Sweet~

3.3K 285 3
                                    

Setelah menempuh perjalanan kurang lebih 2 jam, Ali beserta rombongan tiba dirumah sang sahabat. Jakarta benar-benar macet sekali hari ini.

"Ali. Koper aku taruh dikamar saja, ya." Suruh Prilly. Ali pun menurut dan mengikuti Prilly ke kamarnya.

Ali kembali flashback dengan masa kecilnya yang sering menemani Prilly dikamar bernuansa Doraemon ini.

*Flashback on*

"Ayi!! Illy mau naik sepedanya Ayi!" Pinta Prilly kecil untuk yang keberapa kalinya karena Ali kecil selalu menggelengkan kepala saat Prilly memohon kepadanya.

"Tidak boleh, Illy. Kata Mama, Ayi harus jaga Illy. Illy kan tidak bisa naik sepeda, nanti Vater dan Mutter marah sama Ayi." Jawab Ali kecil sambil mengusap rambut sahabatnya dengan sayang.

"Hanya sebentar, kok. 5 menit. Illy janji." Mohon Prilly lagi. Tetap saja, Ali menggelengkan kepalanya.

"Ayi sudah janji sama Vater dan Mutter untuk menjaga Illy. Kata Mama, janji harus ditepati. Makanya sebisa mungkin, Ayi akan terus menepati janji Ayi sama Vater dan Mutter." Ucap Ali berusaha melarang Prilly.

Prilly menghela napas berat. Kali ini, ia harus mengalah.

"Kalau begitu, temani Illy dikamar, ya. Ayi main robot, Illy main barbie." Ajak Illy. Ali kecil yang setuju pun menganggukan kepalanya mantap.

Beruntung dikamar Prilly tak hanya ada mainan perempuan. Jadi Ali masih bisa bermain dengan mainan yang sesuai.

"Ayi.. Illy ngantuk." Ucap Prilly kecil saat matanya sudah 3 watt. Ali yang sigap langsung menopang tubuh Prilly dan mengusap-usap punggung sahabatnya.

"Illy tidur saja dibahu Ayi. Nanti Ayi yang jaga Illy."

"Iya, Ayi."

Dan akhirnya, Prilly kecil pun tidur dibahu Ali. Sedangkan Ali, ia masih fokus dengan mainannya dan selalu mengusap rambut Prilly jika Prilly bergeliat kecil.

*Flashback off*

"Ali! Kamu sedang memikirkan apa? Melamun terus dari tadi." Tegur Prilly sambil melambai-lambaikan tangan kanannya didepan wajah Ali.

Ali langsung mengambil alih tangan Prilly lalu mengecup lembut punggung tangan gadis dihadapannya.

"Aku rindu dengan masa kecil kita. Dimana aku selalu menemanimu bermain dikamar ini." Ucap Ali lirih. Prilly mengambil tangannya dari Ali dan mengusap lembut pipi Ali yang sedikit tirus. Prilly yakin, Ali sudah jarang makan.

"Sekarang aku sudah berada dihadapanmu. Kita bisa mengulang masa kecil kita yang berwarna itu." Ujar Prilly dengan senyum manisnya. Entah mengapa, senyum Prilly sangat meneduhkan hatinya.

"Bagaimana Jerman? Kamu nyaman disana?" Tanya Ali sambil menggenggam kedua tangan Prilly. Inilah kebiasaan Ali jika sudah berduaan dengan Prilly. Menggenggam erat tangan sahabatnya seolah-olah hanya dia yang berhak mendapat perhatian Prilly.

"Meskipun aku lahir disana, suasana di Indonesia lebih membuatku nyaman. Mungkin karena dari kecil aku sudah tinggal disini. Jadi sudah terbiasa dengan iklim tropis." Jawab Prilly.

"Tugas Vater di Jerman sudah selesai?" Tanya Ali lagi.

"Aku sudah di Indonesia sekarang. Dan itu artinya, Vater telah menyelesaikan masa kerjanya di Jerman. Kamu ini bagaimana sih." Jawab Prilly sambil menoel hidung mancung Ali.

"Aku hanya ingin bertanya saja. Apa salahnya?"

"Tidak salah, tapi pertanyaanmu tadi sangatlah tidak bermutu. Sudah jelas-jelas aku disini, kamu malah menanyakan itu." Ucap Prilly.

Ich Liebe DichTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang