Cantik nan Baik

1.5K 181 5
                                    

Udah lama bgt ga sih aku ga update cerita ini? Kangen juga, hehe

Aku terlalu fokus untuk bikin Till The End cepet tamat. Sorry ya:v

                                    ***

"Pacaran?"

Ali maupun Prilly mengangguk. Mutter ber ohh ria. Seolah tak kaget dengan berita mengejutkan ini.

"Buat apa kaget? Malah Mutter kira kalian sudah pacaran dari kecil. Saking romantisnya." Jawab Mutter. Ali tersenyum senang. Secara tidak langsung, Mutter menyetujui hubungan dia dengan anaknya.

"Kamu sudah memberitau mama kamu, Li?" Ali menggeleng.

"Baru Mutter saja yang kami beritau. Soalnya rumah kita paling dekat dari restoran daripada rumah Ali." Jawab Prilly. Mutter mengangguk.

"Sebaiknya kalian beritau dia duluan. Mama kamu paling heboh, Li. Mutter yakin."

Ali mengangguk setuju, "Hmm Mutter, Ali izin membawa Prilly boleh kan?"

"Tentu saja boleh, Li. Bukannya kamu sering menbawa Prilly tanpa memberitau Mutter ya?"

"Bukan begitu, Mutter. Ini beda urusannya. Kali ini kan, Ali sudah menjadi calon menantu Mutter. Jadi harus izin." Ucap Ali secara terang-terangan. Prilly menepuk lengan Ali dengan pipi yang memerah. Sedangkan Mutter hanya terkekeh sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.

"Kenapa kau menepukku?" Bisik Ali. Prilly hanya menundukkan kepalanya.

"Bisik-bisik apa sih? Mutter penasaran."

"Tidak, Mutter. Tidak apa-apa." Jawab Ali. Prilly mengangguk mengiyakan ucapan Ali.

"Yasudah, Ali dan Prilly kerumah Ali dulu ya." Pamit Ali.

"Iya, hati-hati."

                                ***

"Kamu belum menjawab pertanyaanku." Ucap Ali.

"Pertanyaan yang mana?" Tanya Prilly.

"Tentang pipimu yang seperti tomat."

Prilly menepuk lengan Ali lagi, "Aku tau lenganku gemuk tapi tidak usah kamu tepuk berulang kali juga."

"Aku hanya malu pada Mutter." Jawab Prilly.

"Malu kenapa?"

"Geli dengan ucapanmu tadi."

Ali tampak mengingat-ingat. Ia pun tersenyum, "Memang benar kan? Aku calon suamimu, otomatis aku juga calon menantu Mutter."

"Kamu tidak mau menikah denganku?" Lanjut Ali dengan tampang dramatisnya.

"Hanya perempuan tidak normal yang tidak ingin menjadi istrimu." Ucap Prilly sambil memakan es krimnya.

Ali dan Prilly sedang berada di taman setelah mereka mendengar kebahagiaan Mama Ali atas berita yang mereka bawa. Itu suatu kebanggan juga bagi Prilly, karena secara tak langsung Mama Ali memilihnya sebagai kriteria calon menantunya.

"Berarti kamu mau?" Tanya Ali polos. Prilly menepuk lengan Ali untuk yang ke 3 kalinya.

"Sok polos, deh."

Ali tersenyum. Tak lama ia seperti merasa nyeri dibagian lengannya yang dipukul Prilly.

"Kenapa?" Tanya Prilly saat melihat Ali seperti sedang menahan sakit.

"Lenganku sepertinya merah."

Prilly menyuruh Ali melepaskan jaketnya. Benar, lengan tangan kanan Ali sangat merah. Bahkan dari kejauhan terlihat berdarah. Prilly merasa bahwa ia sudah keterlaluan.

"Kita pulang. Aku obati lenganmu."

Prilly menuntun Ali masuk ke mobil. Sesampainya dirumah Ali, mereka langsung masuk ke kamar Ali untuk mengobati 'luka' di lengan Ali. *ali ali ali ali. Wkwk*

"Awwsshh" Ringis Ali ketika kompresan menyentuh lengannya. Prilly tampak lebih berhati-hati.

"Maafkan aku." Ucap Prilly. Ali tersenyum dan menggeleng.

"Aku tau, kamu tidak bermaksud membuatku seperti ini. Jangan pernah merasa bersalah gitu." Jawab Ali lembut dan mengusap pipi Prilly.

"Jangan membuatku terpesona dengan sikapmu yang seperti itu." Ucap Prilly. Ali mengeryitkan dahinya.

Ali tersenyum mengerti. Prilly memang tidak seperti perempuan kebanyakan, ia kurang suka sentuhan fisik. Namun kalau sudah menikah beda lagi urusannya.

"Terima kasih, ya. Aku menyayangimu." Ucap Ali dengan senyum manisnya.

"Aku juga." Jawab Prilly dengan senyum yang sama seperti Ali.














Sekalinya buat pendek banget, gajelas lagi. I'm so sorry

Ich Liebe DichTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang