"Hola...? Por favor llámame más tarde..."
"Ricky. Ini aku, Sam"
"E-eh?! Sam!! Ada apa kawan?"
"Aku ingin kau dengan segera menghapus semua hubungan perusahaan kita dengan Professor Adzel. Secara permanen. Sekarang"
"Ke-kenapa?"
"...Akan kuceritakan pada saat aku di Amerika. Untuk sekarang..."
Jemari Sam dengan lembut membelai rambut adik perempuannya yang sedang tidur tepat disebelahnya.
"Biarkan alasanku menjadi rahasia"
.
.
.
.
.
.
.
.
.Rambut hitam nya dibiarkannya menutup matanya. Renungannya menutup kesadarannya.
Kelopak sakura yang dipegang nya sudah melayang di udara, namun pandangannya tetap terarah pada jemari nya yang sudah tak lagi memegang kelopak tersebut.
"Kirame..."
Pandangannya mulai terarah ke pemandangan lain.
Pemandangan jalan yang ramai. Orang orang ramai berhenti tepat di pohon sakura besar yang sudah sangat tua yang berada tepat di sebelah restoran ini. Restoran dimana Rikato membawa Kirame untuk kencan.
Sayang, keindahan sakura ini hanyalah sementara. Hanya hitungan hari dimana keindahan ini akan pudar.
Namun, cinta laki-laki ini terhadap Kirame sepertinya tidak akan pernah pudar. Tidak akan pernah.
"Mengapa..."
Kring! Kring!
Ah, ada pesan masuk.
"Kau tidak berencana untuk telat lagi kan? Kami sudah tunggu lho di stasiun! Cepatlah Rikato! XOXO JEAN"
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
."Tuhkan! Rikato pasti terlambat lagi!" Ucap Jean sambil menghentakkan kakinya
"Sebenarnya dia ngapain sih?" Tanya Ray kepada Hugo.
"Lha kok tanya aku sih. Mana mungkin aku tahu. Aku kan bukan bodyguard pribadinya" Jawab Hugo dengan mata biru cemerlang nya yang menatap tajam Ray.
"Iya iya deh, judes amat. Lagi bad mood ya?"
"Tahu gitu nanya lagi" Jawab Hugo lagi.
"....Ada apa? Palingan kau bad mood hanya gara gara hal sepele" Sanggah Vuvvle dengan tatapan mata cokelat kemerahan nya yang datar.
"Tch. Sam pergi makan siang dengan adik-adikku itu bukan hal yang sepele"
"....Aku yakin sekarang kau merasa terpaksa hang out dengan kami" Komentar Jean yang membiarkan rambut pirangnya yang panjang dan lurus berantakan.
"Benar"
"....." Seluruh sahabat-sahabatnya terdiam. Padahal, tadi dengan sumringah Hugo mau ikut dengan mereka. Namun, karena tadi abangnya pamer pergi makan siang dengan adik-adik mereka, suasana jadi runyam.
"Memangnya kenapa?" Tanya Hugo dengan cueknya.
"Kalau kau merasa terpaksa ya pergilah dengan abang dan adikmu sono!" Ucap Jean dengan kesal.
"....Hmph. Untuk kali ini aku akan memberikan abangku yang menyebalkan itu kesempatan, namun selanjutnya..." Terlihat Hugo yang mengepalkan tangannya. Bagi teman temannya, alasan tersebut sepele memang. Namun, bagi Hugo, itu semacam kompetisi.
KAMU SEDANG MEMBACA
School Test 2
TerrorKehidupan menjadi semakin tidak adil. Akhir hanyalah awal dari sesuatu yang baru. Awal baru yang buruk bagi dia yang tidak bersalah. Awal baru yang membawanya ke akhir yang tidak berujung. Kematian. [SILAHKAN MEMBACA SCHOOL TEST SEBELUM MEMBACA SCHO...