☆Sherry Kim☆
.
※Midnight In Spring※
.Mokpo mei 2002
Mobil terguncang kala roda menginjak jalan berbatu yang tidak rata. Membangunkan sosok bocah yang tergeletak di jok belakang dalam keadaan tangan dan kaki terikat, mulut di sumbat dan mata di tutupi kain hitam untuk menghalau bocah itu mengetahui di mana keberadaan mereka saat ini.
Guncangan itu semakin keras, mengakibatkan rintihan kesakitan teredam oleh sumbat di bulutnya.
“Diam lah bocah. Atau kami akan melemparmu ke laut saat ini juga.”Barulah ketika itu. Hidung mungil bocah itu mencium aroma samar laut bercampur udara dingin dari kaca jendela depan yang terbuka.
“Kau akan mati, bocah. Hanya saja kami berbaik hati untuk tidak membunuhmu saat ini juga. Tidak di tempat ini. Kita akan pergi ke pulau lain untuk menyembunyikan mayatmu agar tidak di temukan. Dengan begitu keluargamu akan percaya jika kau sudah mati dan hanyut di lautan.” Ada nada geli dalam suara itu, seakan menghilangkan nyawa seseorang adalah hal yang wajar bagi mereka.
Terdengar suara lain berbicara. “Sebenarnya akan lebih mudah untuk membuangmu ke laut. Tapi itu memiliki resiko kau akan di temukan dan bos kami tidak ingin hal itu terjadi. Jadi nak, diamlah karena aku berani menjamin besok pagi kau tidak akan merasakan rasa sakit saat kami menghabisi nyawamu.”
Kedua pria itu tertawa. Seakan hal tersebut membanggakan untuk di tertawakan. Apakah di mata mereka menyiksa seorang bocah terasa menyenangkan? Apakah hal itu patut untuk di tertawakan ketika bocah itu merintih kesakitan.
Tidak ada air mata di kelopak mata yang tertutup itu. Tidak juga perasaan sedih kecuali rintihan menahan sakit setiap kali mobil berguncang guncang, mengakibatkan luka di sekujur tubuh bocah itu kembali merekah dan berdarah.
Tubuh kecil itu penuh luka. Bau seragam sekolah yang sudah bocah itu kenakan lebih dari seminggu semakin kuat di tambah aroma busuk darah yang telah mengering. Bocah itu terlihat kotor. Namun tetap tenang meski perutnya meronta lapar kecuali rintihan setiap kali guncangan itu membuat tubuhnya membentur jok.Yunho tidak ingat kapan terakhir kali di beri makan. Ia juga tidak tahu kenapa mereka menangkap dan menyiksa dirinya jika pada akhirnya ia akan mati di bunuh. Yang ia tahu seseorang menginginkan dia mati. Memang sangat kebetulan karena hal itulah yang ia inginkan sejak kedua orang tuanya tidak menginginkannya lagi.
Bocah itu membayangkan kebahagiaan yang dulu pernah ia rasakan sebelum ibunya jatuh sakit. Ia tidak tahu ibunya menderita sakit apa. Ayahnya mengabaikan dirinya dan memilih membawa ibunya terbang ke luar negeri untuk berobat, meninggalkan bocah itu dalam pengawasan sang paman yang kejam.
Tidak ada hari tanpa pukulan yang di terima bocah itu sejak tinggal bersama pamannya. Bibinya pura pura buta. Hari hari yang di penuhi kebahagiaan lenyap sejak dua tahun lalu, bersama ayah dan ibunya yang pergi entah ke mana. Ia sebatang kara, tanpa keluarga sehingga bocah itu diam saja menerima takdir yang Tuhan berikan kepadanya.
Mati adalah keputusan yang terbaik. Ia sudah mencoba mengatakan hal itu kepada kedua penculik itu yang hanya di tanggapi sebuah gelak tawa mengejek. “Tidak sekarang. Kau pasti mati. Tapi tidak di sini.” Kata itu selalu mereka ucapkan meski sudah seminggu ia di kurung.
Yunho tidak tahu kenapa dan mengapa ia di culik. Ia hanya putra seorang pengusaha biasa, tidak memiliki banyak harta untuk di jadikan tebusan dan sebagainya. Bukan juga anak artis ternama. Orang tuanya tak menginginkan dirinya bahkan sang paman pun selalu memukulinya dengan alasan tak jelas.
![](https://img.wattpad.com/cover/107774824-288-k704415.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Midnight In Spring
RomanceYun♡Jae Masa lalu Yunho adalah sebuah teka teki. Anak pungut keluarga Kim yang sudah menjadi anggota keluarga tanpa status. Memendam perasaan cinta pada cucu dari lelaki tua yang telah menyelamatkan nyawannya, Yunho sadar, dirinya tak kan mungkin bi...