Bagian Empat

2.8K 478 42
                                    

☆Midnight in Spring☆
※Sherry Kim ※

.

Yunho menghampiri ranjang untuk menenangkan Jaejong ketika pemuda itu mulai gelisah dalam tidurnya. Tangan besar pria itu memberi tepukan ringan di dada juga usapan penuh sayang di kening serta berbisik menenangkan.

Bibir pucat Jaejoong menggumamkan kata racau yang tidak Yunho pahami sembari kepalanya bergerak gelisah. Sepertinya mimpi buruk itu kembali menghantui Jaejoong.

"Kau hanya mimpi, Jongie," bisik Yunho. "Semua akan baik-baik saja. Aku di sini. Aku tidak akan meninggalkanmu." Anehnya bisikan itu mampu menenangkan Jaejoong. Perlahan, pemuda itu mulai tenang dengan napas mulai teratur hanya dalam hitungan menit.


Yunho membenarkan letak selimut di bawah dagu Jaejoong, mengusap kerutan kain selimut di bawah tangan pemuda itu dengan kesabaran yang mampu melelehkan batu.

Mata musang Yunho mengawasi wajah Jaejoong dengan seksama. Mengagumi bagaimana bulu lentik itu menempel di pipi, samar samar adanya kerutan di kening dan di sebelah mata, surai panjangnya membayangi mata Jaejoong serta kantung mata yang menggantung di bawah mata yang dulunya indah itu.

Seminggu terakhir bukan lah waktu yang mudah untuk Jaejong lalui, Yunho yakin. Terapi yang tak di inginkan membuat Jaejoong menderita dan Yunho tidak ingin Jaejoong menderita. Tidak sedikit pun.

Dengan cara apa ia harus mengurangi penderitaan Jaejoong. Jika mampu, Yunho rela mengorbankan nyawanya sendiri demi kesembuhan Jaejoong. Demi melihat senyum di bibir pucat yang dulunya merah muda itu muncul. Demi pekikan senang saat pemuda itu mendapati nilai tinggi kelulusan SMA dan juga tawa senang Jaejoong saat di terima di universitas yang sudah pemuda itu impikan sejak sekolah dasar.

Yunho merindukan Jaejoongnya. Merindukan segala hal yang ada dalam diri Jaejoong yang dulu.

Kening Jaejoong berkerut semakin dalam. Yunho mengulurkan tangan berniat mengusap kerutan tersebut. Jemarinya terhenti sebelum menyentuh kulit Jaejoong. Ia mengamati tangannya yang besar, kasar dan teringat ucapan Jaejoong ketika pertama kali mereka bertemu setelah dua tahun perpisahan mereka sejak Jaejoong pindah ke Seoul.

Jaejoong berjengit karena sentuhan tangannya yang kasar, menangkup kedua tangan Yunho untuk Jaejoong amati. "Tanganmu sangat kasar dan kasar. Apa yang sudah kau kerjakan selama aku tidak ada?" Pertanyaan itu membuat Yunho malu.

Sejak saat itu Yunho selalu merawat tangan dan kukunya agar tetap rapi. Tak ingin Jaejoong memprotes ketika ia menangkup wajah Jaejoong dan memeluk pemuda itu sebagaimana kebiasaan mereka pada pertemuan mereka di hari Jaejoong kembali.

Yunho juga ingat. Pernah sekali Jaejong bertanya, setelah sekian tahun berikutnya dan mereka mulai tumbuh dewasa. "Bagaimana kau bisa tumbuh begitu besar? Sedangkan aku begitu mungil jika berdiri di sisimu. Lihat lah tinggi tubuh kita, sangat jauh berbeda." Saat itu Yunho hanya tersenyum menanggapi perkataan Jaejoong. Ia terlalu bahagia untuk mengindahkan apa pun di sekitar karena ia sangat merindukan Jaejoongnya.

Itu adalah tahun tahun paling menyiksa untuk Yunho lalui karena harus berjauhan dengan Jaejoong kurun waktu yang sangat lama. Tapi ia berhasil melaluinya meski pada awalnya ia tidak yakin mampu bertahan saat ayah Jaejoong mengabarkan mereka sekeluarga akan pindah ke Seoul karena pekerjaan ayah serta Jaejoong yang memang ingin pergi ke Seoul untuk menuntut ilmu di ibu kota.

Midnight In SpringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang