Bagian Sebelas

1K 232 22
                                    

*Midnight in Spring*

®Sherry Kim
.
.

Wajah damai itu selalu mampu membuat Yunho merasa tenang. Bahkan ia selalu betah menatap wajah terlelap Jaejoong selama berjam-jam tanpa memalingkan pandangan. Dan setiap kali Yunho mendengarkan deru napas teratur Jaejoong, berada di ruang sama serta mendengarkan gumaman lirih pemuda itu ketika Jaejoong berlabuh ke alam mimpi, ia selalu merasa di sinilah seharunya tempatnya berada.

Enggan untuk membangunkan Jaejoong, Yunho turun untuk makan malam seorang diri. Berencana membawakan makan malam untuk Jaejoong nanti andai pemuda kesayangannya itu masih belum bangun.

Sesuai dugaan Yunho sebelumnya, seluruh keponakan Kim menunggu Yunho di bawah tangga.

"Jaejoong masih tidur?"

Yunho mengangguk, pria itu berdiri santai di anak tangga terakhir mengamati wajah-wajah penasaran yang di tunjukan mereka, satu persatu. "Kalian tidak ingin makan malam? Apakah keluargaku sudah makan malam?"

"Heechul sedang memanggil Paman dan Bibi Jung, tapi Changmin, aku melihat bocah usil itu sibuk mengganggu pekerja di kebun tadi." Yunho tidak akan heran jika adik nakalnya itu sedang mengganggu mereka. Changmin memiliki tingkat penasaran kelewat batas, terlebih tentang cerita yang sudah Yunho jabarkan selama perjalanan siang tadi mengenai perkebunan dan warga desa.

Adiknya itu merasa harus melihat semua yang telah di lihat Yunho, dan melakukan semua yang di lakukan Kakaknya. 'Karena sang adik harus mencontoh sang kakak' itulah yang Changmin ocehkan setiap kali orangtua mereka menegur Changmin untuk menjaga sikap atau dilarang keluyuran di daerah yang belum mereka kenal sesampainya mereka di Gwangju. Yang tentu saja hanya di jawab bocah nakal itu dengan jawaban yang meragukan.

Kim Hyun Joong merangkul pundak Yunho. Menyadarkan pria itu dari lamunan tentang keluarganya. "Kau bung, telah membodohi kami semua." ujarnya sewot. "Bagaimana bisa kau menutupinya selama lima belas tahun. Kami pikir kau memang tidak memiliki orang tua sampai kau menetap di rumah kami selama belasan tahun? Jadi, beritahu kami kenapa kau tidak ingin kembali? Dan jika jawabanmu tidak memuaskan aku tidak akan mema'afkanmu."

Yunho mendesah, ia sedang tidak ingin menjelaskan semuanya, Setidaknya tidak untuk sa'at ini. Beberapa hari terakhir terlalu melelahkan baginya. Terlebih tiadanya senyum Jaejoong yang menghiasi hari-hari selama ia di Seoul. "Aku minta ma'af." ujarnya pasrah "Mungkin lain kali aku akan bercerita semuanya pada kalian."

"Kami hampir pingsan sa'at pertama kali melihat keluargamu. Astaga, semua pebisnis korea mengenal siapa Ayahmu, itu yang di katakan ayahku sa'at aku menelfonnya dan bertanya tentang Mr. Jung Woo Sung. Ayahmu pebisnis paling kaya ketiga di korea. Dan sialnya orang terkaya di korea adalah Kakekmu." Celoteh Hyun Joong berlebihan.

"Hal itu tidak membuatku bangga." ujar Yunho lirih, kemudian menambahkan. "Setidaknya dulu."

Paman Jong Kook muncul entah darimana, pria itu menyahut. "Aku pernah mendengar kabar jika mereka kehilangan putra mereka dalam perjalanan bisnis, tapi itu terjadi satu tahun setelah kami menemukanmu. Wajar saja jika aku tidak mencurigainya."

Yunho mendesah, mengingat cerita yang di jabarkan orang tuanya beserta Changmin sebagai bukti kuat ia berujar. "Satu tahun kemudian lah orangtuaku kembali dari amerika dan mendapati aku sudah hilang. Mereka tidak tahu kapan tepatnya aku menghilang." Ia menjelaskan.

Midnight In SpringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang