melihat punggung nya yang sudah menjauh meninggalkan ku setelah mengucapkan perkataan nya tadi, alisku mengkerut bingung dengan apa yang terjadi barusan.
Ini cukup membuat ku bingung ditempatku.

Tringg tringg tringg...

Lamunan ku buyar akibat dering telfonku yang berbunyi menandakan telefon masuk, tentu saja tidak memakai waktu yang lama, segera kuangkat panggilan dari salah satu kontak yang tersimpan di telefon genggam ku ini.

"ada apa dong ho?" Ternyata dari dongho seorang bodyguard sekaligus orang kepercayaan ayahku, dia masih muda dan sehat, mungkin umur nya sepantaran dengan kakak ku.

"ah selamat siang tuan, apakah saya mengganggu?"

"tentu saja tidak, aku juga sedang tidak melakukan apa-apa jadi... untuk apa kamu menelfon?"

"begini tuan... Anda disuruh datang ke kantor sekarang juga."

"siapa yang memanggilku?"

"ayah anda tuan."

"ahh yasudah aku segera kesana." kumatikan telfon dan langsung pergi meninggalkan tempat ini.

**********************

"untuk apa ayah memanggil ku?" kutanyakan pertanyaan ku kepada pria berumur 54 tahun yang masih setia dengan kertas kertas berharga nya.
Entah berapa lama dia mengacuhkan ku, sampai dia mulai mendongak dan memperbaiki posisi duduk nya menjadi tegap.

PANWINK!Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang