Cukup lama mereka bercanda tawa ditaman sampai pada akhirnya Prilly merasakan pusing yang luar biasa.
"Prill!! Hey kamu kenapa?!" Tanya Ali khawatir.
"Aku sedikit pusing hari ini. Bisa antar aku pulang?" Tanya Prilly. Ali mengangguk mantap.
Ali dengan sigap menggendong Prilly dipunggungnya dan melangkah menuju rumah sahabat kesayangannya. Baru kali ini Ali merasakan kekhawatiran yang luar biasa hebatnya.
"Kamu yakin hanya pusing biasa saja? Aku sangat mengkhawatirkanmu." Tanya Ali. Prilly yang sudah sangat lemah langsung pingsan dalam gendongan Ali.
"Prilly, aku bertanya padamu." Tegur Ali karena Prilly sedari tadi diam saja. Akhirnya kepala Ali sedikit menoleh kebelakang dan terlihatlah Prilly pingsan dengan punggungnya sebagai alas.
"Astaga, Prilly!" Segesit mungkin Ali berlari dari taman sampai rumah Prilly dengan kondisi Prilly yang masih pingsan.
Sampai dirumah Prilly, Ali langsung menerobos masuk tanpa mengucap salam terlebih dahulu.
"Mutter!! Mama!! Vater!! Papa!!" Teriak Ali yang menggema sampai seluruh ruangan.
"Ada ap... ya ampun Prilly!! Prilly kenapa, Li?!" Tubuh Mutter lemas seketika melihat anaknya terbaring pingsan dengan wajah yang sangat pucat.
"Tadi Prilly merasakan pusing yang luar biasa pada kepalanya, Mutter. Otomatis Ali menggendong dia karena kondisinya yang semakin lemas. Tapi ditengah perjalanan, Prilly pingsan begitu saja." Jelas Ali sambil berkali-kali mengusap-usap kepala Prilly.
"Lebih baik kita bawa Prilly ke dokter saja. Mama takut kondisinya semakin parah." Usul Mama yang diangguki oleh Mutter dan Vater.
"Ali, siapkan mobil. Kita berangkat ke rumah sakit sekarang." Titah Papa. Sebelum Ali mengambil mobil digarasi, ia mengecup lembut kening sahabatnya. Sungguh demi apapun ia sangat khawatir.
"Prilly biar aku yang bawa. Ayo semuanya ke mobil." Titah Vater. Akhirnya mereka semua pun dengan raut wajah khawatir pergi ke rumah sakit. Harapan mereka hanya satu, Prilly baik-baik saja.
Sesampainya di rumah sakit, Prilly langsung dibawa ke ruang UGD karena kondisinya yang semakin memburuk. Diluar ruangan, mereka berdoa untuk kesehatan Prilly. Tak terkecuali Ali.
"Ma.. Prilly baik-baik saja, kan?" Tanya Ali dengan airmata yang deras mengalir ke pipinya.
"Pasti sayang. Pasti." Jawab Mama mantap.
Cukup lama mereka menunggu, hingga akhirnya dokter yang menangani Prilly keluar UGD.
"Dok, bagaimana keadaan anak saya?" Tanya Mutter yang tak sabar dengan penjelasan dokter.
"Bu, mari ikut ke ruangan saya." Ucap dokter tersebut. Mutter mengangguk dan mengikuti langkah sang dokter menuju ruangan yang disebut.
"Jadi, anak saya tidak apa-apa kan dok?" Tanya Mutter lagi.
"Begini Bu, apakah pasien pernah mempunyai riwayat operasi jantung?" Tanya dokter itu.
"Pernah, Dok. Anak saya pernah melakukan operasi pada jantungnya." Jawab Mutter.
"Sepertinya kecelakaan tersebut membekas sampai sekarang." Ucap sang dokter.
"Maksud dokter?"
"Pasien mengalami Aritmia jantung. Aritmia adalah masalah pada irama jantung ketika organ tersebut berdetak terlalu cepat, terlalu lambat, atau tidak teratur. Aritmia terjadi karena impuls elektrik yang berfungsi mengatur detak jantung tidak bekerja dengan baik. Aritmia banyak jenisnya, dan yang dialami Prilly sekarang adalah Bradikardia, yaitu kondisi jantung yang berdetak lebih lambat dari orang pada umumnya. Aritmia sendiri merupakan salah satu penyakit jantung yang paling berbahaya. Penderitanya bisa saja meninggal mendadak jika jantungnya benar-benar lemah." Jelas dokter tersebut.
Mutter seakan terkena sambaran petir saat itu juga. Ia tak menyangka, anaknya yang dikenal sangat kuat tersebut bisa ditimpa penyakit yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
"Pasti ada cara untuk menyembuhkannya kan, Dok?" Tanya Mutter sambil berurai airmata.
"Ada, Bu. Setiap 2 minggu sekali, Prilly harus rajin melakukan Uji Latih Beban Jantung. Yaitu dengan berjalan diatas treadmill yang sebelumnya dada pasien dipasangkan alat yang terhubung ke monitor. Lalu monitor itu akan menunjukkan perkembangan ritme jantung pasien." Jawab Dokter.
"Itu bisa dilakukan dirumah kan, Dok?" Tanya Mutter. Dokter itu mengangguk.
"Tentu bisa, Bu." Jawab Dokter.
"Saya sarankan juga, Prilly harus mengkonsumsi makanan sehat, olahraga secara teratur, dan mengurangi stress. Karena ketiga hal tersebut bisa membantu penyembuhan aritma jantung pasien." Lanjut Dokter tersebut.
"Terima kasih, Dok. Saya keluar dulu." Pamit Mutter sopan.
"Baik, Bu."
Setelah keluar dari ruangan dokter tadi, Mutter dikejutkan dengan Ali, Mama, Papa, dan suaminya yang sudah berdiri didepan pintu ruangan dokter tadi.
"Kalian menguping?" Tanya Mutter tepat sasaran. Mereka berempat hanya cengengesan.
"Maaf, Mutter. Kita terlalu kepo dengan pembicaraan Mutter dengan dokter tadi. Hmm Prilly terkena aritma jantung ya, Mutter?"
"Iya, Ali. Kalian sudah tau kan apa yang terjadi dengan Prilly? Jadi, silahkan bubar."
Mereka berlima kembali ke ruang UGD. Terlihat Prilly masih berbaring dengan beberapa alat medis yang terpasang ditubuhnya. Sedih, itu yang mereka rasakan. Prilly yang mereka kenal adalah Prilly yang hiperaktif, bukan Prilly yang lemah seperti ini.
"Aritma jantung adalah penyakit yang cukup serius. Ali tidak mau kehilangan Prilly." Ucap Ali lirih. Matanya sudah terasa kaku untuk mengeluarkan airmata karena terlalu sering menangis.
"Kita berdoa saja, semoga Allah memberikan kesembuhan pada Prilly. Prilly adalah anak yang kuat, Vater yakin, Prilly bisa melewati semuanya." Ucap Vater yang diamini oleh semuanya.
Tanpa mereka sadari, Prilly sudah mengetahui ada yang salah pada jantungnya sejak 2 tahun yang lalu. Prilly sengaja tak memberi tau orang terdekatnya karena tak mau mereka menjadi khawatir. Namun sekarang semuanya sudah terungkap. Mereka berharap, Allah menunjukkan mukjizat pada Prilly.
Meskipun yg baca dan yg vote sedikit, tetap tidak menyurutkan semangat author untuk next cerita ini. Dan di part ini, author kolaborasi sama salah satu anggota keluarga author yang bekerja sebagai dokter. So, udah mantap belom totalitas author buat bikin part ini😆
KAMU SEDANG MEMBACA
Ich Liebe Dich
FanfictionKita udah sahabatan dari kecil. Kamu yakin perasaan kamu buat aku lebih dari itu? -Prillyana Iracebeth Azhscarf Aku tau, perasaan ini emang ga wajar. Tapi aku akan berusaha meyakinkan kamu bahwa aku benar benar serius dengan perasaan ini. -Fernando...