Bagian Lima

1.9K 394 60
                                    

Lama tak update. Adakah yang menanti FF ini?
Saran! Baca chap sebelumnya agar menemukan fell di chap ini.
Terima kasih.

Maaf karena chap ini pendek. Pembukaan. Semoga chap depan bisa lebih panjang. ^.^
.
.
.

☆Midnight in Spring☆
※Sherry Kim※
.

“Tubuhmu saja yang besar. Tapi kau sama merepotkannya seperti aku.” Itu adalah sambutan pertama yang di dengar oleh Yunho setelah siuman.

Langit-langit kamar terasa lebih dekat dari biasanya. Berwarna berbeda dengan langit-langit yang setiap hari ia lihat di pondok miliknya. “Kita di mana?” Menyapukan pandangan, Yunho mendapati ruangan serba putih itu.

“Rumah sakit. Kau pingsan seperti sekarung gandung yang terjatuh begitu keras di lantai. Perlu tiga orang untuk mengangkutmu ke mobil dan membawamu ke sini.” ujar Jaejoong dengan wajah serius. Pemuda itu menunduk di sisi ranjang guna mengamati Yunho. “Kau baik-baik saja kan, Bear?”

“Astaga Nak. Perlukah kau menggunakan kata kasar itu.” suara lain memotong ucapan Jaejoong. Kim Jong Kook, paman termuda dari Jaejoong duduk di kursi sudut ruangan.

Yunho mencoba bangkit, bertumpu dengan lengannya sendiri namun kembali merebahkan kepalanya pada bantal karena pening membuatnya kenggeram kesakitan.

Yunho mendengar Kim Jong Kook berkata. “Kepalamu terluka. Kau jatuh menimpa meja, mungkin akan terasa sakit sampai seminggu ke depan.”

Tangan Yunho terangkat, menyentuh perban di belakang kepalanya. “Sudah berapa lama aku pingsan?”

“Satu minggu.” jawab Jaejoong asal.

Kepala Yunho berdenyut sakit karena bangkit terlalu cepat. Memejamkan mata menahan mual yang menyertainya. “Satu minggu?” gumamnya tak percaya.

Jaejoong terkikik. “Aku berbohong, Bodoh. Kau hanya pingsan setengah hari. Sekarang masih di hari yang sama, hanya berganti menjadi selasa malam.”

Bahu Yunho merosot karena lega. Pria itu mengawasi Jaejoong yang sudah duduk di kursi sebelah rajang yang juga tengah memperhatikan dirinya. Ada senyum samar di sudut bibir itu yang membuat Yunho merasa... Senang. “Kau baik-baik saja. Tidak pusing atau haus?” tanya Yunho.

Senyum di bibir Jaejoong menghilang. Bibir itu memberenggut tidak senang mendengar pertanyaan itu. “Kau yang berbaring di atas ranjang, Bear. Seharusnya aku yang bertanya kepadamu apa kau baik-baik saja. Aku sangat sehat, senang rasanya bisa keluar rumah.” Ah, jadi karena itu senyum Jaejoong muncul. Yunho oun ikut tersenyum. “Tapi maaf karena kau harus pingsan dulu untuk membuatku di beri ijin keluar rumah.”

Keduanya tersenyum. Dari ujung ruangan Jong Kook berdeham dan menggumamkan kata. “Aku akan pergi membeli kopi.” Yang di abaikan dua orang di ruangan tersebut.

Meraih tangan Jaejoong, Yunho berkata. “Aku menghawatirkanmu.”

“Aku juga.” Pernyataan Jaejoong selanjutnya membuat Yunho terkejut. “Kau membuat seluruh penghuni rumah sakit terkejut dengan kabar pingsannya seorang Yunho. Biasanya aku lah yang perlu di rawat. Tapi kali ini aku mendorongmu dengan ranjang beroda itu dan semua mata mengawasi kita. Astaga. Aku tidak tahu kita sepopuler itu di sini.” ketakjuban dalam suara Jaejoong mau tak mau membuat Yunho tersenyum.

Dalam diam Yunho mengamati wajah Jaejoong. Berhenti minum selama dua minggu sepertinya membuat pikiran Jaejoong lebih jernih. Jika tidak pria muda itu tidak akan banyak bicara seperti saat ini. Hampir kembali seperti Jaejoongnya yang dulu. Cerewet dan menyebalkan.

Midnight In SpringTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang