Bagian Enam

1.8K 345 51
                                    

☆Midnight in Spring☆
※Sherr Kim※
.

Awan gelap menyembunyikan rasi bintang di balik kabut gelapnya. Menghalangi setiap ingsan guna melihat keindahan jajaran bintang di atas sana. Hujan akan turun, semilir angin membawa anak rambut di kening Jaejoong terbang kesana kemari.

Lewat tengah malam, seperti biasa kala Jaejoong sampai di padang rumput tempat rahasianya dan Yunho di perbukitan. Pria muda itu berdiam diri disana kurun waktu yang lama. Menatap kabut gelap di langit dengan kening berkerut mengamati.

Yunho lebih tertarik pada wajah Jarjoong ketimbang pemandangan malam gelap di sekeliling. Hembusan angin, suara hewan malam serta kemilau lampu di kejauhan menjadi bingkai sempurna menyelimuti Jaejoong. Andai mendung tidk menggangung di atas sana, wajah kesayangannya itu tidak akan segelap awan yang ingin Yunho singkirkan.

"Akan turun hujan."

"Tidak!"

"Tidak?"

"Hujan tidak akan turun."

Jaejoong mengamati wajah Yunho. Pria muda itu tidak mampu membaca raut wajah Yunho dalam kegelapan ini. "Aku benci gelap seperti ini."

"Tidak akan lama." Yunho mendongak, menatap pepohonan yang bergoyang akibat tiupan angin. "Duduklah." Pria itu sudah membuka tikar yang mereka sembunyikan di balik pohon tua yang berlubang. Tikar itu memang sudah tua dan berlubang disana sini, tikar itu pula lah yang menjadi saksi cerita cerita di malam kedua ingsan itu selama bertahun lamanya.

Jaejoong menghempaskan tubuhnya di pembaringan. Rumput terasa nyaman di balik tikar itu. Bahkan lebih nyaman dari ranjang mahal di kamarnya. "Bagaimana kau bida tahu jika tidak akan turun hujan?"

"Anginnya," Yunho tidak lagi menatap Jaejoong saat menjelaskan. "Angin musim panas sering kali membawa kabut datang namun membawa serta kabut itu pergi."

"Kenapa kau tidak jadi perawal cuaca saja Yunho. Apa yang kau katakan selalu benar."

"Aku hanya membacanya dari alam. Mereka memberitahuku."

"Tapi tidak memberitahuku." Jaejoong terkekeh.

Yunho merasa lega mendengar tawa itu. Jaejoong marah kepadanya karena insiden di pasar malam kemarin, namun Jaejoong tidak mengatakan apa pun selain menegur Yunho dengan kata tegas dan penghinaan pada keteledoran yang Jaejoong salahkan pada diri sendiri.

"Cassiopeia kelihatan. Kau lihat Yunho, rasi bintang kita selalu indah setiap kali melihatnya."

"Memang indah."

"Aku tidak bosan bosan melihat meski setiap malam di suguhi. Apa kau begitu?"

"Aku tidak akan pernah bosan. Meski setiap malam, setiap jam setiam menit da detik menatapmu."

Kepala Jaejoong menunduk, pemuda itu mendapati Yunho mengamatinya tanpa kata. "Yang aku maksud rasi bintang Bear. Kenapa kau menyebalkan."

"Aku lebih tertarik kepadamu." Wajah Jaejoong merona. Selalu seperti itu setiap kali Yunho memujinya. Hanya saja belakangan ini sering tidak mempan akubat mabuk serta obat obatan sialan itu.

Midnight In SpringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang