L. O. V. E {17}

66 8 0
                                    

Mentari yang indah bersinar begitu terang. Langit yang cerah seakan ceria. Padahal hujan baru saja reda. Pelangi yang indah menghiasi langit biru yang cerah.

Anak-anak kecil bermain dengan gembira di bawah pohon yang rindang. Ada juga yang memilih duduk sambil membaca di taman. Bahkan Ada juga yang bermain bola.

Dua anak lainnya lebih memilh duduk di bawah pohon jambu. Menunggu seseorang di atas sana menjatuhkan buah untuk mereka.
"Ayo Al, dikit lagi. Semangat Al!"  teriak keduanya menyemangati.

Anak laki-laki itu semakin semangat saat mendengar teriakan penuh semangat dari teman-temannya. Dengan gesit dia mulai memanjat pohon jambu itu. Tak perduli peluh yang menetes di wajahnya. Dengan semangat menggebu akhirnya anak itu sampai di atas pohon itu.

"Ra, mau yang mana." keduanya langsung saling memandang. Entah siapa yang di panggil anak itu mereka berdua memiliki akhiran nama yang sama. Lalu keduanya tersenyum dan menunjuk ke arah buah jambu di dekat anak laki-laki yang di panggil Al itu. Al hanya tersenyum karna mereka berdua pasti akan menunjuk buah jambu yang sama.

Dengan perlahan Al mulai bergerak menjangkau buah jambu yang di tunjukan kedua anak itu.

Dengan hati-hati anak itu menjulurkan tangannya kearah buah jambu yang di tunjuk oleh kedua anak cantik yang sedang menanti buah jambu tersebut.

Setelah mendapat buah yang temannya inginkan Al memasukan buah jambu itu ke dalam kantong plastik yang di bawanya keatas.

Dan mulai turun perlahan. Melihat Al yang turun dengan kantong plastik itu, Vera dengan segera mengambil kantongnya dan mulai menikmati jambu yang Al ambil tadi.

"Al, kamu nggak papa kan? Di atas nggak ada semut kan? Kata ayah di atas banyak semut jadi ayah nggak mau manjat."  Rara mendekat kearah Aldo. Dan mulai menanyakan perihal semut yang pernah di bilang ayahnya.

"Ada, tapi semutnya nggak gigit kok. Jadi Al nggak papa." Aldo membalas dengan senyum indahnya.

"Ra, Al, ayo makan sebelum ayah datang." Vera memanggil dengan mulut tak berhenti mengunyah jambu.

¢¢¢


Aldo diam memandangi pohon jambu di dekat Taman bermain itu. Kenangan semasa kecilnya kembali hadir memenuhi ingatannya. Kenangan indah yang sekarang hanyalah sebuah memori lama yang hanya ada untuk di kenang.

Rara, kenapa bisa gadis lugu itu berubah dingin sekarang. Aldo tahu penyebabnya, tapi apa salah jika dirinya ingin semua berjalan lancar. Kenapa harus seperti ini. Seharusnya Rara mendengarkan apa yang ingin Aldo katakan. Bukan malah menghindar, dan membuat Aldo seperti penjahat. Ini salah, sudah pasti salah.

Apa hanya karna Aldo menolak Vera, ini menjadi salahnya? Aldo hanya mencoba mempertahankan Cinta pertamanya, apakah itu salah?

Enam tahun yang lalu, Aldo kehilangan sosok penyemangat hidupnya. Sosok yang baik hati, penyayang juga kuat.

Enam tahun yang lalu, Aldo merakan rasa sakit yang benar benar sakit dari pada jatuh dari sepeda. Rasa sakit ketika kita melihat seorang yang kita sayang, terbujur kaku tak bernyawa.

Enam tahun yang lalu juga, Aldo harus sabar ketika sosok penyemangatnya harus di ganti dengan sosok yang baru. Tentu saja Aldo tidak dengan mudah menerimanya. Banyak perlawanan yang Aldo lakukan. Tapi, dia sadar. Tidak selamanya dia harus terus melawan takdir yang sudah di tentukan. Ini takdirnya, ini hidup yang harus ia jalani. Perlawanan itu sama saja, akan berakhir sia sia.

L. O. V. E ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang