L. O. V. E {9}

86 9 0
                                    

Aku menatap sesuatu yang aneh di mejaku. Pagi ini aku melihat sesuatu di letakan dengan indahnya di meja kelasku. Jika saja sudah ada yang datang, aku pasti akan bertanya padanya. Tapi, tidak ada siapapun disini.

"Kenapa diam aja, kok nggak duduk?" Tara datang dan merangkulku. Namun dia diam saat melihat sesuatu yang ku amati dari tadi.

Bunga Indah itu seakan menggodaku untuk mengambilnya. Tapi, siapa pengirimnya? Bagaimana tiba-tiba ada di sini.

Tara menatapku, aku hanya menjawab dengan gelengan kepala

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Tara menatapku, aku hanya menjawab dengan gelengan kepala. Tangannya yang semula merangkulku, meraih surat kecil yang di selip di sana.

Maaf

R.F.A

R. f .a siapa? Sejak kapan aku punya penggemar rahasia? Atau dia mengirim bunga karna ingin aku segera menyusul Vera?

Karin yang baru saja datang segera melihatku dan Tara yang diam. Dia melihat bunga itu juga.

Aku segera mengambil bunga itu dan ku masukan ke dalam tong sampah. Tidak ingin ada yang melihatnya lagi. Bisa jadi ini adalah sebuah jebakan.

"Itu tadi dari siapa?"

"Aku juga nggak tahu, mungkin salah ngasih kali." aku langsung duduk diikuti dengan Tara yang duduk di samping ku.

Semenjak kejadian waktu itu, aku dan Fany tidak bicara lagi. Bukan karna apa, dia malah semakin marah padaku karna saat itu juga Aldo memutuskan hubungan mereka.

Aku sudah bilang waktu itu padanya. Tapi dia saja yang tidak mendengarkan, dan sekarang dia menjauhiku karna ada rumor bahwa aku adalah target Aldo selanjutnya.

Bahkan sudah hampir sebulan lebih aku tidak duduk dengan Fany. Kami berempat sudah tidak bersama lagi. Sekarang Kami hanya tinggal bertiga, dan mencoba untuk tetap saling melengkapi.

Tidak jarang Tara dan Karin membujuk Fany. Namun dia tetap tidak mau.

Bukan, bukan aku tidak mau membujuk untuk meminta maaf. Tapi dia selalu menghindar saat ada aku di sana.

Sudah sebulan lebih pula, aku kehilangan sosok ibu di dalam hidupku. Sosok yang membuatku bertahan hingga kini. Walau dia tidak pernah menganggapku sebagai seorang yang nyata, Aku tetap menyayanginya.

¢¢¢

Ayah kembali ke rutinitasnya. Tapi dia sering datang mengunjungiku. Walau hanya menumpang tidur. Aku merasa itu lebih baik.

Setidaknya aku tidak di asingkan lagi. Aku selalu berusaha agar hidupku bisa kembali seperti sedia kala. Kembali seperti aku masih kecil dulu. Namun usahaku tidak akan berhasil.

Dua orang yang harusnya sangat penting, malah pergi sebelum mimpi itu menjadi nyata.

Dua orang yang dulu sempat aku benci, tapi aku sayangi.

Dua orang berarti yang selalu melengkapi hidupku dulu.

Aku berjalan dengan pelan. Menyusuri Taman di malam hari ini. Aku sudah berjalan dari sore tadi. Entah kenapa aku tidak ingin pulang. Aku merasa ada sesuatu yang salah jika aku pulang nanti. Dan aku mencoba mengikuti naluriku.

Terus berjalan hingga tiba di sana. Aku melihat seseorang yang sangat aku kenal. Seseorang yang mungkin turut adil dalam membuat hidupku hancur seperti ini.

Dia berdiri di sana. Di bawah sinar Bulan dan Bintang yang seakan mencoba menyinari wajah tampannya. Aku terdiam. Dia berdiri tepat di samping sebuah makam.

Aku melihat ke sekeliling aku berada. Kuburan. Aku di sana sekarang. Bagaimana bisa aku tidak sadar sudah sampai di tempat ini.

Dia berjongkok tepat di samping makam orang yang sangat aku kenal. Aku baru kemarin dari sana tidak mungkin aku melupakan tempat itu. Aku tidak mau melihatnya lagi.

Aku lebih memilih mencari taxi dan pulang kerumah. Tidak perduli ada hal mengerikan apa yang akan terjadi nanti.

Aku lebih memilih menghindari seseorang yang sudah membuat semua menjadi serba sulit. Orang yang sudah menghancurkan mimipiku.

¢¢¢

Percaya atau tidak seseorang yang kau anggap musuh akan berubah menjadi seseorang yang penting dalam hidupmu kelak.

L. O. V. E ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang